NovelToon NovelToon
Tergoda Pesona Istri Pengganti

Tergoda Pesona Istri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:36.7k
Nilai: 5
Nama Author: Tianse Prln

“Oke. Tapi, there's no love and no *3*. Kalau kamu yes, saya juga yes dan serius menjalani pernikahan ini,” tawar Linda, yang sontak membuat Adam menyeringai.



“There’s no love? Oke. Saya tidak akan memaksa kamu untuk mencintai saya. Karena saya juga tidak mungkin bisa jatuh cinta padamu secepat itu. Tapi, no *3*? Saya sangat tidak setuju. Karena saya butuh itu,” papar Adam. “Kita butuh itu untuk mempunyai bayi,” imbuhnya.


***

Suatu hari Linda pulang ke Yogyakarta untuk menghadiri pernikahan sepupunya, Rere. Namun, kehadirannya itu justru membawa polemik bagi dirinya sendiri.

Rere yang tiba-tiba mengaku tengah hamil dari benih laki-laki lain membuat pernikahan berlandaskan perjodohan itu kacau.

Pihak laki-laki yang tidak ingin menanggung malu akhirnya memaksa untuk tetap melanjutkan pernikahan. Dan, Linda lah yang terpilih menjadi pengganti Rere. Dia menjadi istri pengganti bagi pria itu. Pria yang memiliki sorot mata tajam dan dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tianse Prln, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si Tukang Halu

Ruang rapat lantai 28 Admaja Group dipenuhi suara presentasi dan denting keyboard. Layar besar di ujung ruangan menampilkan grafik pertumbuhan kuartal, sementara para manajer pusat duduk berjajar, menunggu arahan dari sang direktur utama.

Adam duduk di kursi paling ujung, mengenakan jas biru tua dan dasi berwarna perak. Wajahnya tampak tenang, tapi matanya... tidak benar-benar mengikuti grafik di layar. Sesekali dia mengangguk, sesekali mengusap dagu, tapi pikirannya jauh dari angka-angka dan strategi bisnis yang sedang dibahas.

Yang terbayang dibenaknya saat ini justru....

Linda.

Desah lembut yang menggema semalam, sensasi baru yang terasa asing tapi memabukkan, lalu tatapan matanya pagi tadi. Semua itu terngiang jelas di dalam kepalanya. Bahkan, senyum malu-malu yang muncul saat wanita itu menyodorkan roti, dan sentuhan singkat jari mereka pagi tadi seolah masih terasa.

Deg!

Tanpa sadar Adam tersenyum kecil.

“Pak Adam?” suara Pak Haryono, direktur divisi pemasaran kantor pusat, memecah lamunan Adam.

Adam mengangkat alis, tersadar. “Ya?”

“Jadi... untuk kampanye digital bulan depan, kami butuh persetujuan anggaran tambahan. Kami sudah siapkan proposalnya, Pak,” ujar Pak Haryono, sambil menunjuk layar.

Adam menatap layar, tapi matanya masih kosong. “Hmm... bagus. Lanjutkan saja.”

Pak Haryono dan timnya saling pandang. “Lanjutkan... yang mana, Pak?”

Adam mengerutkan kening, lalu berdehem pelan, dia membenarkan dasinya yang rapi, berusaha terlihat tenang, seolah sejak tadi dia memperhatikan proposal yang dipresentasikan.

“Maksud saya lanjutkan presentasinya dulu. Nanti kita bahas detailnya.”

Beberapa staf merasa heran. Mereka jarang melihat Adam seperti ini. Biasanya pria itu tegas, fokus, dan nyaris tak pernah melamun di tengah rapat.

Di sisi lain, sekretaris pribadinya, Ferdi, yang mencatat sesuatu di tablet, melirik Adam dengan bingung. Dia memperhatikan bahwa sejak pagi, Adam lebih banyak tersenyum sendiri, bahkan saat tadi lift macet sebentar, dia hanya tertawa pelan dan berkata, ‘Enggak apa-apa, yang penting masih bisa turun pelan-pelan.’ Sungguh tidak seperti biasanya, yang akan langsung marah karena waktunya terbuang sia-sia dan menyuruh Ferdi untuk segera menghubungi teknisi.

Ferdi mendekat dan berbisik pada bosnya itu, “Pak, Anda baik-baik saja kan?”

Adam menoleh, senyum semringahnya masih terukir, aura pria itu hari ini memancar sangat cerah. Seolah suasana hatinya sedang sangat teramat bagus.

”Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir,” ujarnya, dengan suara ramah.

Ferdi mengangguk pelan, meski dalam hati bertanya-tanya. Apa yang membuat direktur utama Admaja Group bersikap aneh? Sejak tadi dia senyum-senyum sendiri, seperti anak SMA yang baru jatuh cinta.

Rapat berlanjut, tapi jiwa Adam tetap tidak sepenuhnya hadir. Di sela-sela pembahasan strategi ekspansi, pikirannya kembali ke memori pagi tadi. Ke Linda yang duduk di meja makan, mengaduk kopi dengan gerakan pelan. Ke cara dia menunduk saat malu, dan suara lembutnya saat berkata, “Aku enggak menyesal, Mas.”

Adam menatap jendela kaca besar di ruang rapat. Jakarta terbentang luas di bawah sana. Tapi yang memenuhi ruang di kepalanya bukanlah kota, bukan pula bisnis.

Melainkan satu nama.

Linda.

Dan pagi itu, terasa seperti awal dari sesuatu yang baru.

***

Linda melangkah masuk ke ruang divisi pemasaran dengan langkah mantap, meski di balik blazer abu-abu dan sepatu haknya, ada sisa rasa canggung yang belum sepenuhnya hilang. Pagi tadi terlalu... intens. Hangat, memabukkan, dan membuat hatinya terasa geli seperti digelitik ribuan kupu-kupu yang berhamburan.

Dia masuk ke ruangan manajer, duduk di kursi, membuka laptop, mencoba fokus pada agenda hari ini. Tapi bayangan Adam—senyuman pria itu, tatapannya saat sarapan, dan kalimat sederhana itu: “Aku pengen sarapan sama kamu”—masih bergema di benaknya.

Linda menghela napas pelan. Dia harus fokus. Hari ini ada evaluasi kampanye digital dan persiapan presentasi untuk proyek kolaborasi. Tapi sebelum dia sempat membuka file presentasi, pintu ruangannya diketuk.

“Masuk,” ucapnya.

Jesika melangkah masuk, mengenakan dress biru tua yang pas di tubuhnya, rambut terurai rapi, dan aroma parfum mahal yang langsung memenuhi ruangan. Wajahnya seperti biasa: tenang, penuh percaya diri, dan... menyimpan ilusi.

“Pagi, Linda,” sapanya, dengan senyum palsu.

Linda menatapnya sebentar, lalu kembali fokus ke layar laptop. “Pagi.” Dia membalas sapaan wanita itu dengan cuek.

Jesika duduk dikursi tanpa disuruh, menyilangkan kaki, lalu meletakkan sebuah berkas. “Aku ingin membahas revisi konten untuk kampanye minggu depan. Tapi sebelum itu... aku lihat kamu keluar dari mobil Pak Adam tadi pagi.”

Linda menegang. Tangannya berhenti mengetik. Padahal dia sudah meminta Adam untuk menghentikan mobilnya beberapa meter dari gedung perusahaan agar tidak ada yang melihat mereka berangkat ke kantor bersama, tapi tak disangka masih ada orang yang memergoki, dan parahnya orang itu adalah Jesika.

Jesika tersenyum tipis. “Kalian kelihatan... dekat.”

Linda menatap Jesika dengan raut serius, matanya tajam tapi tetap tenang. “Kami memang dekat. Dia direktur utama, dan aku manajer pemasaran. Wajar kalau sering koordinasi.”

Jesika tertawa pelan, suara tawanya seperti denting kaca yang pecah. “Koordinasi... atau lebih dari itu?”

Linda tidak menjawab. Dia tahu sifat Jesika—dia adalah wanita yang licik, suka mengorek informasi dengan cara yang terkadang tak disadari oleh korbannya.

Jesika melanjutkan, “Aku pernah bicara dengan Pak Adam di pantry minggu lalu saat dia ada rapat di sini sore hari," ujarnya. Dan Linda tahu betul kalau itu hanya omong kosong saja. "Dia ramah sekali. Bahkan dia sempat memuji kalau aku punya penilaian yang bagus tentang rasa kopi dan aromanya.”

Linda menahan senyum. Bualan wanita itu membuatnya merasa geli sendiri. Adam bahkan tidak tahu nama Jesika.

“Dia memang sopan pada semua orang,” jawab Linda datar.

Jesika menyandarkan tubuhnya pada kursi, lalu berkata pelan, “Kadang aku merasa... dia tertarik padaku. Cara dia menatapku, senyumnya... kamu tahu kan, laki-laki biasanya tidak bisa menahan diri.”

Linda mengernyit. Jesika sepertinya sangat cocok menjadi pasien sakit jiwa, khayalannya terlalu tinggi hingga membuat Linda merasa malu sendiri saat mendengar bualan palsu wanita itu.

“Kamu yakin itu bukan hanya khayalanmu saja?” sindir Linda, menatap Jesika lekat.

Jesika terdiam sejenak, lalu tertawa kecil.

"Aku jelas tahu sinyal bagaimana seorang laki-laki saat tertarik padaku," ucapnya dengan nada sombong.

Linda berdiri, dia merasa jengah dengan sikap Jesika yang tidak tahu malu. Dia mencoba menjawab perkataan wanita itu, berusaha tetap tenang.

"Oke, terserahmu mau bicara apa soal dirimu dan Pak Adam. Kalau kamu sudah selesai, silakan keluar dari ruanganku, aku ada rapat dengan tim kreatif.”

Jesika mendengus sebal, dia berdiri dari duduknya, menatap Linda sejenak, sebelum kemudian melangkah keluar dengan langkah anggun. Tapi sebelum menutup pintu, dia sempat berkata, “Kalau kamu berpikir semua yang aku katakan cuma khayalan, kamu pasti iri padaku kan, Lin."

Linda menatapnya tanpa menjawab, tak lama setelah itu Jesika menutup pintu ruangan, Linda menatap pintu yang tertutup, lalu menghela napas panjang. Di balik ketenangan wajahnya, ada gelombang emosi yang tak bisa dijelaskan. Bukan karena cemburu. Tapi karena geli—melihat seseorang yang begitu percaya diri, tanpa tahu bahwa Adam... sudah menjadi miliknya.

Secara sah. Secara utuh.

Meski belum diumumkan, Linda tahu waktunya akan tiba. Saat semua orang tahu bahwa Adam bukan milik khayalan siapa pun.

Termasuk Jesika.

1
kori fvnky
Lumayan
kori fvnky
Kecewa
Jumaedi Jaim
lama uo nya tor
Jumaedi Jaim
lama up nya tor
TiansePrln🌷: 😄 iy kakk, maaf y, aku baru launching baby alias lahiran 1 bln lalu, jd baru sempat update🥰
total 1 replies
Cicih Sophiana
udah dewasa tp seperti remaja yg baru pacaran aja kelakuan nya
Cicih Sophiana
MP nya gak seru thor...🤭
Cicih Sophiana
pelan tapi pasti tentu aja Lin...
Cicih Sophiana
Jesika keluar aslinya
Cicih Sophiana
cium tangan Adam dong Lin... dan untuk Adam cium kening Linda dong
Cicih Sophiana
dasarJesika perempuan gak tau malu gak punya harga diri...
Cicih Sophiana
aq suka gaya mu Lin... keren 👍
lanjutkan begitu... biar dia sakit jantung klo tau siapa kamu sebenar nya
Cicih Sophiana
menyesal itu emang belakangan Zaka😂😂😂
Cicih Sophiana
good Job Linda kamu berani dan kamu tegas menghadapi Zaka...
Cicih Sophiana
ya bagus Lin harus tegas... dan bilang ke Zaka klo dia harus bertanggung jawab atas perbuatan ke anaknya yg Rere kandung...
Cicih Sophiana
ayo Lin kamu harus tegas... kamu kan sdh bersuami walau blm ada cinta di antara kalian...
Cicih Sophiana
ayo dong Dan kata kan cinta... apa harus aq ajari Dan😁
Cicih Sophiana
itu sih si Jesika aja yg buat gosip sendiri... emang itu mau nya
Cicih Sophiana
ada ada aja nih pak bos... bilang aja klo cemburu pake malu segala 😂😁
Cicih Sophiana
siap thor... semoga aja Linda jd merasa nyaman dgn ada nya Adam
Cicih Sophiana
jaga jarak dgn Andre Lin...kamu sdh bersuami
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!