NovelToon NovelToon
Terjebak Dukun

Terjebak Dukun

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mata Batin
Popularitas:706
Nilai: 5
Nama Author: Uzae Nur

zaenab merasa ada yang salah ketika suaminya mengenal sosok pria tua misterius itu. namun zaenab tidak mau berburuk sangka dan menyangka hanya mungkin perasaannya saja. hari hari ia lewati dengan kecurigaan yang semakin ia yakini bahwa ini ada yang salah dan memperhitungkan bagian bagian yang janggal terhadap sikap suaminya termasuk ia melihat bahwa suaminya pulang membawa benda benda aneh.
mau tahu kelanjutanya? buka bab selanjutnya karena ini berdasarkan kisah nyata. selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uzae Nur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 18 asmat pantang mundur

arif dan zaenab melangsungkan sholat subuh berjamaah sepulang dari rumah ustadz abdullah faqih.

berangsur angsur apa yang di derita zaenab mulai pulih kulit yang tadi kemerahan di sertai rasa gatal dan panas kini mulai reda dengan banyak berdzikir dan bersholawat.

biarpun sedang memasak di dapur namun hati zaenab tetap berdzikir. ia sedang menyiapkan makanan untuk sarapan keluarga kecilnya itu.

arif sedang bersiap untuk berangkat ke kebun mangga yang kemarin belum selesai di panen.

arif akan mengantar vina ke sekolah dan langsung berangkat ke kebun mangga. mereka berdua berpamitan kepada zaenab. tak lupa pula arif mencium gemas baby vino yang di gendong zaenab.

setelah mengantar vina, arif langsung tancap gas menuju kebun mangga. setelah sampai di kebun mangga. terlihat para pengunduh mangga sedang menunggu arif. ada dua orang pekerja yang tugasnya memanjat dan mengunduh sedang arif menunggunya di bawah dan mengumpulkan ke keranjang untuk di taruh dan diletakkan bak mobilnya.

ketika para pekerja mulai menjalankan pekerjaan mereka, arif samar samar melihat seseorang berdiri di kejauhan yang sepertinya sedang mengawasi.

karena penasaran arif pun menghampiri orang itu. semakin dekat jatak arif dengan orang itu semakin tahu pula siapa sebenarnya orang yang mengawasinya

'asmat!' gumam arif

asmat yang sadar di hampiri arif pun tak bergeming dari tempatnya berdiri.

makin lusuh saja penampilan pria tua itu ketika di pagi hari. bagaimana tidak. ia yang merupakan pemulung mencari barang rongsokan di pagi sampai siang hari hanya memakai kaos oblong lusuh yang sobek di bagian ketiak dan di sisi lainnya, pakai celana selutut yang mulai pudar warnanya, di padukan topi caping yang melindungi kulit kepalanya terlindungi dari paparan sinar matahari. sedangkan malam harinya ia praktek sebagai dukun. berpenampilan ala ala bapak yasinan. ya lebih tepatnya ia berlindung di balik agama nyatanya dia adalah seorang dukun pemuja jin.

"oohhh pak asmat, aku kira siapa" arif berbasa basi

"lee kamu masih kerja mangga ya? kayaknya lebih susah. kalau di banding dengan dagang minyak goreng" tutur asmat

"iyaaa mau gimana lagi pak... saya tidak dapat jatah. kalaupun dapat jumlahnya sedikit pelanggan saya juga sudah banyak yang pindah" terang atif

"kenapa tidak datang saja pada 'nabi'? "

"aahh sungkan saya pak"

arif bingung mau jawab apa

"kenapa mesti bingung? nanti di carikan solusi. biar kamu gak susah begini."

"masalah susah dalam mencari nafkah sudah biasa pak, tinggal bagaimana kita bersukurnya saja" ujar arif

"baik le... kamu benar. jangan mudah terhasut sama penampilan orang le. biar begini saya selalu di lindungi oleh Allah" ucap asmat

"maksud pak asmat?"

"yaa mentang mentang ustadz ustadz itu penampilannya keren pakai sarung bermerek pakai peci juga sorban kamu percaya apa yang dia katakan nyatanya nol ibadahnya hanya ajang pamer" ucap asmat menggebu gebu

asmat ingin arif kembali mendatanginya dan bisa memoroti uang arif

"maaf pak... saya harus kembali ke kebun itu. karena pasti sudah di tunggu oleh pengunduh yang di atas" pamit arif

"oohh iya silahkan lee... maaf mengganggu. jangan lupa pesan bapak"

"injih pak... mohon maaf sekali lagi"

arif bersalaman lalu segera berlari menghampiri para pekerjanya

ia tak ingin lama lama mengobrol dengan asmat

***

sedang pagi ini zaenab hendak pergi berbelanja ke pasar karena stok di dapur mulai banyak yang habis. karena memang rumahnya tak jauh dari pasar tradisional

ia berjalan kaki sambil menggendong baby vino dan mencangking tas keranjang belanja ala ala emmak emmak .

beberapa sayur dan berbagai jenis rempah-rempah yang ia beli dan menghampiri blok penjual ikan

"laahh nduk zaenab" sapa ibu ibu di sebelahnya

otomatis zaenab menoleh ke pada ibu ibu yang di sebelahnya. ternyata bu tuti istri asmat.

"eehh bu tuti..." sapa zaenab nyengir

"belanja ya nduk?" bu tuti basa basi

"eehh iya bu... nyetok bahan bahan saya. karena gak setiap hari ke pasar biar deket juga."

"ehh ngomong ngomong udah lama gak main ke rumah nduk"

"iya bu... kan mas arif datangnya sore bawa mangga itu kita mesti nyuci mangganya kadang sampai malam jadi tidak sempat keluar keluar" ucap zaenab

"tapi kalau ke majelis taklim rutin ya..." sindir bu tuti

"iya bu... kita sempetin" jawab zaenab singkat

"sempetin juga donk main main ke rumah pak asmat"

"hehe insyaAllah bu" zaenab tersenyum di paksakan

"biar rejekinya lancar nduk..."

"begitu ya bu? ya udah saya mau cari ikan buat mas arif ya bu..." pamit zaenab

"oohh iyaa tentu nduk... silahkan saya juga mau lanjut belanja. jangan sungkan main main ke rumah ibu ya" imbuhnya

zaenab hanya menganggukan kepalanya lalu berlalu dengan mulut yang di monyong monyongin tentu saja tanpa sepengetahuan bu tuti.

setelah puas berbelanja zaenab melangkah dengan santai sambil menggendong baby vino yang senang di ajak ke pasar melihat keramaian dan pulang dengan berbagai macam kebutuhan dapurnya.

namun ketika sudah hampir sampai di rumahnya samar terlihat seperti seseorang berdiri namun tubuhnya lebih besar dari ukuran manusia normal. ia berdiri namun sedikit membungkuk kepalanya tertunduk. tenggorokan zaenab sedikit tercekat dan pagi hari tadi yang cerah kini tiba tiba mendung tak ada suara apa pun. zaenab seperti memasuki dunia lain kendaraan pun tak ada yang berlalu lalang. baby vino yang di gendongannya pun terpejam karena tidur. sekedar burung pun tak ada yang terbang. zaenab semakin yakin ini bukan hanya perasaanya saja.

"audzubilla himinassaytanirrajim... bismillah hirrohamaanirrahim..." dan kembali kaki zaenab melangkah mundur

tepat langkah ke tujuh alam seperti kembali semula. sinar matahari pagi terasa hangat di tubuhnya. baby vino membuka matanya perlahan dan tersenyum kepada sang ibu. para tetangga riuh dengan aktifitasnya masing masing.

"astagfirullah hal adzim ya Allah... apa barusan ya." gumam zaenab

"neng zaenab... kok ngelamun?" seorang tetangga yang kebetulan sedang menyapu halaman rumahnya menyapa zaenab karena berdiri mematung memandangi rumahnya sendiri.

"eehh mak jul nggak... ini kaki ku sedikit kebas" alasan zaenab sekenanya.

"bbeehh sini dulu duduk neng..." mak jul menuntun zaenab di tempat duduk yang terbuat dari belahan bambu.

"kalau mau ke pasar si pino titip aja sama saya neng. gak apa kok, kan kasian jadi capek"

"tadinya cuma mau belanja dikit mak... ehh emang dasar ibu ibu ke pasar gak bisa liat yang seger seger, jadinya yaa lumayan yang di angkut hehe" ujar zaenab sambil nyengir

"eehhh lah da lah.... sini si pino emmak ajak main liat ayam. ayuk lee" ajak mak jul

"makasih loh mak... saya mau taruh belanjaannya dulu" pamit zaenab

meski zaenab ragu untuk menoleh ke rumahnya tapi ia harus pulang. mau tidak mau zaenab mengumpulkan keberanian. ia menghela nafas panjang dan melihat di sekitar rumahnya. namun sudah tidak ada lagi sosok yang berdiri di depan rumah zaenab seperti tadi.

zaenab melangkah sambil membaca ayat kursi. terus ia baca sampai berulang ulang hingga masuk ke dalam rumahnya dan meletakkan belanjaannya.

tak lupa ia menyisihkan sedikit beberapa jenis sayur untuk ucapan terimakasihnya telah membantu menjaga baby vino.

"maakk... mak jul" zaenab celingukan di depan teras rumah mak jul

"masuuk neng... pino lagi main"

"ini mak... temen nyambel" zaenab menyodorkan kresek berisi sayur yang di bawanya

"eehh malah repot repot..." sambil nyengir mak jul menerima pemberian zaenab

"mana repot mak... saya yang udah ngerepotin"

"eehh neng mak kan ngajak main. oh iya tadi ada aki aki pemulung nyari arip"

"nyari mas arif?" zaenab langsung paham siapa aki aki yang di maksud mak jul

1
Wiwit
lanjuuuttttt
Kei Kurono
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Uzae Nur: terimakasih kak... semoga betah dan penasaran dengan bab selanjutnya ya hehe salam sayaang
total 2 replies
Lia_Vicuña
Gemesin banget! 😍
Uzae Nur: terimakasih kak... entar bakalan update lagi 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!