Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 18
Dada Marcello berguncang hebat ketika melihat video yang berdurasi 60 detik itu, tatapannya mengisyaratkan kekecewaan yang teramat dalam kepada istri yang selama ini dia percaya begitu tulus menghadapi sikap dingin anaknya, bahkan sampai sekarang Marcello percaya kalau istrinya itu merupakan wanita penyabar dan welas asih, akan tetapi semuanya terkuak dalam video itu.
Di sini Sintia menunjukkan sifat dan watak yang sebenarnya, bagaimana dirinya memperlakukan seorang menantu yang memang bukan dari kalangan menengah keatas.
"Pa, jangan percaya itu video sudah di edit, kebenaran yang sebenarnya tidak seperti itu Pa," ucap Sintia yang merasa tidak terima.
"Stop Ma, mataku masih jeli dan aku masih bisa membedakan mana yang asli dan editan," sahut suaminya itu sambil menahan dadanya yang terasa sakit.
"Tapi Pa, perempuan ini memang benar-benar memfitnah Mama," ucap Sintia yang masih tidak mau kalah.
"Stop jangan pernah sudutkan istriku, dia bukan wanita seperti anda!" gertak Ameer yang benar-benar membuat emosi Shaka tersulut.
"Stop Bang, mamaku memang salah, tapi Abang tidak ada hak untuk memarahinya apalagi dihadapan semua orang seperti ini," cetus Shaka.
"Shaka, aku tidak pernah melarang baktimu terhadap ibu kandungmu, tapi sebagai anak sambung, abangmu ini juga berhak melontarkan perkataan yang menurut Abang itu pantas di dapatkan oleh ibumu," sahut Ameer.
"Sebenarnya apa sih Bang, yang membuat Abang begitu benci terhadap Mama, ok dia memang karakternya ketus ketika bertemu dengan orang baru, tapi dia sangat menyayangi Abang dan juga anak Abang, tapi kenapa Abang tidak bisa melihat serpihan dari ketulusan Mama," ucap Shaka dengan nada yang menggebu-gebu.
Ameer pun hanya bisa terdiam, baginya ini terlalu jauh untuk memberi tahu Shaka bagaimana kejamnya ibunya bahkan sudah beberapa orang-orang kepercayaannya sering kali menemukan kecurangan Sintia dalam mengasuh Zaidan, anak dari Ameer.
"Suatu saat kau akan mengetahuinya Shaka, baiklah sekarang aku tidak mempunyai urusan dengan mu, urusanku sekarang dengan ayahku sendiri," ucap Ameer dengan tegas.
Marcello pun mulai tahu apa yang saat ini tengah di maksud oleh anak sulungnya itu, sebagai seorang ayah, pantang bagi dirinya untuk ingkar janji apalagi bukti sudah berada di depan mata kalau istrinya lah yang selama ini berbuat kesalahan.
"Aku tidak akan ingkar dengan janjiku," sahut Marcel yang membuat Ameer menyeringai.
"Baiklah kalau anda langsung sadar, tapi tidak hanya itu saja, aku ingin anda dan istri anda benar-benar tinggal di rumah yang kecil dan tidak ada pelayan sama sekali," cetus Ameer.
Marcello tidak bisa bergeming entah kenapa, pria itu sedari dulu selalu nurut dengan anak pertamanya, meskipun dirinya tidak pernah mencintai ibunya, akan tetapi rasa bersalahnya itu membuat Marcell menjadi sayang dan patuh terhadap anak pertamanya itu.
"Pa, jangan seperti ini dong, masak kita tinggal tanpa ada pelayan satu pun yang ikut,ingat Pa, di sini kamu yang berkuasa bukan dia, belum apa-apa saja dia sudah berani mengusir mu dari istana mu sendiri," bantah Sintia yang menolak untuk angkat kaki dari sini.
"Dia tidak mengusirku tapi aku sendiri yang menawarkannya sebuah janji, dan biarlah janji ini aku tepati," ucap Marcel.
"Gak bisa seperti itu Papa, aku gak bisa hidup tanpa Zaidan, Papa tahu sendiri kan bagaimana aku dekat dengan dia!" Kali ini Sintia mulai menggunakan Zaidan sebagai alat agar dirinya tidak terusir di rumah ini.
"Sudah, biarkan saja dia ikat dengan papanya, bukannya sekarang dia sudah punya ibu sambung, jadi gak usah susah paya kita mengurusinya," sahut Marcel.
"Tapi Pa, aku gak percaya dengan perempuan baru itu, bisa saja dia ingin menguras harta bapaknya saja dan tidak menyayangi anaknya," cibir Sintia.
"Sudah stop! Jangan pernah urusi urusanku lagi, sekarang sebagai janjinya, anda sudah bersalah jadi aku mohon segera angkat kaki saja dari rumah ini!" usir Ameer dengan nada tingginya.
Saat ini Shaka begitu tersulut melihat ibunya diperlakukan seperti itu sehingga dirinya langsung menggandeng tangan ibunya dan memberikan pesan yang menohok kepada Alma dan Ameer.
"Ayo Ma, jangan merendahkan diri dihadapan manusia yang tidak punya hati seperti ini," ajak Shaka, setelah itu dia menoleh ke arah Alma dan Ameer. "Tenang saja aku akan membawa ibuku pergi, dan kau perempuan yang aku kenal lugu dan baik, ternyata aku hanya tertipu dengan kepolosan mu saja, kau tak lebih dari perempuan ular Alma!" cetus Shaka lalu mulai mengajak pergi ibunya.
Alma pun hanya bisa melihat Shaka membawa ibunya keluar, dia tidak pernah menyangka, kalau akhirnya pertemanannya dan Shaka akan berakhir menyedihkan seperti ini.
"Aku tidak bermaksud membuat kekacauan di rumah ini, yang aku katakan adalah sebuah kebenaran lantas apa aku salah menguak kebenaran itu?" tanya Alma.
"Enggak kamu gak salah, apalagi sekarang kamu sudah sah menjadi istriku, lawan sekiranya ada orang yang tidak memperlakukan kamu dengan baik, seperti ketiga pelayan ini," sindir Ameer sambil melirik ke tiga pelayan yang sudah berani melakukan keterangan palsu kepada istrinya.
"Tuan, aku mohon tolong maafkan kami," mohon ketiganya.
"Heeeemb, e teng sekali mulut kalian, kau lihat ayahku saja angkat kaki dari rumah ini apalagi kalian! Ayo keluar, dan ini uang pesangon untuk kalian, setelah ini jangan pernah menampakkan wajah kalian lagi dihadapanku," cetus Ameer lalu mulai meninggalkan tempat.
Saat ini Ameer sedang berada di ruang kerjanya, untuk memantau keluarganya yang sedang membereskan semua barang-barangnya, dalam hati sebenarnya pria ini tidak tega jika harus dipisahkan dengan sang ayah akan tetapi hal itu ia lakukan agar sang ayah sadar bahwa wanita yang selama ini dia nikahi bukan wanita baik-baik.
"Maafkan aku Pa, ini sudah menjadi keputusan ku, semoga setelah kejadian ini Papa bisa melihat siapa wanita itu sebenarnya, Mama, lihatlah aku sudah berhasil membuat wanita itu terusir dari rumah kita," ucap Ameer.
Sebenarnya Ameer sudah mengetahui dimana keberadaan sang Mama hanya saja dia tidak mau menemuinya sekarang, karena memang Sintia begitu mengincar keberadaan mamanya, bahkan sampai-sampai ibu dari Ameer harus berganti identitasnya, menjadi orang biasa agar tidak terdeteksi oleh Sintia dan anak buahnya.
"Ma, aku tahu dimana keberadaan mu sekarang, bahkan aku menikahi anak gadis yang selama ini dekat dengan Mama," Gumam Ameer.
Bersambung ....
Kakak .. Maaf ya agak telat, dan untuk Sonia maaf sekali tadi malam gak bisa up, karena tiba-tiba orang tua sakit dan harus di bawa ke dokter, jadi untuk sementara ini up nya sedikit telat ya🙏🙏🙏🙏
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara