NovelToon NovelToon
Rumah Hantu Batavia

Rumah Hantu Batavia

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri
Popularitas:717
Nilai: 5
Nama Author: J Star

Dion hanya ingin menuntaskan misinya di Rumah Hantu Batavia, tapi malam pertamanya di penginapan tua itu berubah menjadi teror yang nyata. Keranda tua terparkir di depan pintu, suara langkah basah menggema di lorong, keran bocor, pintu bergetar, dan bayangan aneh mengintai dari balik celah.

Saat ponselnya akhirnya tersambung, suara pemilik penginapan tidak kunjung menjawab, hanya dengkuran berat dan derit pintu yang menyeret ketakutan lebih dalam. Sebuah pesan misterius muncul, “Hantu-hantu yang terbangun oleh panggilan tengah malam, mereka telah menemukanmu.”

Kini Dion hanya bisa bersembunyi, menggenggam golok dan menahan napas, sementara langkah-langkah menyeramkan mendekat dan suara berat itu memanggil namanya.

”Dion...”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Memang Setia

Hanya ada satu orang yang sesuai dengan kriteria tersebut, seorang lansia yang berbagi kamar dengan pemilik penginapan.

’Hal ini terasa janggal, berdasarkan artikel berita, pemilik penginapan seharusnya seorang lansia. Tapi orang yang menyambutku saat datang jelas bukan lansia, melainkan pria paruh baya.’ Dion berdiri, lalu menempelkan telinganya ke dinding. Televisi di kamar sebelah masih menyala dan kini sedang memutar iklan acak.

’Bukankah biasanya penonton akan mengganti saluran saat iklan tayang? Namun, mereka sudah menonton iklan selama beberapa menit.’ Dion kembali mendekatkan telinganya ke dinding, ’Mungkin ada sesuatu yang terlewat,’ pikirnya.

Ia mengosongkan pikiran dan mulai menyusun ulang semua petunjuk yang dimiliki sejauh ini. ’Setelah memasuki kamar, aku mendengar suara piring pecah dari sebelah. Tidak lama kemudian, pemilik penginapan terdengar memarahi lansia itu. Suara makian dan ocehan terus terdengar sampai volume televisi dinaikkan. Lansia itu jelas tidak berdaya, sehingga yang menaikkan volume televisi pasti pemilik penginapan. Tapi pertanyaannya adalah, mengapa dia melakukannya?’

Dion menyipitkan mata ketika sebuah dugaan mulai terbentuk di benaknya. ’Apakah pemilik penginapan itu menganiaya lansia tersebut? Apakah suara televisi itu dimaksudkan untuk menutupi suara penganiayaan?’

Semakin ia memikirkan kemungkinan itu, semakin masuk akal. ’Piring yang pecah terdengar tepat setelah aku pindah masuk, bukankah itu terlalu kebetulan? Mungkinkah itu sinyal darurat dari lansia tersebut? Lagi pula, hanya karena piring pecah, tidak ada alasan kuat bagi pemilik penginapan untuk marah sedemikian rupa. Kecuali jika dia khawatir suara itu menarik perhatianku.’

’Tetapi mengapa dia harus takut? Dan mengapa lansia itu membutuhkan pertolongan?’

Tiba-tiba, sebuah detail yang sebelumnya ia anggap sepele terlintas kembali dalam pikirannya. Ketika memarahi lansia tersebut, pemilik penginapan melontarkan makian dengan bahasa asing.

’Semua anggota keluarga yang meninggal adalah penduduk setempat. Sebaliknya, pemilik penginapan ini jelas bukan orang asli Jakarta. Artinya, dia seharusnya tidak memiliki hubungan darah dengan lansia itu maupun dengan keluarga yang meninggal.’

Secara logika, seorang pria tidak akan menyerahkan pengelolaan asetnya kepada orang asing, kecuali… ’Pria pincang itu telah mengambil alih tempat ini dan menyandera lansia tersebut! Jika benar demikian, maka hanya ada dua kemungkinan. Dia adalah perawat yang menjadi tamak, atau dialah pembunuh sebenarnya.’

Bagaimanapun juga, itu pertanda buruk bagi Dion.

Tinju Dion mengencang, ’Hal ini juga menjelaskan mengapa pria itu menguping di pintuku sebelumnya. Dia ingin mengetahui sejauh mana aku sudah mengetahui sesuatu.’

Kening Dion mulai dipenuhi keringat akibat serangkaian dugaan tersebut. Bagaimanapun, ia bukanlah seorang detektif sungguhan. Semua yang ia miliki hanyalah referensi dari alur cerita serial kriminal yang pernah ditonton di televisi.

’Apa yang harus kulakukan sekarang? Langsung masuk ke kamar sebelah dan memukul pemilik penginapan hingga pingsan? Tidak, itu terlalu gegabah. Jika spekulasiku keliru, aku akan terjerumus ke dalam masalah besar.’ Dengan palu di tangan dan pisau lipat di saku, Dion berjalan mondar-mandir di kamar.

’Memberinya semacam tes untuk mengonfirmasi identitasnya? Tidak, itu pun terlalu berisiko. Bagaimana jika aku justru menunjukkan kartu truf terlalu cepat? Lagi pula, bisa saja pria itu memiliki kaki tangan, sementara aku hanya seorang diri. Jika sampai menjadi sasaran, hidupku dalam bahaya. Apalagi aku tidak ada bukti nyata, semua ini hanya berupa dugaan. Sementara itu, aku yakin tujuan utama di sini adalah menemukan pembunuh yang menghilangkan nyawa seseorang empat tahun lalu. Jadi, mungkin sebaiknya aku tetap fokus pada hal tersebut.’

Dion terjebak dalam dilema, tiba-tiba televisi di kamar sebelah dimatikan, membuat suasana mendadak hening.

’Apa yang sedang terjadi?’ Dion perlahan membuka pintu kamarnya dan menunduk serendah mungkin. Ia mengintip ke arah pintu kamar pemilik penginapan, tidak ada cahaya keluar dari celah bawah pintu.

’Tidur pukul delapan malam?’ Dion merangkak mendekati pintu kamar pemilik penginapan sambil menggenggam palu. Dalam sekejap kesadaran, ia menyadari betapa mencurigakan dirinya jika ada yang melihat. Ia segera menoleh ke belakang, memastikan tidak ada orang, lalu menyelipkan kembali palu ke dalam saku dan merangkak kembali ke kamarnya.

’Meskipun spekulasiku belum tentu seratus persen benar, andai saja ada seorang profesional yang dapat membantuku menganalisis hal ini…’

Dion berbaring di tempat tidur dan mengeluarkan ponsel dari saku. Dalam daftar kontaknya, selain Dinda, nyaris tidak berkomunikasi dengan orang lain.

’Ya Tuhan, aku memang setia,’ gumamnya dalam hati.

Dion berpikir sejenak, dari semua orang yang dikenal, satu-satunya yang sedikit memiliki kaitan dengan investigasi adalah Julian, pemuda yang sempat pingsan di Rumah Hantu miliknya.

’Bagaimanapun juga, seorang mahasiswa kedokteran seharusnya lebih baik dalam logika dan analisis dibanding aku.’ Ia membuka aplikasi berbagi video dan mendapati ada sekitar dua puluh pesan pribadi baru. Ia mengklik salah satu secara acak dan mendapati itu adalah pesan dari sebuah studio berbasis daring. Orang tersebut menyatakan ketertarikan untuk mengajaknya bergabung dengan tim mereka.

’Apakah ini semacam pencari bakat?’ Dion tidak memiliki waktu untuk memedulikannya. Ia terus menggulir pesan-pesan tersebut untuk menemukan ID Julian, mengabaikan undangan yang datang.

Namun beberapa menit kemudian, studio yang sama mengirimkan pesan lagi.

“Kami melihat videomu, itu memiliki potensi besar.”

“Kami ingin tahu apakah kamu berminat untuk bekerja sama dengan kami.”

“Kami dapat menghubungkanmu dengan streamer papan atas di platform kami untuk membantu meningkatkan popularitas dan eksposurmu.”

“Melakukan ini sendirian akan sangat sulit, lagi pula sebagian besar streamer di internet bergantung pada tim dan jaringan yang solid.”

“Ini adalah tawaran yang sangat menarik, jadi mohon pertimbangkan baik-baik.”

“Kamu masih di sana?”

Notifikasi pop-up yang tidak henti-hentinya mengganggu Dion. Ia sedang berusaha bertahan hidup semalaman di apartemen yang diduga dihuni oleh seorang pembunuh. Orang yang telah menghabisi empat nyawa dengan darah dingin empat tahun silam, sementara orang-orang ini justru sibuk menawarkan kerja sama kepadanya? Akhirnya ia mengetik singkat, “AFK.”

“Kamu lucu sekali, pertimbangkanlah studio kami dengan serius. Kamu tidak perlu melakukan apa pun, selain menambahkan logo studio kami pada videomu. Sebagai imbalannya, kami akan memberikan eksposur yang lebih luas untuk membantumu mendapatkan lebih banyak penonton.”

“Maaf, saat ini aku tidak tertarik pada hal semacam itu.” Dion merasa jawabannya sudah cukup sopan. Jika orang lain berada di posisinya, mungkin mereka sudah memaki pengirim pesan itu dan langsung memasukkannya ke daftar hitam.

“Video pendekmu memiliki potensi besar untuk menjadi viral, tetapi kamu harus mengerti bahwa hal tersebut hanyalah sebuah kemungkinan. Platform seperti ini menerima rata-rata satu juta unggahan setiap hari, dan kamu hanyalah salah satu yang beruntung. Saat ini audiens mencari hiburan yang serba cepat, mereka tidak memiliki kesabaran untuk menunggu. Setiap saat, muncul hal-hal baru dan lebih menarik yang dapat menyita perhatian mereka. Jika kamu tidak mengelola bisnis ini dengan baik, videomu akan segera tenggelam di lautan konten baru.”

“Bicarakan nanti, aku sedang sibuk dengan sesuatu yang lebih penting.” Dion akhirnya berhasil menemukan ID Julian.

“Apa yang lebih penting daripada menghasilkan uang? Jika kamu masih ragu, kami mungkin dapat menawarkan bentuk kerja sama lain. Misalnya, kami bersedia memberikan bayaran yang sangat menarik untuk membeli konten serta teknik pengambilan videomu.”

Dion menghela napas panjang, rasa kesal mulai menguasainya. Ia pun langsung memblokir akun tersebut dan segera mengirim pesan kepada Julian.

Tidak disangka, Julian membalas dalam hitungan detik. “Mas, aku sudah menunggu video terbarunya!”

“Tunggu sebentar, ada hal yang lebih penting ingin ku tanyakan.” Setelah memperoleh nomor telepon Julian, Dion segera menghubunginya. Dengan suara berbisik, ia menceritakan seluruh situasi yang sedang dihadapi.

1
Gita
Membuat penasaran dan menegangkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!