NovelToon NovelToon
Kamu Yang Meninggalkanku

Kamu Yang Meninggalkanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Saat kamu menemukan seseorang yang sangat amat kamu cintai, lebih dari sahabat, namun dia malah meninggalkanmu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu?

Ada banyak tamu undangan yg datang setelah kabar pernikahan anak dari petinggi Watanabe dan Choi di umumkan ke media. Bukan hanya sekedar rekan bisnis dari kedua keluarga itu, terlebih teman teman Haruto dan Hana yg tidak bisa di hitung lagi dengan jari.

Hana menghela napas menatap pantulan wajahnya yg sudah tertata riasan dan tubuhnya berbalut gaun pernikahan. Dia tidak sadar akan secepat ini setelah semenjak satu bulan lalu mereka berkenalan secara resmi dengan keluarga.

"Hana, kamu sudah siap?"

Ah, Hana kira acara ini akan berlangsung cepat seperti kala pernikahan Hyunsuk dan Ryujin. Tapi sepertinya, ini berlangsung sangat lama bagi Hana. Apalagi setelah sumpah perjanjian yg disaksikan beribu manusia di gedung dan media. Hana benar benar tidak pernah berpikir tentang ini sebelumnya. Menikah dengan seorang anak petinggi yg berpengaruh besar di kota ini.

Sebenarnya, Hana mimpi apa?

Rasanya sangat berat dan melalahkan. Gadis itu bahkan hampir pingsan jika saja Haruto tidak membantu dia menopang tubuhnya.

"Lo gapapa?" Pria itu menatap wajah Hana yg lemah. Namun sepertinya dia bisa mengubah ekspresi itu lebih cepat saat ini.

"Aleta, bedankt voor je komst"

"Je zei dat je hem niet kende, maar nu ben je getrouwd"

Haruto hanya menoleh pada Hana, gadis itu sungguh pintar sekali bermain dengan mimik wajah. Bahkan kali ini dia bisa bersikap bahagia dihadapan temannya dari Belanda. Gadis yg kala itu Haruto juga temui.

...***...

Hana baru saja melepas riasan di rambutnya, kali ini gadis itu akan segera mandi. Tapi Haruto membuatnya sedikit bingung karena mengikuti langkahnya.

"Siapa yg nyuruh lo tidur disini?"

"The magic of suitcase? Lo pikir dia bisa terbang sendiri apa gimana sih?"

"Ya gue pikir rumah lo ada sihirnya"

"Gila lo, lagian disini cuma ada satu kamar. Lo yg tidur di sofa"

"Elo yg gila"

"Ya ini kamar gue, sekalipun elo masuk ke rumah ini ngga akan ngerubah fakta kalo ini kamar gue"

"Sinting ni cowo"

"Jepang atau Korea?"

"Huh?"

Haruto menunjukkan ponselnya pada Hana "bunda sama ayah ngasih hadiah lo buat kesana, pilih salah satu"

"Ngapain ngasih hadiah kesana, lo pikir gue ga bisa beli tiket sendiri?"

"Jepang, all good"

"Tapi,"

"Done! Lo bisa keluar dari kamar gue"

Mimpi buruk! Hana dengan kesal melangkah keluar, dengan gaun yg sama sekali dia benci seumur hidup. Pria itu sebenarnya jelmaan iblis atau bagaimana sih? Mana ada orang setega itu dengan wanita?

"Nih"

Hana hanya mendegus saat Haruto tiba tiba muncul membawa sebuah kunci.

"Ruang tamu, gue ngga tau itu bisa berfungsi apa engga tapi sekiranya lo bisa tidur dengan nyaman"

Hana kembali mendegus, bagaimana bisa pria itu memberikan kamar penuh debu seperti ini? Apa dia tidak punya jiwa kemanusiaan? Lupakan itu semua, Hana memilih mandi lebih dulu untuk menghilangkan rasa penat. Sebelum akhirnya akan lelah kembali untuk membersihkan ruangan ini.

Sudah berapa abad tidak di tempati?

Hana bahkan merubah posisi kamar ini sesuai kemauannya, membuang barang barang yg tidak akan dia gunakan, dan memanfaatkan yg bisa dia pakai dengan baik.

"Ahh! Ngeselin!" Serunya sambil menutup wajahnya dengan bantal. Dia tidak ingin dianggap gila oleh Haruto karena berteriak di rumah ini.

"Cuma ada ramen"

Hana yg terkejut pun menoleh, menatap Haruto yg memakai piyama hitam dengan rambut basah juga kaca mata lingkaran.

"Gue ngga bisa masak"

"Iya, nanti gue keluar"

"Bagus juga selera lo"

Bagus? Tentu saja, sejak pindah ke Belanda gadis ini lebih suka warna putih dan coklat sebagai dominan kamarnya. Tak lupa dia menyelipkan beberapa poster idol kesukaannya di sudut dinding sebagai aksen pemanis. Tapi sekarang itu tidak penting, karena Hana sudah lelah.

Dia hanya perlu tidur.

Selang beberapa saat Haruto memilih kembali menghampiri Hana. Karena gadis itu sama sekali tidak terlihat setelah ajakannya tadi. Bahkan ramen itu sudah mengembang dua kali lipat dan berubah jadi dingin.

"Lo ngga laper apa?"

Hana mengusap wajahnya "gue masuk angin, mending lo jauh jauh dari pada ketular"

Pria itu keluar, mengambil beberapa obat dan minuman hangat.

"Gue orderin bubur ya"

"Ngga perlu, lo keluar aja" Hana menarik selimutnya sampai dada, lantas menyelundupkan wajahnya dibalik bantal.

"Emang gitu bisa napas, justru itu ngga baik buat pernapasan lo" Haruto menarik bantal Hana.

"Udah deh, kalo lo mau ngajak ribut mending besok aja. Gue lagi pusing buat berdiri, jadi ngga bisa nanggepin lo"

Haruto mengambil ponsel di sakunya. Pria itu memilih menghubungi bunda untuk urusan serius ini.

Bukankah Haruto memang tidak tau cara mengurus orang sakit? Hanya bunda yg dia tau bisa mengobati Haruto ketika sakit. Jadi dia bisa lah bertanya dengan bunda, harus melakukan apa pada Hana.

...***...

"Bunda anter makanan aja ya sekarang? Kamu harus paksa dia buat mau makan, bahaya karena dia pasti kena flu"

Haruto mengusap poni Hana yg berkeringat. Setelah melihat suhu tubuh Hana yg tinggi, pria itu jadi tidak tega membangunkannya. Harusnya Haruto tidak membiarkan Hana membereskan ruangan ini setelah seharian berkegiatan padat.

"Aduh gimana nih"

"Yg pertama jangan panik, Haru. Dia hanya demam bukan sekarat"

"Oke" Haruto menghela napas, berusaha menetralkan dirinya sendiri.

"Lo ngapain sih?"

"Huh?"

"Lo mending keluar, kalo lo kena demam juga malah tambah rumit"

"Lo makan dulu deh, nih obatnya"

Hana duduk, gadis itu meraih jaket yg entah sejak kapan dia lempar disampingnya. Lantas memakainya karena tiba tiba suasana jadi dingin.

"Ac nya padahal mati,"

"Gue lagi demam, bego!" Ucapnya sambil meraih mangkuk di tangan Haruto.

Haruto terkekeh. Gadis itu menatap dengan wajah yg aneh, tidak seperti kemarin kemarin. Sementara Hana melihat Haruto yg hanya memakai kaos saja membuatnya seakan enggan berhadapan dengannya. Walaupun pria itu berubah seribu kali lebih tampan, tapi Hana tidak peduli.

"Sini gue bantu"

"Dari tadi kek" kesalnya.

"Sakit aja ngeselin lo"

"Terserah gue"

"Oh ya, bunda bilang lusa kita berangkat ke Jepang tapi kalo lo masih sakit, kita bisa reschedul,"

"Ga perlu, gue udah sembuh"

"Emang lo mau pergi kesana?"

"Bilang sama nyokap lo, lain kali ngga usah repot ngasih hadiah segala. Dari pada buang buang uang mending di tabung buat masa depan"

Haruto terkekeh. Kali ini wajah pria itu seperti Junkyu, benar benar mirip saat dia tertawa. Bahkan saat dia menunduk, sejak kapan Hana menganggap dia adalah renkarnasi Junkyu?

"Ah, kepala gue pusing liat lo senyum mulu!"

"Dih, ngeselin amat sih lo"

"Mending lo keluar sana!"

"Ngusir?"

"Iya"

...***...

"Pagi, tante"

"Bunda dong manggilnya, kamu udah sembuh?"

"Udah kok, tenang aja"

"Eunna mana?" Tanya Haruto.

"Dikamar sama Airi"

Haruto memilih masuk saat Bunda membawa Hana duduk di ruang tengah.

"Bunda buat jahe, kamu mau coba?"

"Serius? Boleh, bunda"

"Ini bagus buat peradangan, oh sama demam"

Hana tersenyum. Gadis ini melihat duplikat bunda di tubuh bundanya Haruto. Yah sekiranya bisa sedikit mengobati rasa rindunya, walau sebenarnya dia bisa kapan saja bertemu dengan bunda. Tapi itu terlalu jauh dan menguras banyak waktu karena dia besok sudah harus terbang ke Jepang.

"Gimana rumah Haru?"

Hana menoleh.

"Haruto memang sudah punya rumah itu sejak lama, maklum kalau berantakan"

"Rapih, banget"

Bunda terkekeh, menepuk puncak kepala Hana dengan lembut.

"Kamu manis banget, kalau Haruto sampai jahat kamu tinggal telfon bunda aja. Biar bunda pukul dia"

"Ah, iya bunda. Tapi Haruto bantuin Hana juga waktu sakit, jadi mengurangi beban sih"

"Yah dia memang seperti itu. Sejak dulu cuma dia yg ngga mau deket sama cewek, bunda sampe pusing tanyain dia mulu soal calon mantu"

"..."

"Haru tuh pernah bilang, kalo bisa ngelakuin semuanya sendiri buat apa pendamping hidup. Katanya itu bakal repot dan malah bikin rencana yg udah dia susun berantakan"

"..."

"Padahal hidup ikut rencana tuh malah ngga seru ya, Hana?"

"Iya, tante" ucapnya sambil tersenyum. Berbeda sekali dengan Junkyu, jika bisa dibilang Haruto adalah perputaran sifat dari Junkyu. Lebih tepatnya memiliki sifat yg sama dengan Hana.

Be independent dan organize.

"Bun?"

Hana dan Bunda menoleh bersamaan.

"Bunda beliin sncak kacang ya buat Eunna?"

"Huh? Engga kok, Airi kalik"

"Kenapa?" Selidik Hana.

"Eunna alergi kacang" Haruto segera membawa gadis kecil itu ke mobil.

"Kamu kasih apaan ke dia?"

"Aku ngga tau kalo roti itu ada kacangnya"

"Biar aku bantu" Hana menarik tubuh Eunna ke gendongannya.

"Haru pergi dulu ya"

"Hati hati!" Seru Bunda.

"Pelan pelan aja, aku bisa bantu supaya seseknya ngga tambah parah"

Hana hanya fokus membantu Eunna. Sementara Haruto hanya sesekali mengamati istrinya sambil melajukan mobil standar dan berusaha tenang. Haruto sudah pernah menghadapi kejadian ini berulang kali, harusnya dia tidak boleh panik kan?

1
suka baca
bagus 😭 ceritanya ringann and sweet boy
Putri Wienda
ceritanya ringan, sweet bgtt
Putri Wienda
Weh, awalan yg gong
suka baca
pucuk dicinta, ulampun tiba
suka baca
WOI😭
suka baca
rakus bgt 😭
suka baca
bagus bgt, ceritanya ringan
suka baca
ayok 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!