Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Uji nyali malam pertama.
Fia menolak belaian lembut dari Mama Risha. Tau putri dari almarhumah istri suaminya itu menolaknya, Mama Risha memilih untuk pergi.
Bang Hara menatap Bang David dengan tatapan penuh tanya, seolah meminta penjelasan lebih lanjut. Bang David hanya mengangkat bahunya, memberikan isyarat bahwa Bang Hara harus mencari tau sendiri tentang gadis itu.
"Jadi, siapa nama teman Fia yang makan semangka itu?" tanya Bang Hara, mencoba memulai percakapan.
Bang David tersenyum tipis. "Namanya Regina. Dia teman kecil Fia. Orangnya baik, ceria, dan pintar masak."
"Oh, Regina," gumam Bang Hara. Ia memperhatikan Regina dari kejauhan. Gadis itu tampak asyik mengobrol dengan Fia sambil sesekali mengusap pipi Fia. Ada sesuatu dalam diri Regina yang menarik perhatian Bang Hara. Mungkin karena pembawaannya yang ceria dan wajahnya yang manis bak pinang di belah dua dengan Fia.
"Sepertinya dia tipe idealmu." celetuk Bang David menarik senyum tipis.
"Saya malas pikir perempuan, saya balik dulu ke mess ya..!!" Pamit Bang Hara.
Dari kejauhan, Bang Renes menatap langkah sahabatnya. Bukan tidak punya hati, tapi semua memang perkara hati.
Flashback Bang Renes on..
"Niat awal saya tidak begitu." Kata Bang Hara.
"Tapi akhirnya begitu, kan. Eehh.. B*****t, kamu tau sejak dulu saya ada hati sama Fia, beraninya kamu menikung saya dari belakang. Kamu juga tau saya dan Laras sudah bercerai, kenapa kamu hilangkan akses kontak saya????"
Bang Hara diam tanpa kata. Ia juga mengakui sudah berusaha merebut hati Fia dari tangan sahabatnya.
"Sudah kau apakan saja, Fia??" Jelas ada rasa cemburu tersirat dari pertanyaan Bang Renes. Ia mencengkeram kuat kerah pakaian Bang Hara.
"Saya masih mampu menahan diri sekalipun begitu berat. Saya masih punya iman." Jawab Bang Hara santai.
buugghh..
Satu pukulan mendarat di wajah Bang Hara.
Bang Renes terhuyung mundur, napasnya memburu. "Kamu pikir dengan imanmu itu, Fia akan bahagia? Dia butuh seseorang yang bisa melindunginya, bukan hanya menahan diri..!!"
Bang Hara mengusap sudut bibirnya yang berdarah. "Saya tahu apa yang Fia butuhkan. Dan saya akan memberikannya, dengan cara saya sendiri."
"Cara kamu yang pengecut itu?" Bang Renes mencibir. "Kamu bahkan tidak berani mengakui perasaanmu yang sebenarnya pada Fia!"
Bang Hara terdiam. Kata-kata Bang Renes ada benarnya. Selama ini, ia selalu berusaha menahan diri, takut menyakiti siapa pun. Tapi, tidak ada jaminan yang bisa membuat Fia bahagia.
"Saya cukup paham status saya sebagai duda, tapi kamu tidak pernah paham dalamnya arti status saya itu. Saya juga menahan diri demi Fia."
"Percaya atau tidak, terserah. Saat itu Fia begitu kehilanganmu, pernikahanmu dengan Laras. Tiada hari tanpa tangis, awalnya saya pun tidak ada rasa namun setelah saya bersamanya, rasa itu tumbuh tanpa bisa di cegah. Layaknya perasaan pria pada wanita, saya jatuh cinta." Jawab Bang Hara.
"Kamu tau masalah saya dengan Laras bahkan sebelum perceraian itu terjadi. Lantas kenapa kamu menusuk saya dari belakang?????" Bentak Bang Renes.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Bang Hara berikan.
"Kalau saya menikahinya, kamu ikhlas??"
Bang Hara menengadah menahan laju air mata. Pikirannya berantakan, mungkin dadanya terasa sesak, terdengar dari hela nafasnya yang tidak beraturan.
Flashback Bang Renes off..
'Maaf, Har. Saya tidak sanggup kehilangan Fia untuk kesekian kalinya'.
Bang Renes melangkah pergi.
...
"Apa??? Om Renes??? Kemarin Bang Hara bertanya, apakah Fia bersedia menikah. Fia bilang mau. Tapi Fia tidak tau kalau ternyata Fia harus menikah dengan Om Renes. Kenapa kalian semua menjebak Fia???" Teriak Fia kesal.
"Tidak ada yang menjebak mu, Fia." Kata Bang David.
"Baiklah. Ternyata kalian semua ingin nasib Fia sama seperti Mama, menjadi yang kedua dan tidak pernah di cintai."
"Bukan begitu, dengarkan penjelasan Abang........" Bang David berusaha menjelaskan tapi Fia yang marah sama sekali tidak mau mendengarnya.
Fia menarik tangan Bang Renes keluar dari rumah Papa El. Bang Renes pun memberi kode agar semuanya tetap tenang. Papa El melempar kunci mobil pada Bang Renes, tapi selepas Fia pergi, tiba-tiba saja Papa Hananto tumbang.
:
"Sejadi-jadinya Fia menangis, tidak ada tempat bagi Bang Renes untuk menenangkan Fia. Tidak baik juga jika banyak orang yang melihatnya. Secepatnya Bang Renes memutar mobil milik Papa El menuju pelataran sebuah hotel.
Perasaan Fia semakin tertekan. Setelah Bang Renes menyelesaikan administrasi, ia mengikuti langkah Bang Renes yang menggandeng tangannya.
~
Bang Renes masih menerima panggilan telepon dari atasannya sambil menekuk lengan hem nya sebatas siku namun konsentrasinya buyar mendengar suara jerit Fia dari kamar mandi. Bang Renes pun mengabaikan panggilan telepon lalu menghampiri Fia dan refleks membuka pintu kamar mandi.
Matanya melotot saat Fia berdiri di atas bathtub. Fia yang terkejut langsung berjongkok, bersembunyi di dalamnya.
Gemericik air masih membasahi rambutnya. Bang Renes yang sempat melihat istrinya seketika bagai terhipnotis. Ia meletakkan asal ponselnya.
"Kamu tidak mau menikah dengan saya tapi kamu menarik perhatian saya, apa maumu?" Bang Renes menghampiri Fia. Satu persatu Bang Renes melepas k*ncing pakaiannya kemudian melonggarkan ikat pinggang lalu masuk ke dalam bathtub.
"Oomm Reen mau apa?? Jangan, Om..!!"
"Apalagi?? Laki-laki dan perempuan dalam keadaan seperti ini apa hanya akan saling pandang??" Kata Bang Renes.
Fia begitu ketakutan, ia mengingat nasib ibunya yang tidak pernah di cintai hingga akhir hayatnya. Kini dirinya harus berhadapan yang ia ketahui adalah suami orang.
"Fia nggak mau. Kalau Om memaksa, Fia teriak..!!" Ancam Fia.
"Lantas siapa yang kamu mau?? Hara????"
"Iya, memang kenapa? Fia cintanya sama Bang Hara. Asal Om tau, Fia sudah melakukannya sama Bang Hara." Oceh Fia dengan sengaja.
Seketika darah Bang Renes terasa panas hingga mendidih di ubun-ubun kepala, wajahnya merah meradang tatap mata penuh amarah tertahan.
"Nggak usah bercanda." Bang Renes memberi peringatan pada Fia bahwa dirinya tidak menyukainya namun Fia tidak mengindahkan.
"Om Ren ingin tau gaya favoritnya????"
Bukan amarah Bang Renes lagi yang Fia lihat, pria yang kini menjadi suaminya itu mengamuk dan mengangkat Fia keluar dari bathtub.
Bang Renes membanting Fia di atas tempat tidur dengan kasar. Ia tidak peduli dengan tubuh mereka yang setengah basah.
Fia semakin ketakutan apalagi kini matanya melihat apa yang sama sekali tidak pernah di lihatnya selama ini. Degub jantungnya berantakan, denyut nadinya tidak stabil.
Pikirannya masih belum terkumpul, tapi tanpa awalan sedikitpun, Bang Renes langsung meni*dihnya tanpa ampun hingga rasanya bagian tub*hnya sobek bagai sehelai kertas, rasa sakit seakan menjalar ke sekujur tubuh.
"Mulai sekarang hanya gaya favorit saya yang harus kamu ingat." Kata Bang Renes.
Bang Renes mungkin masih marah, bahkan sangat marah tapi dirinya berusaha tidak sekeras itu pada Fia. Melihat istrinya menangis, hatinya pun tidak tega. Di malam ini pun secara sadar dirinya baru merasakan hangatnya t*buh seorang wanita. Tidak ada yang bisa menggantikan indahnya pengalaman malam pertama.
:
"Mudah-mudahan Allah meridhoi, menitipkan dari setetes nu*fah yang melegakan batin agar di dalam rahimmu menjadi anak sholeh."
Bang Renes pun menyelesaikannya, lega, tuntas tanpa sisa. Ia membelai rambut Fia dengan perasaan tidak pasti.
Perlahan Bang Renes menarik diri. Ia melihat bercak di atas bedcover. Batinnya tidak bisa bohong akan satu hal tapi jujur kepalanya pening dalam kebingungan.
"Fia benci sama Om. Kembalikan seperti semula..!!!" Omel Fia kesal.
Bang Renes tertegun, jantungnya bertalu kencang. "Yaa.. Yaaa mau bagaimana lagi, masa di jahit ulang."
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂