Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17.
Yao Ming mengambil posisi stance yang canggung, jauh dari posisi kuda-kuda bela diri yang benar.
Ia lalu mencoba melancarkan pukulan ke udara, tetapi gerakan itu sangat lambat, tinjunya melambai-lambai di udara tanpa fokus.
Ia bahkan sengaja membiarkan kakinya tersandung dan jatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk yang keras.
"Aduh!" erang Yao Ming dengan suara keras, berlebihan. "Tubuh ini benar-benar tidak berguna! Kenapa aku tidak bisa berlatih seperti orang lain? Kapten Ham Bo benar, aku memang sampah!"
Yao Ming bangkit dengan susah payah, lalu berjalan ke pohon di sudut halaman.
Ia mencoba mendorong pohon itu dengan bahunya, seperti latihan kekuatan yang salah.
"Hmpft! Kenapa pohon ini tidak bergerak sama sekali!" keluhnya, sambil menghela napas panjang yang menunjukkan frustrasi yang mendalam dan kekanak-kanakan. "Mungkin... mungkin Pil Darah Naga itu tidak bekerja. Mungkin aku akan tetap menjadi pecundang seumur hidup!"
Ia kembali ke pusat halaman, lalu mencoba mengaktifkan energi internal yang tidak ada, yang tentu saja gagal.
Ia menggelengkan kepala, tampak benar-benar putus asa.
Di balik semak bambu, Yao Lu yang tadinya serius mengamati, kini mengerutkan kening, bingung.
"Apa... apa yang dia lakukan?" gumam Yao Lu, menatap melalui teropongnya.
Ia melihat gerakan ekstrem yang rapi tadi tiba-tiba berubah menjadi kebodohan yang menyedihkan.
Pukulan-pukulan tak berbentuk, jatuh karena tersandung kaki sendiri, dan keluhan yang kekanak-kanakan.
Yao Lu menggelengkan kepala. "Jadi, pola pernapasan stabil itu hanyalah kebetulan? Kekuatan yang ia tunjukkan saat melawan Ham Bo pastilah hasil dari lonjakan adrenalin akibat putus asa, yang diperburuk oleh pukulan kuat Saudara Sulung."
Rasa ketertarikan Yao Lu seketika memudar, digantikan oleh keremehan yang dingin.
"Dia memang hanya seorang pemuda yang putus asa, yang terlalu bersemangat setelah bangun. Dia terlalu lemah dan tidak stabil," simpul Yao Lu. "Tidak ada rahasia di sini. Dia hanyalah sebuah kejutan yang cepat memudar."
Yao Lu menyimpan teropongnya.
Ia tidak lagi melihat potensi yang bisa ia manfaatkan, hanya sebuah masalah kecil yang kini sedang melalui fase penyangkalan. Ia memutuskan untuk meninggalkan pos pengawasan.
Di halaman, Yao Ming mendengar aura Yao Lu yang perlahan menjauh.
Setelah yakin Yao Lu benar-benar pergi, Yao Ming menghentikan erangan dan keluhannya.
Ia berdiri tegak, memijat bahunya yang tadi ia gunakan untuk memukul pohon.
"Pecundang yang putus asa," gumam Yao Ming sambil menyeringai sinis. "Jauh lebih baik. Biarkan dia berpikir aku bodoh dan tidak berbahaya. Semakin sedikit yang mencurigaiku, semakin cepat aku bisa pulih."
Yao Ming kembali ke latihannya yang intens, kini tanpa gangguan. Ia berhasil membeli waktu yang sangat berharga.
*****
Di kediaman mewahnya, Yao Fang sedang duduk santai, wajahnya masih sedikit tegang setelah insiden Ham Bo dan pertarungannya dengan Yao Ming.
Saat itu, Yu Pang—pelayan setianya—mendekat dengan ekspresi rileks.
Yu Pang telah mendengar desas-desus yang menyebar dari para penjaga Yao Huang kemarin, bahwa Yao Ming hampir mati setelah menerima tiga pukulan, dan bahwa ia hanya meminta ramuan penyembuh untuk luka fisik.
"Tuan Muda Kedua," lapor Yu Pang sambil membungkuk. "Saya telah mengumpulkan laporan mengenai Tuan Muda Ketiga."
Yao Fang langsung mengangkat kepalanya. "Katakan padaku! Apakah si pecundang itu mati?"