Paksaan sang ibu sukses merubah 'Status Hidup' Nadilla menjadi bertunangan.
Awalnya Nadilla punya rencana untuk membatalkan pertunangan karena si pria sudah mempunyai kekasih.
Semua situasi itu berubah saat mengetahui sisi baik pria yang ingin membahagiakan kedua orang tua melalui prestasi yang akan pria itu lakukan sendiri di sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11.
Dengan apa yang terjadi, Disky meyakini kalau Nadilla mengadu.
Tampak marah saat Disky pulang langsung kena ceramah habis-habisan oleh kedua orang tuanya. Pak Handoyo sangat tidak menginginkan kalau pertunangan itu batal sepihak.
Kalau bukan karena almarhum ayah Nadilla, mungkin perusahaan Pak Handoyo tidak sebesar yang sekarang.
Untuk membalas budi mendiang Pak Indra, menyatukan putra nya dengan anak gadis almarhum Pak Indra adalah keputusan yang tepat.
"Pokoknya hari ini papah mau kamu jangan berurusan lagi dengan Maurel!"
Novia bersuara "Dengar tuh apa kata papa!"
Disky melirik wajah Novia "Diam kamu, kamu juga sama ikut-ikutan ngompor"
"Ngompor apa bang? Aneh lu! sudah tau cewek pilihan papah itu cantik, masih aja mau sama yang sok cantik, syukuri apa yang diberi bang"
"Dibilang diam!" Sewot Disky.
"Novi luapin protes emang gak boleh bang?"
"Gak perlu, untuk apa denger celotan kamu, yang ada telinga saya panas"
"Sumpel es batu biar gak panas telinga nya, ah sebel deh!" Kemudian, Novia mangkir dari ruang tamu menuju ke kamar.
Disky terus menatap kepergian Novia, sampai lupa kalau ayahnya meminta Disky segera meninggalkan Maurel. "DISKY KAMU DENGAR PAPA NGOMONG GAK!"
"Iya dengar pah"
"Kamu sudah buat papa marah untuk yang kedua kalinya, papa kasih kamu kesempatan yang terakhir. Kalau melanggar papa enggak kasih ampun lagi"
"Aman pa, dimengerti" Kata Disky, mencoba memasang wajah tenang, walau hati nya tidak begitu tenang.
"Yaudah, dari pada kamu main dengan maurel mending ajak Nadilla main, gadis itu seharian ini lagi dirumah"
"Udah mau sore, Disky mau santai dirumah"
"Jangan lupa tutup gerbang kalau mau pergi" Titah Pak Handoyo, kemudian beliau pergi dari ruang tamu meninggalkan Disky.
Kini ruangan itu menyisakan Disky sendirian.
Yang niatnya mau berlibur, seketika terkubur oleh adanya aduan dari Nadilla. Mencoba menelpon Nadilla namun tidak di angkat.
Membuat emosi Disky semakin menjadi-jadi.
Wanita yang ditelpon oleh Disky justru sedang sibuk dengan laptop pemberian Pak Handoyo saat berkunjung ke rumahnya.
Pak Handoyo memberikan laptop itu tidak cuma-cuma, selain untuk keperluan tugas sekolah gadis itu, beliau ingin Nadilla paham dan belajar tentang basic data keuangan.
Nadilla hanya memprioritaskan tugas sekolah dulu, sebelum permintaan dari Pak Handoyo akan ia laksanakan.
"Mah sepertinya Nadilla bakal betah dirumah kalau pasang wifi"
"Kamu jangan aneh-aneh, bayar bulanannya uang dari mana coba? Ibu aja gak tau gajinya berapa kerja di perusahaan Pak Handoyo"
"Buat celengan perbulan aja mah, tapi yang rajin nabung nya" Saran Nadilla.
"Udahlah dilla, kamu orangnya diem tapi banyak minta nya"
"Ini juga untuk masa depan Nadilla mah"
Bu Gita terdiam sejenak seraya memikirkan ucapan Nadilla. "Oh yaudah kalau itu niat kamu mamah dukung, tapi..."
"Apa mah?"
"Kalau mamah sudah pasang wifi, tolong pergunakan laptop itu dengan niat kamu"
"Sip, aman itu mah" Kata Nadilla, kemudian mengalihkan pandangan ke meja tamu.
Melihat layar ponsel yang bekedip, Nadilla langsung menghampirinya.
"Ya ampun sampe empat kali dia nelpon. lagi ngapain sih ini orang" Nadilla pun langsung menelpon balik Disky.
"Ada apa? Enggak tau orang lagi sibuk?" Kata Nadilla mengawali percakapan.
"Kamu seperti anak kecil sih ngadu ke orang tua?" Sembur Disky dengan nada yang tidak ramah di dengar.
Nadilla mengerut kening "Apa nih? Kok kamu datang-datang nyalahin saya?"
"Kamu gak akan tau seperti apa konsekuensi nya Dil"
"Sumpah tiba-tiba marah gak jelas banget, kamu ingat gak kemarin saya minta apa? Saya mau kamu putusin Maurel, tapi apa? Kamu ulur ulur terus, ya itu si resiko kamu"
"Iya seenggaknya jangan ngadu, bocah!"
"Saya gak merasa sedang ngadu, sialan!"
"Kalau enggak ngadu kenapa papah saya bisa semarah itu?!"
"Lah orang saya di interograsi papa kamu terus menerus ya gimana gak buat saya ngaku!"
"Jawaban bisa kamu akal-akalin"
"Di akalin bagaimana, seenggaknya mikir tentang perasaan wanita!" Nadilla menutup sambungan telepon itu sepihak.
Sedangkan yang disana, Disky melempar ponselnya ke atas sofa dengan gerakan frustasi.
Saking carut marutnya pikiran Disky, pria itu mengabarkan salah satu teman dugem nya untuk datang ke rumah nanti malam. Tujuan nya sih ingin berfantasi di atas masalah yang terjadi pada Disky.
Hingga Disky pun meninggalkan ruang tamu menuju kamar tidurnya.
Berbeda dengan nada bicara saat Disky menelpon Nadilla, dengan Maurel pria itu lebih soft spoken.
Kegagalan pergi bersama Disky, membuat Maurel pergi bersama Rahma dengan salah satu sahabat kecilnya Rahma yaitu Farel.
Yap, Maurel berkata jujur seperti itu langsung membuat Disky marah dan langsung keluar untuk bertemu dengan Maurel kembali.
Saat setelah Disky sampai di lokasi Maurel berada. Tampak akrab sekali Maurel dengan Rahma. Farel diberi tugas untuk menjadi fotografer dari kedua gadis itu.
Tapi, setelah selesai mengambil foto. Disky langsung menghampiri sekaligus mengajak Maurel pulang.
"Maksut kamu apa main bareng Farel?"
"Engga ini... saya cuma diajak Rahma doang"
"Cepat pulang!" Amuk Disky, ia marah bukan karena Maurel akrab dengan Rahma, tapi ada satu orang laki-laki yang Disky tidak suka.
"Sudah saya bilang beberapa kali ke kamu, kalau ada Farel jangan mau diajak main sama Rahma!" Sewot Disky.
"Iya maaf, saya bingung mau main sama siapa kalau bukan Rahma, saya ngajak Vivi dia lagi ke rumah saudara, ngajak okta dia lagi bantu ibunya jualan, ngajak kamu katanya lagi sibuk juga." Kata Maurel dengan tampang sedih nya.