Nabila Fatma Abdillah yang baru saja kehilangan bayinya, mendapat kekerasan fisik dari suaminya, Aryo. Pasalnya, bayi mereka meninggal di rumah sakit dan Aryo tidak punya uang untuk menembusnya. Untung saja Muhamad Hextor Ibarez datang menolong.
Hextor bersedia menolong dengan syarat, Nabila mau jadi ibu ASI bagi anak semata wayangnya, Enzo, yang masih bayi karena kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Baby Enzo hanya ingin ASI eksklusif.
Namun ternyata, Hextor bukanlah orang biasa. Selain miliarder, ia juga seorang mafia yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Istrinya pun meninggal bukan karena kecelakaan biasa.
Berawal dari saling menyembuhkan luka akibat kehilangan orang tercinta, mereka kian dekat satu sama lain. Akankah cinta terlarang tumbuh di antara Nabila yang penyayang dengan Hextor, mafia mesum sekaligus pria tampan penuh pesona ini? Lalu, siapakah dalang di balik pembunuhan istri Hextor, yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Dahlia
"Eh, aku berhasil menyalakan kembali hape Helena yang rusak. Itu jejak digital yang tersisa."
"Siapa orang itu, Hextor? Apa dia pake nomor tidak dikenal?"
"Begitulah."
"CCTV?"
"Masih dicari karena kecelakaannya di tempat yang tidak ada CCTV-nya. Sepertinya orang itu sudah merencanakannya."
Agung geram hingga memmukul telapak tangannya sendiri dan menoleh pada sang istri. Julia pun seketika tak bisa bicara.
Pembicaraan jadi buntu. Hextor pulang tanpa hasil. "Arman, temani aku ke mal. Aku ingin belanja mainan anak untuk baby Enzo."
"Baik, Tuan." Arman memutar mobil ke arah sebaliknya.
Di bagian anak-anak, Hextor membeli beberapa mainan yang direkomendasikan pegawai toko. Bahkan membeli beberapa set pakaian untuk Enzo. Setelah itu ia mampir di toko kue.
"Tuan, Anda beli untuk siapa?" Arman sangat tahu, Hextor sering membelikan istrinya kue, tapi sekarang istrinya sudah tiada. Untuk siapa bosnya itu akan berikan?
"Eh, itu. Nabila. Dia itu selera makannya sangat parah."
Arman melongo. "Tuan, dia 'kan cuma ibu sussu baby Enzo?"
"Tapi dia 'kan menyussui anakku! Sudah, jangan membantah!" Hextor tampak kesal. "Memangnya kenapa aku membelikannya? Aku bukan tertarik padanya, 'kan?" "Kamu tunggu saja di sini. Aku cuma sebentar," sahutnya sambil masuk ke dalam toko.
Arman terpaksa menunggu di luar.
***
Nabila tengah menjemur Enzo di taman belakang. Suasana sepi. Pagi-pagi sekali Hextor pergi hingga rumah terasa lengang.
Enzo merengek. Rupanya pipinya mulai memerah. Entah sejak kapan Nabila melamun, hingga lupa telah berjemur lama. "Oh, iya, Enzoo ... ayo kita masuk ke dalam." Nabila menggendongnya.
Saat menaiki tangga, seorang tamu dipersilakan masuk oleh seorang pembantu. Tamu itu seorang wanita yang berwajah cantik. Ia menunggu di ruang tamu. Wajahnya asli Indonesia. Rupanya mirip seseorang, tapi Nabila tak ingat, siapa. "Apa mungkin dia pacar Pak Hextor? Ah, tidak mungkin secepat itu. Istrinya 'kan baru meninggal. Apa mungkin ini sekretarisnya?" Karena tak ingin usil, ia bergegas ke lantai atas.
Wanita itu sempat melihat Nabila yang menggendong Enzo ke lantai atas. Ia mengerut dahi. Ia sempat menahan pembantu yang membukakan pintu untuknya, lalu bertanya. "Siapa perempuan itu?"
"Oh, itu ibu sussu baby Enzo, Bu."
"Oh, begitu." Wanita itu memandangi Nabila hingga Nabila masuk ke kamar Enzo. Ia tersenyum miring. "Hanya pengasuh ya."
Tak lama Hextor datang bersama Arman. Ia terkejut ada Dahlia di ruang tamu. "Dahlia?"
"Hextor, bagaimana kabarmu?" Dahlia tampak serius menatap Hextor.
Hextor tak langsung menjawab pertanyaan Dahlia. "Eh, aku mau ke atas sebentar. Tunggu saja di sini." Ia melangkah ke tangga. Tampak Hextor tak nyaman dengan keberadaan wanita itu. Arman mengikuti dari belakang karena membawakan barang belanjaan Hextor di kedua tangan.
Sampai di depan kamar Enzo, Hextor mengetuk pintu. Ia mengintip ke dalam. Ternyata Nabila tengah meletakkan Enzo di boks bayi karena sudah tidur.
Hal ini tak luput dari perhatian Dahlia yang melihat dari lantai satu. "Kenapa harus mengetuk pintu? Ini 'kan rumahnya. Kenapa harus begitu pada pengasuh itu?"
Di kamar Enzo, Nabila terkejut dengan kedatangan majikannya bersama Arman. Apalagi, membawa banyak barang belanjaan.
"Ini barang-barang untuk Enzo. Ada mainan dan pakaian. Tolong sortir pakaian Enzo yang sudah kekecilan dan keluarkan," ujar Hextor memberi tahu. Barang-barang itu ditumpuk di atas ranjang oleh Arman.
"Oh, iya, Pak." Nabila mengangguk.
Kemudian Hextor melirik Arman. Asistennya segera tahu apa yang diinginkan bosnya. Segera ia pamit keluar.
Setelah pintu ditutup, Hextor berdehem sebentar. Nabila menatap pria indo itu. Hextor mengulurkan tangan. Ada sebuah bungkusan belanja lain yang disodorkan pria itu pada Nabila. "Aku kebetulan makan di toko ini dan kebetulan makanannya enak. Jadi aku belikan juga untukmu." Pria itu jelas-jelas berbohong.
"Wah ... apa ya?" Nabila mengambilnya. Ia tampak senang dapat hadiah makanan. Ada kotak makanan di dalam plastik belanja itu. Sebelum sempat membukanya, Hextor menyebutkan isinya.
"Ada pie buah, sussu dan coklat."
Nabila membuka isinya. "Wah, kayaknya enak."
"Tentu saja enak. Aku tidak akan membeli barang yang tidak enak," jawab Hextor sedikit angkuh.
"Wah, terima kasih ya, Pak." Nabila tersenyum lebar melihat isinya.
"Jangan lupa, rapikan barang-barang ini." Tunjuk Hextor dengan dagunya pada barang belanjaan.
"Eh, iya, Pak. Nanti Saya bongkar." Senyum lebar masih bertahan di wajah Nabila.
Hextor sedikit tertawan. "Ada apa dengan diriku. Senyumnya 'kan biasa-biasa saja. Senyum orang yang bahagia diberi makanan enak. Iya 'kan?" "Eh, aku turun dulu. Ada tamu di bawah."
"Oh, iya. Dia baru datang. Sekretaris Bapak ya?"
"Bukan. Dia adik tiri istriku."
Nabila terkejut. "Adik tiri istrinya? Oh iya. Dipikir-pikir memang wajahnya mirip ayah mertuanya ya."
Tanpa banyak bicara, Hextor keluar dari kamar Enzo dan menuruni tangga. Ia kembali mendatangi ruang tamu. "Maaf, menunggu. Ada apa kamu datang ke sini?"
Dahlia mengerut dahi, tapi kemudian berusaha tersenyum. "Kok, aneh? Aku datang ingin melihat keadaanmu. Kita 'kan teman. Aku prihatin dengan yang terjadi dengan hidupmu. Saat pemakaman, aku tak berani mendekat karena ada ayah dan istrinya."
"Tidak apa-apa. Aku ya, beginilah ...." Hextor merentangkan tangannya.
"Apa kamu baik-baik saja?"
"Kalau dibilang baik-baik saja, sih tidak, tapi aku berusaha melewatinya."
Tiba-tiba Dahlia berdiri mendekat, saat Hextor mulai duduk di hadapannya. Hextor tampak kaget dengan sikap wanita itu yang tiba-tiba mendekatinya. Tak sengaja ia melihat ke atas. Nabila keluar dari kamar Enzo dan masuk ke kamarnya.
Ia kembali terkejut saat Dahlia menyentuh bahunya. "Kamu mau apa?" Hextor memiringkan tubuhnya menjauh.
"Hextor, ada apa denganmu? Kita 'kan teman."
"Aku sudah menikah, Dahlia."
"Tapi istrimu sudah meninggal, Hextor."
"Dan dia adalah saudaramu." Hextor mendongak menatap Dahlia yang rambut lurusnya, pendek sebahu.
"Hextor ...."
"Dahlia. Kita mungkin teman waktu kecil, tapi kita sudah dewasa sekarang. Apa kamu tidak takut pria yang mendekatimu cemburu padaku?"
"Aku tidak punya pacar, Hextor." Dahlia tersenyum.
"Dan aku juga sudah berumah tangga. Apa kamu datang untuk menjenguk keponakanmu?"
"Eh, mungkin dia sudah tidur," elak Dahlia.
"Eh, iya. Kamu benar."
Dahlia tampak kesal dan mengambil tasnya yang tergeletak di atas sofa. "Ya sudah. Lain kali saja aku ke sini. Bye!"
Hextor hanya melambai. Sejak ia tahu Dahlia menyukainya, ia menjaga jarak. Lucunya, saat Dahlia mengenalkan saudara tirinya, Helena, Hextor malah jatuh cinta padanya hingga akhirnya mereka menikah. Takdir memang aneh, tapi tak bisa ditolak.
***
Hextor masih duduk di kursi di ruang kerjanya. Ia masih belum bisa memecahkan misteri kematian istrinya. Semakin dipikirkan, ia semakin bingung. Siapa sebenarnya yang berani melakukan ini semua? Tidak main-main, sebuah pembunuhan. Kecil kemungkinan itu berasal dari lingkungan Helena dan keluarganya karena hanya Helena yang tahu identitasnya sebagai seorang mafia. Orang tua Helena hanya tahu identitas Hextor yang lain. Pengusaha mal terkenal yang punya banyak cabang di luar negeri. Padahal Hextor punya pabrik senjata di Inggris dan pembelinya dari berbagai belahan dunia.
Pria itu beranjak berdiri. Ia sekarang harus fokus dengan keberangkatannya ke Inggris yang dijadwalkan beberapa hari lagi. Sepertinya Nabila sudah bisa diserahin tugas untuk menjaga Enzo di rumah selama kepergiannya.
Bersambung ....
😀😀😀❤❤❤😘😍😙
😍😙😗😗❤❤❤
ngeriiiu...
😘😍😍😙😗❤❤❤❤❤
satang Enzo tapi salah strategi..
😀😀❤❤😘😍😙
😀😀😀❤❤😘😍😙😙
❤❤❤😘😙😗😗
❤❤❤😘😍😙😙
jangn2 lani naruh serbuk gatal do pakaian Enzo..
untung Hextor tau lani melakukan sesuatu di lwmari anknya ..
jadi gak bisa nuduh nabila..
😀😀❤❤❤😍😙😗
❤❤😍😙😗
karena dia ingin hextir jadi miliknya...
😀😀😘😍😙😗❤❤❤😡