Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Meminta Kepastian
...🌼...
...•...
...•...
Angel menatap Derren yang sudah bersiap pergi bekerja pagi ini. Semalam, Derren tidur di kos Angel. Mereka melakukan hubungan terlarang itu lagi setelah pulang dari klub malam.
Bodoh. Mungkin itu adalah hal yang benar untuk seorang Angel yang masih mau memenuhi segala nafsu birahi Derren.
“Derren,” panggilnya sembari mengenakan pakaian dan mendekati Derren yang sudah rapi.
“Ada apa, Beb?”
“Aku pengen ngomong serius sama kamu.”
“Ngomong aja.”
“Tolong duduklah dulu, ini pembicaraan yang sangat penting.”
“Aduh, Beb, aku udah telat ke kantor. Lain kali aja kita bicara.”
“Nggak, aku mau bicara sekarang.” Angel menahan lengan Derren, jelas pria itu kesal.
“Mau ngomongin nikah lagi?” kesalnya menatap malas ke arah Angel.
“Iya, emang apalagi coba? Apa hubungan kita hanya begini-begini saja? Aku nggak mungkin digantung terus sama kamu kayak gini.”
“Dengar, Ngel, masih banyak hal yang harus aku capai. Aku nggak mau terhalang hanya karena pernikahan. Aku harap kamu mengerti.”
"Emang kamu pikir aku nggak ada target pencapaian juga, hah? Selama ini kamu pikir aku cuma main-main aja gitu? Banyak hal juga yang ingin aku capai, Der. Kamu jangan egois dong. Pikirin juga gimana nasib aku. Aku nggak bisa terus-terusan begini, kalau memang kamu tidak ada niatan untuk menikahi aku, kita akhiri saja hubungan ini." Angel sudah tidak sanggup menahan emosinya. Ia merasa sangat dipermainkan oleh Derren selama ini.
"Haha, akhiri? Kamu yakin? Denger ya, Ngel, kamu itu cewek bekas yang nggak akan bisa ngapa-ngapain tanpa aku. Kamu pikir segampang itu melepaskan hubungan kita?"
"Ya kalo gitu nikahin aku, Der. Aku pengen hubungan kita jelas. Lagian selama ini, aku gak pernah tuh bergantung materi sama kamu, semua aku adain sendiri."
"Menyombong ya kamh. Aku nggak mau untuk menikah sekarang. Jalani dan nikmati saja semua ini. Kita pikirkan pernikahan nanti setelah aku siap."
"Siap? Kapan kamu siapnya, Der? Aku bener-bener udah nggak bisa begini terus sama kamu."
"Udahlah! Aku udah telat kerja. Mending kamu jangan banyak drama. Aku pergi dulu."
"Derren, kamu kenapa sih? Tolong kasih aku kepastian. DERREN!" Angel berteriak memanggil pacarnya itu, namun tidak diindahkan oleh Derren. Pria tersebut melangkahkan kaki dengan ringan meninggalkan kos Angel tanpa peduli rasa sakit dari kekasihnya sendiri.
Dada Angel terasa sesak melihat kepergian Derren yang seakan menggantung dirinya tanpa ikatan yang jelas. Angel menangis tersedu-sedu selama beberapa menit dengan bersandar ke tempat tidur.
Klek!
Pintu kos Angel dibuka oleh Sonia. Hari Minggu begini Sonia biasa menghabiskan waktunya bersama Angel.
"Angel, kamu kenapa?" tanya Sonia dengan cemas saat melihat mata Angel sembab.
Angel langsung memeluknya dengan erat, menumpahkan tangis pada Sonia.
"Nangis aja sampai perasaanmu lega." Setelah tangisnya reda, Sonia memberikan segelas air pada Angel.
"Minum dulu."
"Son, aku ingin mengakhiri semuanya. Aku ingin semuanya berakhir, Son. Aku udah nggak kuat," tangis Angel pada Sonia dan Sonia paham ke mana arah pembicaraan sahabatnya.
"Yaudah, Angel. Kamu putusin aja Derren. Pasti karena dia kan, kamu begini."
"Iya, dia nggak mau nikahin aku. Nggak mungkin aku cuma jadi pemuas nafsu dia aja. Aku capek, Son."
"Semuanya berpulang pada kamu. Lagian yang menjalani hubungan kan kamu, jadi kamu pasti bisa memutuskan yang terbaik untuk dirimu, Angel. Melihat hubungan kalian selama ini, memang sangat tidak sehat," saran Sonia.
"Iya, aku udah mengambil keputusan untuk mengakhiri semuanya, Son. Semoga dia bisa hidup bahagia tanpa aku."
Sonia memeluk sahabatnya itu. Dia tahu apa yang Angel rasakan karena selama bersama Derren, Angel hanya dijadikan pemuas nafsu saja. Tak jarang, Derren sering melakukan kekerasan jika kehendaknya tidak terpenuhi.
Seharian Sonia berada di kos Angel, mereka bercerita dan tertawa lepas seakan beban hidup mereka hilang sejenak.
Sonia melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore.
"Ngel, aku pulang dulu ya, udah sore nih. Takut kalau pulang kemaleman dan udah mau ujan juga."
"Yah, cepet banget, baru juga bentaran di sini."
"Bentar apanya, dari jam 8 pagi aku di sini. Kamu jaga diri baik-baik ya, jangan sedih-sedih lagi. Besok pulang kerja, aku bakalan temuin kamu lagi. Oke."
"Iya, cantik. Sini peluk dulu." Sonia tersenyum dan memeluk erat Angel. Tiba-tiba, Angel terisak dalam pelukan Sonia dan pelukan itu terasa agak aneh bagi Sonia.
"Udah dong, jangan nangis. Besok kan kita bisa ketemu lagi. Aku janji deh, sepulang kerja aku akan nginap di sini," bujuk Sonia yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Angel.
"Hati-hati di jalan ya, Son."
"Iya, Ngel."
Sonia dengan berat hati meninggalkan Angel sendirian di kos tapi mau bagaimana? Dia juga harus menyelesaikan orderan kue dan juga mempersiapkan berkas untuk pekerjaan besok.
Sedangkan Angel kembali termenung sambil menatap foto dirinya bersama Derren. Hatinya hancur.
"Kenapa ya aku jadi cewek bodoh banget? Harusnya aku nggak terjebak dengan pria ini. Kenapa aku sangat mencintai dia? Dan kenapa dia selalu bisa memanipulasi otakku agar tidak lepas darinya? Dasar bodoh kamu, Angel." Dia merutuki diri sendiri karena sudah memberikan segalanya pada Derren— lelaki bajingan yang tidak pernah memberikan kata pasti untuknya.
...***...
"Tuan memanggil saya?" tanya Rani pada Sean sambil menundukkan kepala.
"Saya mau kamu menjemput kue di rumahnya Sonia. Tadi saya memesan cukup banyak dan bilang saja untuk acara," titah Sean.
"Baik, Tuan."
Tak membuang waktu. Rani tiba di depan rumah Sonia bersama Jabar— sopir Sean, ia mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban. Lama menunggu, akhirnya Rani memberanikan diri untuk memeriksa dengan cara mengintip ke dalam rumah melalui kaca jendela.
Rani kaget melihat Sonia tergeletak dengan hidung mengeluarkan banyak darah. Rani meminta tolong pada Jabar untuk membantu Sonia.
Jabar mendobrak pintu rumah tersebut dan akhirnya berhasil masuk. Mereka langsung membawa Sonia ke rumah sakit. Beruntung, Sonia cepat mendapatkan pertolongan dari dokter, hingga keadaannya membaik.
Rani dan Jabar tidak meninggalkan Sonia begitu saja, mereka menunggu sampai Sonia sadarkan diri. Rani mengenal Sonia semenjak dirinya sering disuruh untuk menjemput orderan kue oleh Sean.
“Hasil pemeriksaan sementara, dia kelelahan dan kurang istirahat,” jelas sang dokter pada Rani dan Jabar ketika baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.
“Sekarang bagaimana kondisinya? Apa sudah membaik?” tanya Rani.
“Sudah, dia sudah membaik. Hanya saja butuh waktu untuk istirahat dan tidak boleh beraktifitas berat dulu.” Rani mengangguk dan beberapa penjelasan dari dokter dia simpan dalam pikirannya agar nanti bisa dia jelaskan kepada Sean di rumah.