Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Gigit Nyamuk
Mata Erlando tak berkedip sama sekali ketika melihat calon istrinya turun bersama omah Winda dan mamih Aleesya. Getaran cinta itu makin membara. "Ya Tuhan cantik sekali calon istriku."
Penampilan Alana mampu menyihir semua orang yang ada di rumahnya. Ia memakai kebaya putih anggun dan elegan yang pernah dipakai oleh mamihnya dulu saat ijab qobul. Mamih Aleesya terharu melihat anaknya, ia teringat ketika dirinya menikah dulu.
Wajah Alana memang sangat mirip dengan mamih Aleesya semasa muda. Wajah ayu nan teduh dengan kulit putihnya yang seperti salju. "Sayang..." Ucap papih Alarich melirik istrinya penuh haru.
"Aku bahagia, pih. Anak kita akan menikah. Setelah badai terbitlah terang. Alana harus bahagia." Jawab mamih Aleesya .
Papih Al sekarang sudah duduk di depan anak dan calon menantunya. Ia sendiri yang akan menikahkan mereka. Bohong kalau dirinya tidak degdegan. Sedih tentu saja. Anak perempuan yang ia besarkan dengan penuh cinta, kini setelah dewasa Alana harus membagi cintanya dengan pria lain.
"Begini rasanya kehilangan anak perempuan yang sangat aku sayangi. Anakku semoga kamu selalu bahagia." Gumam papih Alarich batinnya, bahkan air matanya sudah menggenang.
Alana memegang tangan papihnya, ia tahu kalau papihnya sedih. "Papih, doain Al yah. Alana janji akan bahagia."
"Iya sayang." Jawab papih Al serak.
-
-
-
SAH ALHAMDULILLAH
Kini Alana dan Erlando telah sah menjadi sepasang suami istri. Erlando menyematkan cincin berlian itu, begitu pun Alana. Pria yang usianya 5 tahun di atas Alana merapalkan doa di atas ubun ubun sang istri lalu mengecup keningnya.
"Terima kasih ya Allah, semoga ini menjadi pernikahan yang pertama dan terakhir untukku Amin." Gumam Alana, matanya sudah berkaca kaca.
Mata Erlando tak henti memandang wajah istrinya yang sangat teduh. Selesai acara ijab qobul, kini para tamu sedang menikmati hidangan yang tersedia. Papih Al mengenalkan Erlando pada semua saudaranya.
Alana bersama para wanita masih mengobrol. Lama kelamaan semua saudara saudara dari keluarga Alana satu persatu pulang. Tinggalah keluarga Dewantara saja yang menginap dirumah.
-
-
"Eum ini kamar aku, mas. Ayo masuk mas." Ucap Alana kikuk, sungguh hatinya saat ini degdegan terlebih ini malam pertama untuk dirinya. Lain halnya dengan suaminya yang sudah lebih dulu berpengalaman.
Erlando masuk dan melihat sekeliling kamar istrinya ini. Dia berjalan melihat photo photo Alana dan beberapa piala. "Istri aku memang pintar. I love you sayang."
"Mas, tadi kopernya udah di sa-sana! Duh kenapa jadi gugup gini sih? Tenang Alana." Gumam batinnya, seketika otaknya jadi ngeblank. Erlando tertawa kecil melihat istrinya kini salah tingkah.
"Kenapa sayang hmm?" Ucap Erlando, dia menangkup wajah sang istri tercintanya. Bohong kalau Alana tak berdebar. Padahal sebelum menikah, ia masih bisa menetralkan jantungnya. Tapi malam ini, ia sungguh degdegan.
Bahkan telapak tangannya sudah dingin. Jelas saja ini adalah malam pertama baginya. "Aku-aku mau mandi hehehe. Mas tidur duluan aja." Alana cepat cepat kabur ke kamar mandi dan membanting pintunya.
BRAK
"Astaga sayang! Lucu banget sih!" Erlando tertawa sumbang melihat istrinya yang menggemaskan. Dia berjalan membuka kopernya dan menaruhnya ke lemari Alana.
Erlando mengganti bajunya duluan memakai piyama, sementara Alana masih betah di kamar mandi. Ia jalan ke kamar mandi dan mengetuk pintunya. "Sayang, kok di kunci? Ayo cepat udah malam sayang." Teriaknya.
Alana masih diam diri di depan cermin, ia menggigit bibir bawahnya, sungguh ia gugup sekali. Suaminya sudah memanggilnya dari tadi.
"Duh gimana ini? Kalau di tunda, besok atau kapan kapan gitu? Dosa enggak yah? Tapi kalau sekarang... Aku_argh! Aku udah wangi kan? Huft, tenang, Al. Tenang, calm down" Alana menghela nafasnya dalam dalam.
CEKLEK
"Sayang, kamu ke_"
DUGH DUGH DUGH
Pengantin baru itu menoleh ke pintu, Alana dan Erlan cepat cepat membuka kan pintunya. "Kenapa, Anna?" Tanya Alana cemas.
"Kak, itu kak Zena mau melahirkan! Kata mamih itu air pipis eh apa air_aduh itu pokoknya airnya udah keluar kak, cepat kak." Anna langsung menarik tangan kakak keduanya.
"An, bentar aduh_"
"Sayang tunggu!" Erlando balik ke kamar menyambar kunci mobilnya. Ia menyusul istrinya ke bawah. Ternyata situasi di bawah sudah chaos.
Zena sudah dibawa ke mobil bersama suaminya. Untungnya mertuanya Athala ada di sini, jadi Ellea bisa dititipkan. "Tahan ya nak, kita ke rumah sakit sekarang." Ucap mamih Aleesya menenangkan menantunya.
Papih Al dan Athar duduk di kursi depan, Athar yang menyetirnya. Alana dan suaminya menyusul di mobil belakang. Omah dan opahnya ikut di mobil Athala.
"Sakit, mih." Rintih Zena yang memegang perutnya. Athala merapalkan doa untuk istrinya. "Sabar sayang kita udah di jalan."
Tangan Zena menjewer suaminya. "Mas sih...aduh perutku! Gara gara mas Atha, argh ya Allah..."
"Ampun umi sayang, mih_arghhh!"
Mamih Aleesya dan mertuanya malah cekikikan melihat Athala yang merana. "Udah terima aja! Athar astaga! Hati hati nak bawa mobilnya!" Teriak mamih Aleesya.
"Tenang mih, Athar mantan pembalap!"
"Maksudmu?" Tanya papih Alarich, matanya sudah melotot.
"Hehehe pembalap di game pih."
Alana dan suaminya mengikutinya dari belakang. "Kamu yang operasinya?" Tanya Erlando. "Bukan mas, dokter Aline."
Erlando mengangguk pelan, namun tangannya sudah mulai nakal, ia mengelus paha istrinya dari balik piyama panjang itu. Mata Alana melotot lebar. "Mas ahh...ja-jangan disini. Bahaya kamu lagi nyetir. Lagian mas nakal ih kok gitu?" Alana mendesah pelan.
"Kita udah halal sayang, kamu lupa hmm?"
CKIITTT
Erlando menghentikan mobilnya, sementara mobil keluarga istrinya sudah menjauh. Ia menarik istrinya dan melumat bibir itu. "Mas ahh..."
Alana kewalahan menghadapi ciuman maut suaminya yang semakin lama semakin menuntut. Erlando men jilati leher istrinya yang wangi dan putih, ia menyesapnya tanpa henti. Tangan Alana meremas lembut rambut suaminya.
"Ssh mas, ahh jangan di-disini." Alana semakin mendesah menikmati sentuhan sang suami. Tangan Erlando masuk ke dalam piyama istrinya dan meremas aset yang besar dan padat. Ia juga membuka kancing piyama yang menutupi tubuh istrinya, lalu melancarkan lagi aksinya.
"Oke, kita ke hotel sekarang!" Ucap Erlando, ia melepaskan tangannya lalu menyalakan lagi mobilnya dengan wajah tanpa dosa setelah tadi ia membuat istrinya berantakan.
"Hah? Mas kita harus ke rumah sakit, kak Zena mau melahirkan loh, masa ke hotel?" Gerutu Alana sambil mengancingkan lagi piyamanya.
"Dua jam saja cukup." Erlando mengedipkan matanya genit. Alana makin melongo dan menggeplak pelan tangan suaminya ini. "Mas genit banget. Kita ke rumah sakit dulu mas, aku enggak enak sama semuanya."
"Iya sayang iya, pulang dari sana kita lanjut_"
"Mas....!"
-
-
-
Alana dan suaminya baru sampai ke rumah sakit. Mereka langsung ke lantai atas. "Gimana kak Zena, mih?"
"Masih di dalam sayang."
"Ehm...kayaknya mobil kak Erlan banyak nyamuk ya kak? Tuh leher kakak di gigitin nyamuk hihi." Ledek Atharya.
Semua mata anggota keluarga reflek memperhatikan Alana. Pengantin baru itu malu setengah mati. Omah dan opahnya cekikikan, begitu pun mamih Aleesya. Hanya papih Alarich yang menatap pengantin itu tajam.
Erlando memukul jidatnya. Kenapa ia bisa bodoh? "Itu-hehehe iya tadi banyak nyamuk."
Alana menutup lehernya dengan rambutnya. Betapa malunya dia. Dia melototi suaminya. "Maaf sayang, jangan melotot gitu donk mata kamu sebentar lagi keluar." Ucap Erlando bisik bisik ke telinga istrinya.
Kebetulan om Evan dan Bastian baru sampai. Lengan mereka saling senggol, melihat mimik wajah papih Alarich yang sudah masam. "Untung saja Alana sudah menikah, kalau belum aku jamin Erlando akan di hajar habis habisan hihi." Om Bastian dan om Evan malah cengengesan.
"Diam kalian!"