NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sergapan

Kapten Leng memberi aba-aba untuk berhenti sejenak. Mereka beristirahat di balik batu besar dan mengatur napas. Semua mulai membuka botol air dan menyeka peluh.

Alex Chu berdiri memandang langit yang mulai diselimuti awan. Tatapannya dalam, seperti menembus atmosfer.

Kapten Leng menoleh ke arahnya lagi.

> “Kau tidak butuh istirahat?” tanyanya pelan.

Alex hanya menggeleng kecil.

> “Aku sedang istirahat,” jawabnya pendek.

Leng Yuran tidak berkata apa-apa lagi. Ia mulai mengerti bahwa pria itu hidup di atas logika militer biasa.

Dan saat mereka kembali melangkah, satu per satu, tak ada yang berani memalingkan wajah dari jalurnya. Tapi mereka tahu…

Ada sesuatu yang jauh lebih kuat daripada seluruh tim ini — dan dia sedang berjalan diam-diam di belakang mereka.

Langit mulai bergemuruh.

Hujan belum turun, tapi tekanan di udara menandakan sesuatu yang akan datang — dan bukan hanya badai.

Tim terus berjalan, menembus gelapnya malam dan rimbunnya hutan. Namun baru beberapa menit setelah meninggalkan titik istirahat, sebuah suara mendesis tajam terdengar.

"Sst! Kontak visual di depan!" salah satu prajurit berbisik sambil memberi aba-aba berhenti.

Semua langsung bersiaga. Senapan terangkat, jari di pelatuk. Suara dedaunan bergoyang terdengar di beberapa arah, disusul suara langkah-langkah cepat dan desingan senjata dingin.

SRAKK!

Sebuah pisau dilempar ke arah mereka dari semak, menancap tajam hanya beberapa senti dari leher salah satu prajurit.

"SERGAPAN!!" teriak Kapten Leng Yuran.

Puluhan bayangan hitam menyerbu keluar dari balik pepohonan. Mereka mengenakan seragam gelap tanpa identitas — jelas bukan tentara biasa. Gerakan mereka cepat dan brutal, mengincar titik-titik vital.

Pertempuran meledak seketika.

Senapan meletus. Peluru berseliweran di antara pohon-pohon. Beberapa musuh jatuh, tapi mereka tetap menyerbu tanpa takut mati. Teriakan perintah dan desingan peluru membaur dalam kekacauan.

Tim militer membentuk formasi bertahan. Mereka bergerak profesional, melindungi satu sama lain dan menembak dengan presisi. Namun tetap saja, jumlah musuh tidak sedikit.

Beberapa prajurit mulai terkena serangan.

Seorang terkena luka sayatan di bahu, satu lagi tersungkur karena hantaman keras di dada. Leng Yuran sendiri bertarung dengan dua musuh sekaligus, menghindari tebasan sembari menembak cepat dari pinggang.

Di tengah pertempuran itu…

Alex Chu berdiri diam.

Dia bersandar di batang pohon, kedua tangannya masuk ke saku celana, ekspresinya kosong. Tatapannya tenang, bahkan sedikit bosan. Seolah-olah semua ini hanyalah pertunjukan biasa.

Satu prajurit yang terluka berteriak padanya,

> “Hei! Kau! Apa kau tidak lihat kami diserang?!”

Alex Chu tidak menjawab.

Dua musuh mencoba mendekat ke arahnya, tapi saat mereka berada dalam radius tiga meter, keduanya berhenti. Mata mereka melebar, tubuh mereka bergetar, lalu perlahan mundur. Seolah ada tekanan tak terlihat yang menindih tubuh mereka. Mereka kabur tanpa perlawanan.

Tak ada yang menyadarinya — selain Leng Yuran.

Pertempuran berlangsung hampir sepuluh menit sebelum akhirnya musuh tersisa melarikan diri. Tanpa perintah, mereka mundur secara acak, meninggalkan rekan-rekannya yang tumbang.

Beberapa prajurit jatuh terduduk, terengah-engah. Yang lain membantu memapah mereka yang terluka. Kapten Leng memeriksa kondisi anak buahnya satu per satu.

> “Luka ringan. Kita masih bisa lanjut. Tapi…,” gumamnya sambil melirik ke arah Alex Chu.

Alex masih berdiri tenang. Bahkan sedikit debu pun tak menempel di pakaiannya.

Leng Yuran berjalan cepat ke arahnya, menghentikan langkah hanya satu meter di depan pria itu.

> “Apa sebenarnya yang kau lakukan tadi?” tanyanya dengan nada dingin.

“Apa kau pikir ini latihan main-main?!”

Beberapa prajurit ikut mendekat. Wajah mereka memerah karena marah, dan ada yang bahkan mengepalkan tangan, siap meledak.

> “Kami hampir kehilangan orang di sini!” bentak salah satu dari mereka.

“Kalau kau tidak ingin bertarung, kenapa ikut misi ini?!”

> jika kamu takut lebih baik pulang,

Alex Chu mengangkat kepalanya perlahan, menatap mereka semua satu per satu.

Tatapannya dalam, dingin, dan nyaris tak berperasaan.

>Kalian mamu, kenapa aku harus bergerak?

Kapten Leng mencengkeram erat helmnya. Antara marah, bingung, dan... tertekan.

> “Jadi… kau hanya akan bergerak kalau kami semua sekarat?!”

Alex hanya mengangkat bahu tak menjawab_

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!