Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Jose mengetuk pintu rumah Ferimin yang ada di daerah terpencil.
Ferimin membuka pintu dan melihat seseorang asing yang berdiri di hadapannya.
Ia langsung mengambil senjatanya dan meminta Jose untuk pergi.
"Tuan Ferimin, tolong aku. Arkadion menyekap Jihan." ucap Jose.
Ferimin langsung meletakkan senjatanya saat mendengar nama Jihan.
"Jihan, keponakan Sasongko?" tanya Ferimin.
Jose menganggukkan kepalanya dan ia menceritakan semuanya tentang Arkadion yang ingin menikahi Jihan yang saat ini sedang hamil anak Adrian, David dan Yusuf
"Ini tidak bisa dibiarkan lagi," ucap Ferimin.
Ferimin kemudian meminta Jose untuk mengantarkannya bertemu dengan mereka semua.
Jose menganggukkan kepalanya dan ia segera mengantarkan Ferimin ke apartemen Adrian.
Sepanjang perjalanan, wajah Ferimin tampak tegang.
Matanya tajam menatap ke depan, sesekali mengepalkan tangannya di atas lutut.
"Aku pernah memperingatkan Sasongko tentang Arkadion dulu. Pria itu ibarat bara dalam sekam dan terlihat tenang, tapi penuh api di dalamnya," gumam Ferimin.
Jose hanya diam, fokus menyetir karena waktu mereka tidak banyak.
Perjalan selama beberapa jam akhirnya sampai juga dan mereka lekas masuk ke dalam lift.
Tok.... tok..... tok....
David yang mendengar suara ketukan pintu langsung membukanya.
Ia langsung membelalakkan matanya saat melihat sang legenda Ferimin yang dulu pernah bersama sang ayah.
"Kamu pasti David," ucap Ferimin.
David menganggukkan kepalanya dan langsung memeluk Ferimin.
Om Sasongko membuka pintu kamarnya dan melihat Ferimin yang sudah ada disini.
"Akhirnya, kamu datang juga kesini." ucap Om Sasongko
Ferimin berjalan menghampiri dan langsung memeluk sahabat lamanya.
Adrian dan Yusuf juga memberikan hormat kepada Ferimin.
Setelah pelukan hangat dan sapaan penuh emosi itu, suasana di dalam apartemen berubah menjadi tegang dan serius.
Semua mata kini tertuju pada Ferimin pria yang dikenal sebagai mantan pasukan elit, sahabat lama Sasongko, dan orang yang pernah menyelamatkan nyawa ayah David di masa lalu.
Ferimin duduk di kursi ruang tengah, membetulkan posisi duduknya dan memandangi mereka satu per satu.
"Jose sudah menceritakan semuanya. Aku tahu kita tidak bisa menyelesaikan ini dengan kata-kata lagi. Arkadion harus dihentikan, dengan cara apa pun."
"Dulu, aku pikir kita sudah terbebas dari bayangan gelapnya. Tapi ternyata dia kembali, dan kali ini mengincar keponakanku sendiri."
Ferimin menghela nafas panjang karena ia tahu jika Arkadion akan mencari cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Kita tidak punya banyak waktu lagi, karena besok pagi kalian bertiga harus menghadapi Arkadion," ucap Fermin
Ferimin bangkit dari duduknya dan mengajari mereka bertiga bertarung seperti Arkadion.
Arkadion tidak menggunakan senjata api untuk melawan mereka karena ia petarung hebat dan tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Om Sasongko melihat mereka yang sedang latihan untuk menyelamatkan wanita yang mereka cintai.
Sementara itu di rumah Arkadion, Jihan masih duduk di atas tempat tidur.
Ceklek!
Jihan mendengar suara kunci pintu yang dibuka oleh Arkadion.
Jihan melihat Arkadion yang sepertinya sedang mabuk
Arkadion masuk dan kembali mengunci pintu kamar Jihan.
"M-mau apa kamu kesini lagi?! KELUAR!!"
Arkadion berjalan sempoyongan dan ia menarik tubuh Jihan.
"Jihan, aku mencintaimu. Tolong jangan tolak aku. Aku menerima anak-anak kamu," ucap Arkadion.
"Tapi aku tidak mencintai kamu! Aku mencintai mereka bertiga!"
Arkadion yang mendengar perkataan Jihan langsung emosi.
PLAKKK!
Jihan memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Arkadion.
Arkadion yang terpengaruh oleh minuman keras langsung merobek pakaian yang dikenakan oleh Jihan.
"LEPASKAN AKU!! ADRIAN, TOLONG AKU!!"
Jihan berteriak sekeras mungkin dan berharap ada yang menolongnya.
Arkan kembali menghajar Jihan dan memintanya untuk diam.
Jihan kembali berteriak memanggil nama Adrian, David dan Yusuf.
Tetapi semuanya sia-sia sampai akhirnya Arkadion berhasil melakukan perbuatannya.
Jihan menangis sesenggukan saat melihat Arkadion seperti binatang buas yang memakan mangsanya.
Dalam hitungan detik Jihan pingsan saat Arkadion melakukannya.
Arkadion tidak memperdulikan Jihan yang pingsan.
Satu jam kemudian setelah selesai melakukannya.
"Itu balasan dari aku, karena kamu sudah membunuh anakku," ucap Arkadion yang langsung keluar dari kamar.
Kemudian ia meminta anak buahnya untuk membuang Jihan di depan apartemen Adrian.
Mereka langsung membopong tubuh Jihan dan membawanya ke dalam mobil.
Jalanan yang sepi membuat mereka cepat sampai ke apartemen Adrian dan langsung membuang tubuh Jihan seperti sampah.
Setelah itu mereka meninggalkannya dan menuju ke bandara.
Tidak ada yang menyadari kalau Jihan berada di jalan raya persis apartemen Adrian.
Petugas keamanan yang baru saja akan keluar, melihat seseorang yang tergeletak di jalan.
Ia segera berlari untuk mencari tahu siapa yang tergeletak disana.
"NONA JIHAN?!"
Suara teriakan petugas keamanan membuat petugas lain keluar
"Cepat panggil mereka bertiga!!"
Salah satu petugas menganggukkan kepalanya dan langsung berlari menuju ke lift
Di lantai atas apartemen dimana mereka baru saja selesai latihan bersama Ferimin.
"Ternyata capek juga, ya." ucap Yusuf sambil mengambil air es di kulkas.
"Kita sudah lama tidak adu otot, jadi wajar kalau kamu merasa capek." ujar Adrian.
TOK!.. TOK!...TOK!!
Adrian segera berlari untuk membuka pintu apartemennya.
"Ada apa? Kenapa kamu mengetuk pintu seperti itu?" tanya Adrian
"N-nona Jihan, ada di jalan raya,"
Mereka langsung berlari menuju ke lift untuk melihat apa yang terjadi.
Pintu lift terbuka dan mereka melihat Jihan yang sudah dipindahkan ke lobby apartemen.
"JIHAN!!"
Adrian, David dan Yusuf membelalakkan matanya saat melihat wajah Jihan yang babak belur dan ada darah yang keluar dari kedua kaki Jihan.
"Jihan! Bangun sayang! BANGUN!!"
Om Sasongko dan Ferimin yang baru saja turun melihat mereka bertiga menangis sesenggukan.
Adrian langsung membopong tubuh Jihan dan membawanya ke rumah sakit.
Air matanya mengalir deras saat membawa Jihan ke dalam mobil.
"CEPAT, DAVID!!"
David menghapus air matanya dan segera melajukan mobilnya.
Yusuf melihat Jihan yang sangat pucat dengan bibir yang membiru.
"Kenapa kita seperti orang yang bodoh? Kenapa kita meninggalkan nya begitu saja?!"
Adrian menangis sesenggukan sambil membelai rambut Jihan.
Tak berselang lama David menghentikan mobilnya di depan ruang UGD.
Perawat langsung mengambil ranjang dorong dan menuju ke samping mobil David.
Adrian dengan perlahan-lahan menaruh tubuh Jihan di ranjang dorong.
Perawat lemas membawanya ke ruang UGD dan meminta agar mereka menunggu di luar.
Adrian langsung meninju dinding rumah sakit sampai tangannya berdarah.
"AKU LELAKI YANG BODOH!!" ucap Adrian dengan nada tinggi.
Om Sasongko memeluk Adrian dan menenangkannya.
"B-bagaimana bisa kita meninggalkan nya dan percaya dengan duel yang dikatakan oleh Arkadion? A-aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika Jihan dan anakku kenapa-kenapa."
David dan Yusuf juga menyesal karena telah tertipu oleh perkataan Arkadion.
Mereka sekarang hanya bisa menunggu dokter yang masih di dalam ruang UGD.