NovelToon NovelToon
Bayangan Di Balik Gerbang

Bayangan Di Balik Gerbang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir / Akademi Sihir / Keluarga / Kontras Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di dunia Eldoria, sihir adalah fondasi peradaban. Setiap penyihir dilahirkan dengan elemen—api, air, tanah, angin, cahaya, atau bayangan. Namun, sihir bayangan dianggap kutukan: kekuatan yang hanya membawa kehancuran.

Kael, seorang anak yatim piatu, tiba di Akademi Sihir Eldoria tanpa ingatan jelas tentang masa lalunya. Sejak awal, ia dicap berbeda. Bayangan selalu mengikuti langkahnya, dan bisikan aneh terus bergema di dalam kepalanya. Murid lain menghindarinya, bahkan beberapa guru curiga bahwa ia adalah pertanda bencana.

Satu-satunya yang percaya padanya hanyalah Lyra, gadis dengan sihir cahaya. Bersama-sama, mereka berusaha menyingkap misteri kekuatan Kael. Namun ketika Gong Eldur berdentum dari utara—suara kuno yang konon membuka gerbang antara dunia manusia dan dunia kegelapan—hidup Kael berubah selamanya.

Dikirim ke Pegunungan Drakthar bersama tiga rekannya, Kael menemukan bahwa dentuman itu membangkitkan Voidspawn, makhluk-makhluk kegelapan yang seharusnya telah lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 – Kota Kuno Drakthar

Langkah kuda mereka melambat ketika memasuki wilayah Drakthar.

Tanah yang dulu subur kini hanyalah padang tandus penuh retakan, seolah bumi sendiri menolak kehidupan. Angin berhembus dingin membawa bau besi berkarat dan debu hitam.

Dari kejauhan, reruntuhan kota kuno tampak menjulang. Menara patah, gerbang batu raksasa yang roboh, dan jalanan luas yang kini ditelan akar mati. Atmosfernya begitu berat, membuat dada sesak.

“Dulu ini adalah pusat kerajaan bayangan,” ujar Elira lirih, suaranya hampir tertelan oleh angin. “Mereka percaya kekuatan Gerbang bisa membuat mereka abadi. Tapi lihatlah hasilnya.”

Kael menatap sekeliling dengan mata yang penuh kewaspadaan. Semakin dekat mereka ke kota, semakin kuat panggilan yang ia rasakan. Bisikan itu merasuk seperti denyut nadi kedua di tubuhnya.

Lyra menunggang kudanya mendekat. “Wajahmu pucat. Kau mendengarnya lagi, kan?”

Kael tidak menjawab, hanya mengangguk tipis.

Soren meludah ke tanah. “Sialan, bahkan aku bisa merasakan hawa busuk tempat ini. Seperti kita sedang masuk ke kuburan raksasa.”

---

Gerbang luar kota Drakthar berdiri setengah hancur, dengan ukiran kuno yang masih terlihat jelas. Gambar-gambar manusia menyembah sosok bayangan raksasa, diapit oleh simbol lingkaran hitam.

Elira menyentuh salah satu ukiran itu. “Ini lambang Pemuja Malam, sekte yang membangun kota ini. Mereka percaya Gerbang adalah matahari hitam, sumber segala kekuatan. Mereka mempersembahkan jiwa-jiwa untuk memperkuatnya.”

Kael merinding. Apakah itu juga yang menungguku? Untuk dijadikan persembahan?

Ketika mereka melangkah masuk, keheningan kota menyambut. Tidak ada burung, tidak ada serangga—hanya angin yang berdesir membawa gema masa lalu. Jalan utama membentang lurus menuju pusat kota, di mana sebuah menara raksasa masih berdiri, meski miring dan penuh retakan.

“Menara itu,” kata Elira sambil menunjuk, “dulunya disebut Menara Tenebris. Dari sanalah mereka mengendalikan ritual bayangan. Jika Gerbang masih ada, pasti ada di bawahnya.”

Mereka berjalan melewati rumah-rumah batu yang kosong. Jendela-jendela hitam menatap seperti mata mati. Beberapa bangunan runtuh, menyisakan hanya puing dan debu.

Tiba-tiba, suara gemeretak terdengar dari salah satu lorong sempit. Kael segera menghunus pedang bayangannya, Lyra menarik busur, dan Soren bersiaga dengan kapak.

Dari kegelapan lorong itu, muncul sosok-sosok berbalut kabut hitam—Bayangan Tersisa, roh orang-orang yang dulu terperangkap di sini. Mata mereka kosong, tubuh setengah transparan, dan jeritan lirih keluar dari mulut mereka.

“Arwah… mereka tidak pernah bebas,” bisik Elira, wajahnya pucat.

Tanpa menunggu lama, makhluk-makhluk itu menyerbu.

Kael menebas dengan pedang bayangannya, setiap ayunan menyayat kabut dan menghapus jeritan. Lyra memanah dengan cahaya sihir, sementara Soren menghempaskan tubuh-tubuh itu dengan pukulan keras. Elira berdiri di tengah, mengucap mantra pelindung agar roh itu tak menyentuh jiwa mereka.

Pertempuran berlangsung cepat tapi intens. Kael merasa setiap kali ia menebas, ada suara dalam kabut yang berbisik padanya—“Bergabunglah… lepaskan tubuhmu… kembali pada kegelapan…”

Ia hampir kehilangan kendali, hingga Lyra berteriak, “Kael! Fokus padaku!”

Mata Kael kembali tajam. Dengan teriakan keras, ia menusuk pedang bayangannya ke tanah, mengeluarkan gelombang cahaya hitam yang justru memusnahkan roh-roh itu. Satu per satu, makhluk itu menghilang, meninggalkan hanya abu kabut yang terbang terbawa angin.

Nafas mereka terengah. Soren menyeka keringat di dahinya. “Kalau hantu macam itu yang menjaga pintu gerbang… aku tidak sabar ingin tahu apa yang menunggu kita di dalam.”

Elira menunduk, wajahnya muram. “Mereka bukan penjaga. Mereka hanyalah korban. Penjaga yang sebenarnya… belum muncul.”

Kael menatap Menara Tenebris di kejauhan. Bisikan dalam dirinya semakin kuat, seolah bayangan itu berteriak memanggil.

“Dekatlah, Kael. Rumahmu menunggu.”

Ia mengepalkan tangannya, menahan getaran dalam tubuh. Dalam hati ia tahu—perjalanan mereka baru saja dimulai.

---

1
Anonymous
😍
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa support
total 1 replies
Anonymous
lanjut
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Ardi
bagus
Sang_Imajinasi: terimakasih jangan lupa supportnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!