TOLONG DI PERSIAPKAN MENTAL UNTUK MEMBACA CERITA INI YA KAWAN KAWAN...
Cerita ini menceritakan tentang Rere yang berumur 17 tahun mengalami kekerasan dan penculikan secara brutal, konflik hebat dan berat.
.....
Semilir angin sejuk dirasakan Rere ketika mobil sudah berjalan. Dia sama sekali tidak bisa mencerna semua kejadian 10 menit yang lalu. Tamparan Ben di pipinya sekarang terasa panas, namun entah kenapa rasa itu sekarang menghangatkan hatinya. Perilaku Ben yang kasar sekaligus lembut tadi benar-benar menggugahnya. Rere juga tidak bisa memutar otaknya untuk bertindak lebih lanjut. Rasa luar biasa lelah menggerogoti tubuhnya sekarang. Kedua kelopak matanya yang indah itu sekarang terasa berkilo-kilo beratnya. Rere memejamkan mata mencoba mempelajari apa yang sekarang dirasakannya dalam hati. Dia bahkan sempat merasakan Ben membelai rambutnya sambil berbisik “I’m really sorry Re…” sebelum dia terlelap tertidur terbawa alam bawah sadarnya untuk mengistirahatkan hati dan tubuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MegaHerdian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Konflik berat
Albie menempelkan dahinya dengan dahi milik Rere, kedua tangannya menyapu halus air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Aku bakal tanggung jawab Re..Aku janji".
Albie menenangkan Rere yang tidak tau itu membantu atau tidak yang jelas dia mencoba untuk membuat nya aman.
"Ok Re, aku minta maaf… aku terpaksa… aku dipaksa mereka…" Albie seolah kehabisan kata-kata, menyadari kesalahan itu pantas dibebankan kepada dirinya. Bingung harus berbuat apa-apa, Albie pun memeluk erat Rere yang masih terduduk di lantai.
"Seperti kata-kataku tadi, aku mau tanggung jawab Re, aku gak akan meninggalkan kamu.. Aku akan terus berada disisi kamu… Swear! Aku janji… Aku akan terus menyayangi kamu apa adanya…"
"Aku…aku takut Bie… Aku takut…" Rere membalas pelukan Albie, dia menggigil hebat. Menggigil kedinginan atau ketakutan? Albie tidak bisa mengenalinya. Sekejap kemudian Albie beranjak dari pelukan Rere, mencoba mencari pakaiannya, tapi tidak ditemukannya.
Rupanya Albie tidak kehilangan akal. Dia segera menuju meja di dalam ruangan itu.
Segera menuju meja di dalam ruangan itu. Membuka lacinya dan merogoh-rogoh mencari sesuatu. Rere melihat Albie mengeluarkan gunting besar dari laci itu. Lalu Albie berjalan menuju Sofa panjang. Diguntingnya sofa tersebut mencoba mengambil kulit penutupnya. Setelah itu di gunting menjadi dua. Salah satu dari kain bahan sofa itu diselimutkan ke Rere, dan yang lainnya dililitkan ke tubuhnya menutupi setengah bagian bawah tubuh Albie.
"kamu mau ke mana Bie?" Tanya Rere ketika dilihatnya Albie memegang daun pintu dan membukanya.
"Aku mau cari sesuatu buat kamu pakai Re, biar kita pergi dari tempat ini…mungkin di ruang laboratorium ada seragam workshop…" jelas Albie.
"laboratorium pasti udah dikunci Bie… Di mobil ku ada baju serep… tapi aku gak tau kuncinya ada di mana…" Rere berfikir keras dimana dia meninggalkan tas sekolahnya.
Apa masih di dalam kelas? Tidak mungkin! Tadi ketika dia keluar dari kelas, dia sudah menjinjing tas sekolahnya. Juga ketika dia ijin kepada Ika untuk ke toilet, dia juga masih bawa tas sekolahnya itu.
Tiba-tiba Rere ingat, Ben membuang tas sekolahnya ketika dia berusaha meraih Hpnya.
"Toilet perempuan… Bie, tas aku ada di toilet anak perempuan…"
"OK Re, aku ambilin. Kamu tunggu di sini…"
"Enggak Bie, aku takut… aku ikut kamu aja… aku gak mau ditinggal sendiri…"
Albie pun melilitkan kain bahan sofa ke tubuh Rere. Ketika Rere mengangkat tubuhnya sendiri untuk mencoba berdiri.
Albie berusaha untuk tetap berkonsentrasi menguatkan akal sehatnya. Tetapi ketika Rere berdiri, dia juga melihat kemaluan Rere yang terpampang dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya membuatnya tidak bisa menahan ereksinya.
“Ayo Re, aku bantuin jalan…“ tawar Albie mengalihkan perhatiannya.
Walau bagaimanapun Albie juga tetap seorang lelaki yang normal, melihat perempuan yang tidak memakai busana membuat nya kehilangan akal, apalagi Rere adalah gadis yang dia cintai selama ini.
Mungkin semua murid di sekolah itu sudah tau akan hal itu, Albie yang selalu mendapatkan perhatian Rere saat di sekolah namun segala upaya nya selalu gagal.
Albie sempat berfikir apakah Rere tidak menyukainya, saat mendengar pertengkaran Rere dan Lola , Albie paham, apalagi ada namanya yang tersebut di dalamnya.
Dan mungkin satu hal yang membuat Albie yakin untuk terus mengejar Rere adalah Rere juga menyukai dirinya, Albie memantapkan dirinya akan hal itu.
Desas desus tentang pertengkaran Rere dan Lola mungkin hanya dirinya yang tau, terlihat dari bagaimana persahabatan itu yang seperti perangko kini bak seperti minyak dan air yang tak menyatu.
Hebatt bgt km thor..sehari 2x ..
aq ma suami sminggu 2x atau kadang sminggu 1x..sama2 repot,sama2 pasif mainnya,kpn2 bagi tips ya thor hehehehe
gmn baiknya tuh 2 bocah deh thorr..tinggal urus sj..aq sediain sesaji sama like yg bnyk dehhh
thooor bikin rere bahagia kasian