BLUESTONE RIVER ROBERT tak menyangka jika akan bertemu seorang wanita asing yang cukup misterius baginya di sebuah bukit terpencil.
Wanita bernama Honey True Haven itu hanya tinggal bersama sang ibu di sebuah bukit yang jauh dari pemukiman penduduk.
Bagaimana kisah mereka? yuuuk ikutin..
ig ZARIN.VIOLETTA
fb ZARIN VIOLETTA
Seperti biasa ga banyak konflik yang bikin kepala pusing yak😆 cuma novel ringan yang bikin happy n senyum-senyum sendiri😁
Selamat membaca..🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18
Setelah makan di restoran, Honey dan Blue berjalan-jalan di sekitar kota itu sebentar, karena Honey ingin menikmati keramaian di kota itu.
Blue menggandeng tangan Honey agar tak terlepas dalam keramaian.
"Itu es krim?" tanya Honey.
Blue mengangguk. "Kau mau?" tanya Blue.
"Ya, aku mau," jawab Honey tersenyum senang.
Sejak dulu Honey ingin sekali makan es krim. Dia hanya bisa melihatnya dari buku saja.
Marilyn tak pernah memperbolehkan Honey makan es krim karena menurutnya kalorinya terlalu tinggi.
"Apakah aku akan gemuk jika makan es krim?" tanya Honey.
"Tentu saja tidak. Mungkin jika kau makan seember es krim, kau akan menggemuk," jawab Blue random dan Honey tertawa.
Blue membeli es krim untuk dirinya dan juga Honey.
Honey menjilat es krim itu dan saking semangatnya makan, membuat mulutnya sedikit belepotan.
"Pelan-pelan, Honey," ucap Blue.
Honey hanya mengangguk dan dengan cepat menghabiskan es krimnya.
Lalu Blue mendudukkan Honey ke atas pembatas tembok yang tak terlalu tinggi.
Kemudian Blue menjilat bibir Honey yang belepotan karena es krim.
Honey tertawa pelan dengan apa yang dilakukan Blue pada bibirnya.
"Mereka tak melihat ke arah kita. Apakah ini hal yang biasa?" tanya Honey ketika Blue sudah selesai membersihkan bibir manis Honey.
"Hmm, mereka tak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini," jawab Blue tersenyum.
"Jadi aku boleh menciummu kapan saja dan di mana saja?" tanya Honey dengan polosnya.
Blue tertawa dan kemudian mengangguk.
Lalu Honey mengecup bibir Blue.
"Thank you karena sudah membuatku merasakan hal ini. Aku sangat bahagia, Blue," ucap Honey tulus.
Blue menggesekkan hidungnya pada hidung mancung Honey.
Kali ini dia benar-benar mengakui bahwa Honey telah memporak-porandakan hatinya. Dan itu dilakukannya hanya dengan kepolosannya saja tanpa harus berusaha keras menaklukkan Blue.
Lalu Blue menurunkan Honey dan mereka kembali berjalan kaki menyusuri hiruk pikuk kota kecil yang ramai itu.
Mereka memasuki sebuah toko baju pria, karena Blue ingin membeli beberapa kaos hitam.
Honey menyapa ramah pegawai pria yang menjaga toko itu dan sempat mengobrol sedikit karena Honey ingin mengenal orang-orang baru di sekitarnya.
Blue yang baru keluar dari ruang ganti melihat hal itu dan menghampiri Honey.
"Jangan terlalu ramah dengan orang yang baru kau kenal, Honey. Dia akan salah paham," ucap Blue lirih.
"Dia terlihat baik," sahut Honey.
"Kau tak bisa menilainya hanya dari obrolan saja, kan?" ucap Blue.
"Kau menyebutkan namamu tadi?" tanya Blue.
Honey mengangguk.
"Lain kali katakan pada mereka bahwa namamu adalah True," ucap Blue.
"Why?"
"Karena hanya aku dan ibumu saja yang boleh memanggilmu Honey," jawab Blue.
Ya, Blue merasa tak rela jika ada yang memanggil dengan nama "Honey" pada wanita cantik itu selain dirinya.
"Why?" tanya Honey lagi seakan masih tak mengerti.
Blue menangkup wajah cantik Honey.
"Karena aku sedikit tak suka jika ada orang lain yang memanggilmu Honey. Itu seperti mereka memanggil kekasih mereka dengan sebutan seperti itu," jawab Blue.
"Begitukah?"
"Daddyku memanggil ibuku dengan sebutan Honey karena itu memang panggilan sayang," ucap Blue menjelaskan.
Dan akhirnya Honey mengangguk mengerti. Blue tersenyum dan mengusap kepala Honey.
*
"Sudah malam, sepertinya kita akan menginap di sini dulu," ucap Blue ketika mereka selesai menghabiskan makan malamnya.
"Hmm, kita akan tidur di tenda?" tanya Honey.
"Tidak, kita tidur di hotel," jawab Blue tertawa pelan.
Honey mengangguk karena dia tahu apa itu hotel. Dia pernah membacanya di buku.
Lalu mereka pun menuju hotel terdekat di sana. Blue memilih hotel yang tak terlalu mewah tetapi memiliki pemandangan yang sangat indah yang terlihat dari jendelanya.
"Ini sangat indah, Blue." Honey melihat pemandangan dari jendela hotel.
Meskipun sudah malam, tetapi masih cukup terang suasananya karena memasuki musim panas.