NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marah Pun Tak Bisa

“Morning sayang.” Sapa Calvin yang sudah rapih dengan stelan Jas nya berwarna coklat tua.

Jani duduk perlahan membuka matanya yang masih terasa berat.

“Kak Calvin minta maaf karena tidak bisa temani kamu sarapan ya Jan.”

Jani mengangguk, ini salah Jani yang membuat Calvin menggeser janji sorenya di pagi hari ini.

“Sudah tidak demam?” Calvin mendekat kan tubuhnya, menarik tangan Jani dan menempelkannya di keningnya. “Sudah tidak demam.” Ucapnya lirih. Wajahnya terlihat lega.

“Jadi hari ini Kak Calvin tidak bisa menunda lagi pekerjaan Ku ya Jan. Aku pulang larut malam hari ini, jangan lupa makan malam dan tidak perlu menunggu Ku pulang.” Jani mengangguk paham.

“Hari ini pengumuman Jani diterima PKL di mana dan dengan siapa Kak, jika sudah dapat tempat, minggu depan Jani sudah mulai PKL.”

Cuppppp.....

Calvin mencium kening Jani sebelum melangkah. Tindakannya membuat Jani membeku, terkejut sekali sampai Jani tidak bisa bereaksi apapun.

“Ok sayang, kita lanjutkan pembicaraan ini besok bisa kan Jan? Kak Calvin buru-buru sayang, maaf.” Jani mengangguk, pipinya merona membuat Calvin tersenyum.

“Jani mau mandi ya Kak, Kak Calvin hati-hati.” Jani buru-buru melangkah meninggalkan Calvin yang tersenyum gemas melihat tingkah Jani yang salah tingkah.

Bisa-bisanya Kak Calvin sudah mulai berani cium-cium aku.

Bicara sendiri pada cermin yang memantulkan gambar wajahnya yang masih merona.

Ini juga kenapa sih….bisa gak sih deg degan nya biasa aja! Kan dia suami mu Jan…..masa mencium keningmu saja salah tingkah begini sih.

Akkkhhhh……

Teriaknya pelan merasa kegirangan.

Jani pagi ini benar-benar merasa bahagia. Dia merasa diterima bukan dipaksa menikah dengan laki-laki yang membayarnya dengan cukup mahal demi hidup bersama.

Aku yakin Kak Calvin laki-laki yang baik, dia selalu menjaga ku dengan baik dan selalu bersikap bijaksana. Dia tidak pernah memaksakan kehendaknya meski kadang sikap nya menakutkan dan menyebalkan.

Setelah mandi Jani melangkah menuju dapur yang sedang sibuk hari ini. Bibi sudah kembali dari cuti satu minggunya yang berharga.

“Bibi…..akhirnya Bibi kembali juga.” Dia adalah satu-satunya teman bicara Jani saat sedang berada di rumah.

Bibi membalas pelukkan Jani dengan sopan.

“Bibi juga kangen beres-beres rumah besar ini Non.”

Sentuhan lembut tangan keriputnya membuat Jani merasa begitu nyaman.

“Duduk Non, Bibi masak Sup Iga Sapi kesukaan Non Jani.”

“Asikkkkk…..” Jani dengan semangat duduk di kursinya. “Temani Jani makan ya Bi, Kak Calvin hari ini pergi pagi-pagi Bi.” Dia hanya mengangguk sungkan.

Dengan telaten Bibi menyiapkan sarapan untuk Jani.

Seperti biasanya Bibi hanya berdiri di dekat Jani menemaninya sarapan. Dia tidak mau melewati batasan yang memang begitu ketat di rumah besar ini.

Jani tidak bisa memaksa, dirinya juga harus patuh dan tidak boleh merubah apapun yang selama ini sudah jadi peraturan di rumah Kak Calvin. Jani sudah bahagia karena Bibi menemani harinya yang selalu kosong dan sepi. Melihat keberadannya saja sudah membuat Jani terobati sedikit rasa sepinya.

Jani terkejut, tangan tua Bibi tiba-tiba saja mengusap punggung Jani dengan lembut. Ada tatapan haru dari kedua mata Bibi yang sudah berkaca-kaca.

“Kenapa Bi? Kenapa sedih Bi?” Tatapannya semakin sendu.

“Terimakasih Non, terimakasih sudah mau menerima tawaran menikah yang Pak Calvin minta. Dia selalu sedih, sendirian dan tidak punya tujuan hidup. Kau berhasil menjadi tujuan hidupnya Non. Dia penuh semangat sekarang, dia terlihat benar-benar bahagia menjalani hidupnya.” Jani mengangguk.

“Jani tidak melakukan apapun Bi, Kak Calvin yang sudah berhasil menyelamatkan Jani dan keluarga Jani. Dia dengan sadar menawarkan bantuannya saat Mas Angga kehilangan jalan keluar.” Bibi memeluk Jani, mereka sama-sama menitikkan air mata.

“Bibi tenang sekarang Non, Bibi bisa meninggalkan kalian kapan saja. Bibi mohon supaya Nona selalu setia pada Pak Calvin ya Non, kalian harus saling menjaga dan mencintai sampai maut memisahkan.” Jani mengangguk, Jani juga bersyukur ada di sisi Kak Calvin sekarang.

***

“Hay…” Sapa Jani pada teman sekelas yang dirinya jumpai di perjalanan menuju kelas.

Hatinya masih berbunga-bunga sebelum matanya bertatapan dengan laki-laki yang menatapnya intens penuh tanda tanya.

Berusaha menyapa tapi Axel mengabaikannya, dia berlalu memasuki kelas begitu saja membuat suasana canggung di antara keduanya. Jani menghela nafasnya panjang, entah kesalahan apa yang dirinya perbuat sampai Axel begitu terlihat marah pada dirinya.

Jani seperti biasa seorang pendiam, dia hanya senang mendengar teman-temannya saling bercanda tanpa ikut bercanda. Jani selalu sendiri jika Runi belum datang seperti pagi ini.

Sesekali matanya mencuri pandang pada Axel yang duduk di sebelah kanannya.

Biasanya ada tatapan lembut sesekali dari Axel pada dirinya, tapi hari ini Axel seperti yang lain. Mengabaikan Jani yang masih belum menyadari kesalahannya, lebih tepatnya dirinya tidak melakukan kesalahan apapun pada Axel.

Jani menunduk saat tubuh Axel dan beberapa temannya berdiri, Jani mendengar mereka ingin menuju kantin untuk mencari cemilan.

Sreekkkkk…..

Axel menaruk kertas kecil yang terlipat di atas mejanya. Jani memandangi kertas kecil itu sebelum meraihnya.

Jantungnya berdegub cukup keras. Rasanya Axel sedang menghukumnya karena melakukan kesalahan, tapi Jani buntu memikirkan jawabanya.

“Kau Jahat Jan.” Jani menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Perasaan sedih menyeruak membuat matanya berkaca-kaca. Axel adalah teman yang baik selain Runi, hanya mereka berdua yang Jani anggap perduli pada dirinya. Yang lain tidak ada yang perduli pada Jani yang selalu menjadi pendiam.

Jani meremas kertas dan melemparkannya ke sembarang arah. Diam-diam mengusap air mata yang berhasil lolos membasahi pipinya. Axel merusak perasan bahagia yang pagi tadi berhasil Kak Calvin ciptakan.

“Siapa yang menulis ini Jan.” Runi membaca tulisan di kertas kecil yang Jani lemparkan. Jani tersenyum, berusaha menyembunyikan kemarahannya.

“Itu tulisan tanganku. Masa kau tidak kenal sih.” Sedikit bercanda agar Runi tidak curiga dan tidak mengulik lebih jauh.

“Kok tumben baru datang sih.” Runi memanyunkan bibirnya terlihat kesal menanggapi pertanyaan Jani.

“Kak Sam tuh Jan….masa bannya bocor tiba-tiba. Mana sudah siang lagi, untung aja aku di suruh naik ojek. Kalau tidak aku bisa terlambat sampai kampus.” Jani tertawa mendengarnya.

“Ada-ada saja, tapi akhirnya ini bisa membuat Kak Sam mengijinkan mu naik ojek.” Kesal tapi juga senang karena Runi berhasil berangkat dengan ojek. Selama ini Runi selalu di antar jemput kemanapun ingin pergi.

“Iya, aku ajak ngobrol Pak Ojeknya bahas perang Jepang menjajah Indonesia dulu Jan.” Mereka tertawa menceritakan pengalaman pertama Runi.

Awwsss……

“Axel…kenapa gak hati-hati sih!.” Tegur Runi dengan suara keras.

Axel tiba-tiba saja tersandung dan menumpahkan minumannya di rok Jani.

“Aku ke toilet ya Run.” Jani buru-buru menuju toilet yang ada di ujung Lorong kelas kampus. Jani masuk ke dalam kamar mandi tanpa memperhatikan siapa pun yang ada di belakangnya.

Ceklekkkk….

Jani menoleh melihat pintu toilet terkunci. Ada Axel di belakangnya, dia yang mengunci pintu toilet. Tatapan dan senyumnya sangat menakutkan, Jani tidak nyaman sampai buru-buru melangkah menuju pintu ingin keluar dari toilet.

“Lepas Kak…Lepas…Awww…..” Suara ringisannya berhasil membuat Axel melepaskan cengkeraman tanganya.

“Kak Axel kenapa sih! Jani salah apa Kak?.” Teriak Jani ketakutan.

“Kau berhasil menghancurkan ku Jan!.” Axel mendorong tubuh Jani ke tembok. Jani meronta tapi percuma karena tenaganya tidak cukup kuat melawan Axel.

“Akkhhhh….lepas Kak….Lepas…” Axel mengepalkan tangannya dan meninju tembok dengan keras. Jani memejamkan matanya ketakutan. “Aku tidak bisa menyakitimu juga Jan. Ternyata sudah sedalam ini.”

Brakkkkkk……

Axel pergi meninggalkan Jani yang masih menangis ketakutan sendirian di toilet. Seolah sudah di atur, toilet benar-benar sepi tidak ada satu orang pun di sana. Biasanya keadaan toilet kampus cukup ramai.

Runi tidak lama datang, wajahnya sangat panik melihat Jani menangis ketakutan terduduk di lantai. Runi memeluknya dengan erat, tangannya terus mengusap punggung Jani yang masih ketakutan.

“Kau tidak suka satu team dengan Axel saat PKL? Kenapa tidak bilang sejak awal Jan? Axel bersusah payah meminta Pak Rully mengatur kalian agar berada di perusahaan yang sama Jan. Kau bisa batalkan jika tidak suka Jan, kenapa kalian harus bertengkar Jan.” Jani tidak menjawab, dia tidak mengerti apa yang Runi bicarakan.

Akkkhhhhh……

Tangisnya semakin pecah begitu menyakitkan.

Bukan itu yang terjadi Run. Axel jahat, dia menyakitiku karena dia bilang aku berhasil menghancurkannya.

Teriak Jani dalam hati, dia hanya menangis histeris membuat Runi yang menenangkannya ikut bingung harus bagaimana.

“Tenang ya Jan….sudah…sudah. Aku harus bagaimana ini Jan.” Runi terus memeluk Jani dibantu beberapa teman yang kebetulan ke toilet juga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!