《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....
William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.
William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
Nozela sibuk mencatat setiap poin yang di jelaskan oleh dosen yang menerangkan materi di depan. Sejak tadi dia mencoba fokus dengan menyibukkan diri, menulis apapun yang di terangkan oleh dosen.
Thalia heran sendiri melihat Nozela yang tiba-tiba menjadi lebih rajin dari biasanya. Dia memperhatikan Nozela dengan kening berkerut dalam. Tak sengaja matanya melirik Leon yang duduknya tak jauh dari tempat duduk mereka, kebetulan juga Leon menatap ke arahnya. Thalia tersenyum canggung, namun dalam hatinya ada sesuatu yang sulit di jabarkan dengan kata-kata.
"Saya akan membagi tugas dengan anggota dua orang saja. Kalian harus membuat proyek dan presentasikan di pertemuan selanjutnya."
"Baik Prof." Ucap mereka barsamaan.
"Saya akan pilih acak kelompoknya."
Dosen mulai mengambil daftar hadir kemudian mulai memanggil nama-nama teman satu kelas Nozela dengan acak.
"Nozela dan Gabriel, dan kelompok terakhir Leon dan Thalia."
Deg.
Jantung Thalia serasa berhenti berdetak saat dia satu kelompok dengan Leon. Dia melirik ke arah Leon yang tampak acuh. Pandanganya jatuh ke Nozela yang tengah memainkan pulpen.
"Jel, gue satu kelompok sama Leon."
Nozela mengangguk. "Iya, terus kenapa?"
"Lo nggak cemburu?" Tanya Thalia to the poin.
Nozela menoleh ke arah sahabatnya sambil mengerutkan kening. "Ngapain gue cemburu, lo kan sahabat gue. Nggak mungkin lo bakal suka atau ngerebut cowok gue kan?"
Thalia sedikit terkejut mendengar pertanyaan Nozela. Hatinya sedikit melencos. "I-iya sih." Jawabnya.
"Kelas saya akhiri sampai di sini."
Setelah Profesor keluar dari kelas, Leon segera menghampiri kekasihnya.
"Zel."
Nozela yang sedang membereskan alat tulisnya mendongak lalu tersenyum melihat kekasihnya.
"Hai." Sapa Nozela.
"Kantin yuk?" Ajaknya.
Nozela mengangguk. "Iya bentar."
Nozela dan Thalia segera berdiri, mereka akan makan siang bersama di kantin kampus. Namun sebelum mereka melangkah, suara seseorang menghentikan mereka.
"Nozela."
Leon ikut menoleh, terlihat Gabriel menghampiri mereka bertiga.
"Tugasnya kerjain nanti aja gimana? Biar cepet selesai."
Nozela melirik kekasihnya. "Kamu mau kerjain kapan Le?"
"Aku sih ngikut aja, mau kapan Tha?"
Thalia kembali terkejut, namun secepat mungkin dia mengubah ekspresi wajahnya.
"Nanti juga boleh, mau kerjain bareng kan?" Tanya Thalia.
"Iya." Jawab Leon cepat.
Leon tak suka melihat Nozela dekat dengan laki-laki manapun, apalagi teman sekelasnya. Jadi sebisa mungkin dia akan terus bersama Nozela, mengerjakan tugas sekalipun.
"Oke, ntar kabarin gue tempatnya dimana. Gue cabut dulu." Ucap Gabriel kemudian meninggalkan mereka.
Nozela, Leon dan Thalia juga ikut meninggalkan kelas. Leon menggandeng tangan Nozela dengan erat, sementara Thalia berjalan di belakang mereka.
Terlihat menyedihkan, namun Thalia mencoba untuk biasa saja. Tatapan matanya terus tertuju pada kedua tangan di depannya yang saling mengenggam itu. Pikirannya terus terngiang-ngiang perkataan Nozela di kelas tadi. Dia mencengkeram erat tali tasnya sambil memejamkan matanya.
"Tahan Tha, lo udah janji nggak bakal egois kan?" Batinnya.
Perlahan Thalia menarik nafas dan menghembuskannya pelan, setelah cukup tenang dia kembali mengikuti langkah sahabatnya. Sampai di kantin, suasananya cukup ramai. Nozela dan Leon duduk di bangku kosong pojok kantin.
"Mau pesen apa Zel?" Tanya Leon lembut.
"Aku mau bakso aja, minumnya es lemon tea."
Leon mengangguk. "Lo mau apa Tha? Biar sekalian gue belinya."
"Eh."
"E-em samain kaya Ojel aja."
Setelah menerima pesanan dari keduanya, Leon segera pergi memesan makanan untuk mereka.
"Berarti lo nanti nggak jadi ke salon dong?"
Nozela menepuk keningnya pelan. "Aduh. Kok gue bisa lupa sih Tha."
"Suruh William aja nggak sih, sekalian." Usulnya.
Thalia sengaja memancing menggunakan William, dia penasaran dengan kejadian tadi pagi yang membuatnya bingung. Tidak biasanya Nozela dan William akan saling mendiamkan seperti tadi pagi. Bahkan sampai saat ini Nozela tak menceritakan apa-apa padanya.
Nozela menghembuskan nafas pelan, susah-susah dia melupakan William, ehh Thalia justru mengingatkannya. Setelah mendengar nama William, ingatannya muncul kembali. Nozela segera menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan menjijikkan itu.
Thalia yang melihat tingkah Nozela semakin yakin jika terjadi sesuatu antara dua sahabat itu. Dia semakin penasaran tentang apa yang membuat Nozela mendiamkan William.
"Lo baik-baik aja Jel?" Tanya Thalia.
Nozela menggeleng. "Gue nggak papa kok."
Thalia mengangguk saja.
"Nanti coba gue tanya William deh mau ke salon kapan." Putus Nozela.
Tak lama Leon datang membawa pesanan mereka. Dia meletakkan semangkuk bakso yang kuahnya masih mengepul ke hadapan Nozela.
"Makasih pacar."
Leon tersenyum sambil mengelus pucuk kepala Nozela. "Sama-sama cantik."
Lagi-lagi Thalia harus melihat kebucinan dua orang di depannya ini.
"Capek gue jadi toping kalian berdua." Ucapnya.
Nozela terkekeh pelan. "Cari cowok gih, gue kasihan lama-lama lihat lo ngintilin kita mulu. Berdosa banget gue, sahabat gue yang cantik ini harus lihat kemesraan gue."
"Sialan lo Jel."
Thalia menundukkan kepalanya, dia tersenyum tipis. Sangat tipis, hingga tak ada seorang pun yang tau kalau dia sedang tersenyum.
"Gimana gue bisa cari cowok lain, sedangkan buat move on aja susah?" Batinnya.
"Pelan-pelan sayang, bibir kamu belepotan tuh."
"Tolong bersihin dong Leon."
Leon tersenyum, dia mengambil tissu lalu mengelap sudut bibir Nozela. Mereka kembali pamer kemesraan, tak sedikit dari mahasiswi yang mengabadikan momen itu. Mereka bahkan membuat akun fanbase LeNoz untuk mendukung keduanya.
Leon dan Nozela digadang-gadang menjadi couple goals fakultas mereka, Leon yang berprofesi sebagai model itu tentu saja banyak memiliki penggemar. Meski banyak yang mendukung hubungan Leon dan Nozela, masih ada yang tak menyukai hubungan keduanya
"Nanti kerjain tugasnya di apart aku aja gimana? Lumayan deket dari sini." Usul Leon.
"Lo gimana Tha?" Tanya Nozela.
"Gue sih ngikut aja." Ucap Thalia sambil meminum lemon teanya.
"Oke, kalo gitu aku kabarin Gabriel dulu." Ucap Leon.
Siang ini sesuai janji mereka, Nozela dan teman-temannya akan mengerjakan tugas di apartemen kekasihnya. Nozela satu mobil dengan Thalia sedangakan Gabriel membawa motornya. Mereka mengikuti mobil Leon dari belakang.
Drrtt
Drrtt
Ponsel Nozela bergetar, dia melirik sebentar siapa yang menghubunginya. Terlihat nama William, dia memasang headsetnya lalu mengangkat panggilan dari sahabatnya.
"Hem."
"Cuek banget maemunah."
Nozela mengeratkan genggaman tangannya pada setir mobil.
"Kenapa Liam? Gue lagi di jalan nih."
"Hari ini jadwal anjing kita nyalon, lo nggak lupa kan?"
"Bawa smooky sekalian, ntar gue transfer uangnya. Gue lagi mau ngerjain tugas."
"Sama?"
"Leon, Thalia sama Gabriel."
"Dimana?"
"Lo kepo banget sih."
"Kan gue cuma tanya. Lo kanapa sih sensi amat? Datang bulan lo?"
"Udah lah, gue kesel sama lo."
Nozela segera melepaskan headsetnya lalu kembali fokus pada jalanan.
"Kalian berantem?" Tanya Thalia.
Nozela mengedikkan bahunya. "Gue cuma kesel aja sama William."
"Tumben? Masalah apa?"
Nozela terdiam sejenak, dia melirik Thalia dari ekor matanya. Dia selalu mengatakan apa saja pada sahabatnya itu, namun kali ini dia akan diam saja. Tidak mungkin dia menceritakan yang sebenarnya pada Thalia, meski mereka bersahabat namun masalah kali ini terlalu pribadi untuk di umbar.
"Dia ngabisin kelengkeng gue." Jawab Nozela asal.
Thalia terkejut bahkan sampai membuka sedikit mulutnya. "Itu doang?"
Nozela mengangguk. "Lo tau kan sesuka apa gue sama kelengkeng, dan dengan nggak tau malunya dia habisin kelengkeng yang sengaja gue sisain."
"Kapan?"
"Apanya?" Tanya Nozela bingung.
"William habisin kelengkeng lo."
"Mati gue. Gue harus jawab apa anjir. Kemarin kan gue sama Thalia." Batin Nozela.
"T-tadi malem."
"Dia mampir ke rumah gue, nggak tau dari mana." Jawab Nozela setenang mungkin.
Meski sedikit ragu, Thalia tetap mengangguk. Tak lama kemudian mobil Nozela sampai di basement apartemen mewah.