Aku terpaksa mengikuti permainan orang orang kaya dengan meminum satu botol wiski demi uang untuk operasi jantung adikku.
Siapa sangka setelah itu aku terbangun di pagi harinya sudah kehilangan kesucianku, dan yang lebih menyakitkan lagi, aku sama sekali tidak tahu siapa pria yang sudah menodaiku.
Dengan berlinang air mata, aku kabur dari hotel menuju rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan sesak di dadaku.
Aku Stevani Yunsu bukanlah wanita murahan. Apakah pria itu akan bertanggung jawab atas perbuatan malam itu?
Ikuti cerita novelku...🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permainan Dani
"Mas... Bagaimana kau melakukannya? Aku sudah mengatakannya padamu agar tidak ikut campur urusanku." ujar Stevani penuh amarah.
"Jangan keras kepala Van, adikmu harus melakukan operasi secepatnya. Aku sudah berbicara dengan dokter ahli jantung."
"Tidak...! Aku tidak mau kau ikut campur. Dan aku mohon berhentilah mendekatiku."
"Apa salahku? Mengapa kau ingin sekali menjauhiku?"
"Mas Dani..."
"Baiklah, anggap saja kau berhutang padaku. Jika kau sangat keras kepala, kau bisa mengembalikan semua uangku selama 5 hari ke depan. Jika kau tak berhasil mengembalikannya, kau harus menjadi milikku."
Stevani terkejut, mulutnya menganga. Tanpa di duga persyaratan itu akhirnya keluar dari mulut pria itu. Itulah yang sangat ia takutkan selama ini. Dani akan melakukan segala macam cara agar bisa mendapatkannya.
"5 hari, aku akan mengembalikannya padamu. Jika aku berhasil, maka kau tak bisa menggangguku lagi." ujar Stevani.
"Deal..." jawab Dani seraya mengulurkan tangannya.
Dengan ragu Stevani mengulurkan tangannya juga, tapi pria itu justru menariknya hingga berakhir ke dalam pelukannya.
"Mas... lepaskan aku..." ujar Stevani berusaha melepaskan pelukan pria itu.
Dani terkekeh lalu melepaskan pelukannya. "Setidaknya kita bisa mempercepat operasi Zaline. Jangan berpikir macam macam, jangan terlalu memaksakan diri untuk mencari uangnya. Kau hanya perlu memelukku seperti tadi, maka semuanya akan beres."
"Mimpi saja." jawab Stevani kesal seraya keluar dengan cepat mencari keberadaan Zaline.
Jantungnya berdebar kencang bukan karena menginginkan pria itu, tapi ia sangat ketakutan. Bagaimana ia harus mengembalikan uang Dani selama 5 hari, ia tak ingin menjadi simpanan pria itu. Hidupnya akan hancur jika semua itu terjadi.
Stevani berhasil menemukan ruangan Zaline, ia segera masuk ke dalam ruangan dan terbelalak saat melihat isi ruangan kelas satu tersebut. Semua fasilitas tersedia disana, bahkan ukuran ruangannya pun lebih besar dari rumah kontrakannya.
"Apa yang harus aku lakukan dengan semua ini Tuhan?" pikir Stevani.
"Kakak..." panggil Zaline.
Stevani segera menghampiri adiknya yang sudah terbangun dari tidurnya.
"Zaline..."
"Kak... bagaimana kakak bisa mendapatkan uang untuk ruangan ini. Dan perawat tadi bilang, lusa aku akan melakukan operasi. Kak... kakak tidak merampok bank kan?"
Stevani tertawa. "Kapan kakak melakukannya? Kakak sejak tadi ada bersamamu Zaline."
"Jangan khawatir, kakakmu hanya meminjam uangnya dariku." sahut Dani seraya masuk ke dalam ruangan.
Seketika wajah Stevani berubah, Zaline bisa melihat ketakutan dan kecemasan dari wajah kakaknya. Zaline seketika menarik tangan Stevani.
"Siapa pria itu?" bisik Zaline.
Stevani tak tahu harus menjawab apa, ia bergeming dan kebingungan atas pertanyaan Zaline.
"Halo gadis cantik, aku Dani teman kakakmu."
"Teman?" tanya Zaline.
"Sepertinya kakakmu tak pernah membicarakanku ya. Sungguh membuatku sakit hati." jawab Dani membuat Stevani semakin canggung.
"Zaline, tidurlah lagi. Kakak akan bicara dengannya." ujar Stevani.
"Aku tidur terus sejak kemarin kak. Hei kau... jika kau benar teman kakakku, mengapa kau membuatnya ketakutan?"
"Zaline...itu tidak sopan sayang." ujar Stevani.
Dani tertawa. "Ia sangat mirip denganmu Van, tapi aku sangat menyukainya. Jadi begini gadis kecil, anggap saja aku pria yang sedang mengejar kakakmu. Apa kau puas dengan jawabanku sekarang?"
"Langkahi dulu mayatku sebelum kau mengejar kakak."
"Zaline...kau tak boleh bicara seperti itu." kata Stevani.
"Aku ingin kembali ke ruanganku, ruangan ini sangat jelek. Kakak, ayo kita pindah ke ruangan sebelumnya." pinta Zaline.
Zaline memiliki firasat buruk soal pria yang ada di hadapannya. Dan melihat kakaknya begitu takut dan cemas, ia semakin yakin ada yang salah diantara mereka. Ia tak ingin membebani kakaknya, ia tak ingin orang lain menyakiti kakaknya.
"Kak... katakan pada perawat untuk memindahkan aku ke ruangan sebelumnya. Aku tak perlu operasi secepatnya, aku masih kuat. Ayo kak..." pinta Zaline lagi.
"Mas...aku mohon keluarlah. Aku ingin berbicara dengan adikku." pinta Stevani.
"Gadis kecil, aku harap kau tidak menolak bantuanku." ujar Dani seraya meninggalkan mereka.
"Aku bukan gadis kecil...!" teriak Zaline kesal.
"Zaline... Berhentilah berteriak, tenangkan dirimu sayang."
"Siapa pria itu kak? Ia bukan pria baik, ia terlihat sangat licik."
"Kau salah Zaline, mas Dani bukan pria jahat. Ia sangat baik, hanya saja..."
"Ia memanfaatkan keadaan untuk merayu kakak kan?" tanya Zaline kesal.
"Hei... mulutmu semakin tajam nona."
"Aku tak mau tinggal di ruangan ini, aku lebih nyaman di ruangan sebelumnya."
"Zaline... dengarkan kakak. Kakak hanya meminjam uangnya. Kakak janji akan mengembalikan uang pria itu secepatnya, jadi kau tak perlu khawatir. Ini ruangan terbaik untukmu, dan kau akan segera melakukan operasi. Setelah itu, kita akan kembali ke rumah secepatnya. Bukankah kau ingin segera pulang?"
Zaline menganggukkan kepalanya. "Tapi bukan dengan cara seperti ini kak. Kakak terlihat sangat takut, aku masih sanggup menunggu sampai kakak bisa mendapatkan uangnya sendiri. Urungkan niat kakak untuk meminjam uang itu dari pria tadi. Kak... Zaline mohon..."
"Kakak janji akan menyelesaikan semua ini, jangan berdebat lagi sayang. Kakak akan lebih tenang saat bekerja karena perawatan kelas satu lebih terjamin. Dan kita tidak perlu merepotkan bu Yoyoh karena perawat disini akan menemanimu selama 24 jam."
"Jika terjadi sesuatu pada kakak, maka aku tidak akan bisa memanfaatkan diriku sendiri seumur hidup. Kak Vani, aku sangat menyayangimu." ujar Zaline seraya menangis.
"Ya Tuhan, jangan menangis sayang." kata Stevani lalu memeluk adiknya. "Mas Dani hanya menyukai kakak, ia tidak akan berbuat jahat. Jika kakak tidak berhasil membayar hutangnya, bukankah kakak tidak rugi juga bersama pria yang menyukai kakak."
"Bagaimana dengan perasaan kakak?"
Stevani tertawa. "Bukankah kakak juga akan menyukai pria yang menyukai kakak." jawabnya berbohong.
"Zaline ingin kakak bahagia."
"Kebahagiaan kakak jika kau lekas sembuh. Jadi apapun yang terjadi nanti, kau harus tetap bersama kakak. Hanya itu yang kakak inginkan Zaline. Kesehatanmu prioritas utama kakak saat ini. Sekarang jangan memikirkan apapun yang membuatmu sedih, kakak akan berbicara dengan mas Dani lalu bertemu dokter."
Zaline menganggukkan kepalanya lalu melepaskan pelukannya. Stevani menghapus air mata di pipi Zaline dengan ibu jarinya.
"Kau sangat jelek saat menangis." ejek Stevani sambil tertawa.
"Kakak issss..."
Stevani mencium kening Zaline lalu meninggalkannya untuk menemui Dani di luar ruangan. Dani berdiri dari duduknya saat Stevani keluar dari ruangan. Pria itu tersenyum membuat Stevani kesal.
"Aku mohon jangan pernah menemui adikku lagi kedepannya, kau bisa membuat jantungnya kambuh mas." pinta Stevani.
"Aku sangat menyukai adikmu yang keras kepala seperti kakaknya." jawab Dani menyeringai.
"Aku serius dengan ucapanku, jangan menemuinya lagi. Jangan menemuiku juga sampai 5 hari ke depan."
"Tapi kenapa? Aku tak bisa jauh darimu Van."
"Ya Tuhan mas, aku mohon mengertilah. Hubungan kita tidak baik. Kau memiliki tunangan, kau bisa membuatnya salah paham."
"Tunangan... tunangan... sekali saja kau tidak membahasnya Van. Aku menyukaimu bukan wanita itu."
"Mas...jika kau tidak mengikuti permintaanku, maka perjanjian kita batal. Aku akan mengembalikan uangnya sekarang."
"Apa kau tega memindahkan adikmu ke ruangan kecil sebelumnya?"
"Mas Dani tak perlu khawatir, aku masih mampu membayar biaya rawat inapnya."
"Oh baiklah, aku mengalah. Kau memang sangat keras kepala, aku pergi sekarang. Sampai jumpa 5 hari kedepan sayang." ujar Dani lalu meninggalkan Stevani begitu saja.
Stevani menghela nafas panjang. Bukan ini yang ia harapkan dari Tuhan. Entah apa yang sebenarnya Tuhan inginkan untuknya. Mengapa ia harus terlibat dengan pria yang sudah memiliki tunangan dan berasal dari keluarga terhormat seperti itu. Haruskah ia berakhir menjadi wanita simpanan.
Stevani menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Ia mengenyahkan pikirannya, ia harus menemui dokter yang akan mengoperasi Zaline terlebih dahulu. Stevani melangkahkan kakinya menuju ruang dokter spesialis jantung.
*****
Akankah Stevani terjebak oleh permainan Dani?
Happy Reading All...
To Be Continue...