Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Tingkah
Damian membangunkan Naora setelah mobil berhenti di pelataran sebuah gereja kuno.
Lukas sudah pergi entah kemana. Hanya tinggal Damian yang masih diam disisi Naora. Ia belum membangunkan Naora malah sibuk memandangi wajah Naora.
"Ada apa denganku. Kenapa rasanya aku bukan diriku selama beberapa hari ini". Gumam nya pada diri sendiri.
Ia menghela nafas mencoba menetralkan degupan jantungnya.
"Naora..." Damian menyentuh tangan kiri Noara. Tapi Naora masih belum bergerak juga. Apa lelah sekali sampai susah dibangunkan. Pikir Damian.
Pandangan Damian tertuju pada bekas luka yang memanjang disekitar pergelangan tangan Naora. Damian tau bekas luka apa itu. Luka itu, menggambarkan keputusasaan seseorang.
"Dia menyiksa mu dengan sangat dalam ?" Ucap Damian seolah bertanya pada Naora. Ia raba bekas luka itu.
Naora mengerjapkan matanya. Ia terkejut melihat Damian yang berada dekat sekali dengannya dan apa ini ? Pria itu bahkan mengelus tangannya.
Naora segera menarik tangannya dan menegakkan posisi duduknya. Ia merasa gugup. Kira-kira apa yang sudah Damian lakukan padanya. Ia dengan refleks melihat kearah dirinya sendiri terlebih kearah dadanya.
"Kau pikir aku melecehkan mu". Kata Damian dingin. Rasanya sebal sekali melihat tingkah Naora seperti itu. Padahal Naora tidak mengatakan apa-apa.
"Aku tidak mengatakan itu". Jawab Naora terbata-bata.
"Sudahlah cepat turun. Sejak tadi aku membangunkan mu tapi kau sama sekali tidak terusik. Sebenarnya kau tidur apa latihan m*ti". Gerutu Damian tanpa perasaan. Ia segera turun meninggalkan Naora.
Mulut Damian masih komat-kamit. Ia merasa terhina saat Naora seolah-olah menuduh dirinya melakukan sesuatu.
Naora mengikuti Damian yang sudah berjalan lebih dulu. Ia bahkan berlari kecil dan memanggil Damian tapi Damian sama sekali tidak menolehnya.
"Tuan, dimana Luna ?" Tanya Naora saat sudah berada di dekat Damian.
"Tidak tau". Jawab Damian cepat.
"Apa ? Kau tidak tau ? Bukankah kau berada di dekatku ? Masa kau tidak melihat keberadaan Luna". Tanya Naora dengan suara agak tinggi.
"Kau berani meninggikan nada suaramu ?" Bentak Damian menghentikan langkahnya.
Naora pun ikut menghentikan langkahnya juga. Ia menyadari kesalahannya. Tidak seharusnya ia seperti itu. Tapi ia benar-benar cemas dengan Luna.
"Maaf. Tapi aku mencemaskan Luna. Bagaimana jika dia keluar dari jendela dan pergi kemana-mana. Bagaimana jika dia hilang ? Atau dia ditemukan oleh orang yang tidak menyukai kucing dan dia disiksa lalu.." Ucapan Naora terhenti karena Damian tiba-tiba menyela nya.
"Diamlah. Aku pusing mendengar ocehan mu. Kau cerewet sekali". Kata Damian dengan nada tenang nya. Tidak seperti tadi.
Naora menghentikan ucapannya. Ia menarik nafas panjang dan segera meninggalkan Damian. Tujuannya hanya satu, mencari keberadaan Luna.
"Hei mau kemana kau ? Nanti kau hilang juga". Teriak Damian saat Naora berada agak jauh darinya.
"Aku ingin mencari Luna. Kasihan dia jika tersesat sendiri". Balas Naora setengah berteriak.
Damian menggaruk belakang kepalanya. Apa maksud Naora ? Apa jika Luna tersesat bersamanya tidak jadi masalah ?
"Kembali kemari dalam hitungan tiga. Jika tidak aku akan meninggalkan mu sendirian disini". Teriak Damian.
"Satu..." Teriak Damian. Ia melihat Naora sama sekali tidak mendengarnya. Ia masih sibuk menyibak semak-semak berharap Luna berada disana.
"Dua..." Sekali lagi Damian berteriak tapi Naora masih tidak terpengaruh.
"Ti..."
Belum selesai Damian mengucapkan kata tiga Naora sudah berlari kearahnya.
"Sudah ketemu ?" Tanya Damian menatap Naora dengan tajam. Naora hanya menggelengkan kepalanya.
Kepada Damian, entah mengapa Naora sama sekali tidak merasakan takut seperti pada Aldric. Padahal ia menyadari aura Damian lebih kejam dari pada Aldric.
Apa karena Damian tidak memendam dendam padanya seperti Aldric ? Atau karena memang ia sudah tidak bisa merasakan takut lagi ?
"Aku akan membantumu mencari Luna asalkan kau jawab pertanyaan ku dengan jujur. Bagaimana ?" Tanya Damian yang tiba-tiba merasa memiliki ide brilian.
Naora hanya mengangguk. Gestur nya mengatakan sudah siap menjawab pertanyaan Damian.
"Menurutmu, aku ini orang seperti apa ?" Tanya Damian.
Naora mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Damian. Pertanyaan macam apa ini ? Pikir Naora.
"Kau tampan". Jawab Naora tanpa berpikir. Mata jernihnya menatap mata Damian yang selalu tajam.
Mendengar jawaban Naora, Damian merasa wajahnya memanas. Apa Naora menyadari perubahan di wajahnya ?
Damian berdehem. Mencoba menetralisir semburat merah yang mungkin saja muncul karena mendengar kata 'tampan'.
"Aku tau itu. Selain itu ?" Tanya Damian lagi. Ia ingin tau lebih banyak tentang dirinya di mata Naora.
"Kau kaya. Disegani. Wanita yang bersamamu kelak pasti beruntung jika mendapatkan kasih sayangmu. Karena kau memiliki segalanya untuk membahagiakannya". Kata Naora. Ia mengatakan itu dengan membayangkan saat dirinya bersama Aldric.
Ia begitu bahagia ketika Aldric mengajaknya menikah. Ia kira ia sudah menggapai dunia dan seisinya jika mendapatkan kasih sayang dari suaminya. Tapi kenyataannya justru berkata sebaliknya.
Dada Damian semakin berdebar kencang. Raut wajahnya benar-benar semerah buah ceri. Ia kira Naora benar-benar memujinya.
"Tuan, wajahmu sangat merah. Kau sakit ?" Tanya Naora. Ia refleks berjinjit dan menyentuh kening Damian. Mencoba memeriksa apa suhu tubuh Damian meningkat.
Mendapatkan sentuhan dari Naora membuat keadaan Damian semakin tidak karuan.
Beruntung nya suara Lukas mengehentikan Naora yang membolik-balik telapak tangannya di sekitar kening dan leher Damian.
"Tuan..." Teriak Lukas mendekat di belakangnya ada Luna yang mengikuti.
"Eh Luna.." Kata Naora senang melihat Luna dan segera meninggalkan Damian.
"Tuan, kau baik-baik saja ?" Tanya Lukas dengan kening berkerut. Tapi feeling nya mengatakan ada sesuatu yang terjadi antara Damian dan Naora sebelum ia datang.
"Hem". Jawab Damian sambil membenarkan kerah mantelnya.
"Apa aku mengganggu aktivitas mu dan Naora ?" Goda Lukas dengan senyum jahilnya. Dan kemudian dihadiahi tatapan tajam oleh Damian.
Tapi sungguh, Damian tidak ingin bicara atau menjelaskan apapun pada Lukas.
"Diamlah. Dimana Kak Angel ?" Tanya Damian mengalihkan pembicaraan.
"Sebentar lagi Nona Angel akan kemari. Ia baru saja membersihkan taman". Jelas Lukas.
Tatapannya mengikuti arah Damian yang memandang kearah Naora. Wanita itu asik bermain dengan Luna dan sedikit menjauh dari tempatnya berada.
"Menurut mu, aku ini orang yang bagaimana ?" Tanya Damian.
Lagi-lagi Lukas bingung dengan apa yang Damian tanyakan. Sudah pasti ini adalah pertanyaan jebakan.
"Kau tampan, Tuan. Kaya dan mempesona. Tidak akan ada wanita yang bisa menolakmu, Tuan". Kata Lukas dengan senyum mengembangnya.
Bukannya senang mendengar pujian Lukas, Damian malah menendang kaki Lukas.
"Lain kali pikirkan jawaban sendiri. Jangan mencontoh jawaban orang lain". Kata Damian meninggalkan Lukas saat melihat Angel yang keluar dari pintu gereja.
"Mencontoh jawaban orang lain ?" Gumam Lukas mencoba memahami maksud Damian.
"Dasar pria kaku. Di puji seperti itu oleh Naora bukannya percaya malah mencari tau jawaban dari orang lain". Kata Lukas terkikik geli saat menyadari maksud dari ucapan Damian.
...
Kasih dukungan dan like ya banyak ya bestie.. Jangan dibaca aja. Othor kan sedih jadinya😕
Komennya juga banyakin menggunakan kata yang baik. Makasih 🙏
sakit parah dianya yah