NovelToon NovelToon
I Want You

I Want You

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangan dan kakak kandungnya membuat Rada mengambil keputusan untuk meninggalkan New York dan kembali ke Indonesia.

Pernikahan yang gagal membuat Rada menutup hati dan tidak ingin jatuh cinta lagi, tapi pertemuan dengan Gavin membuatnya belajar arti cinta sejati.

Saat Gavin menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menolaknya termasuk keinginan untuk menikahi Rada. Ia tahu hati Rada sudah beku, tetapi Gavin punya segala cara untuk menarik wanita itu ke sisinya.



Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan penulis dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Kantin Apexion saat jam makan siang selalu ramai. Aroma kopi, nasi panas, dan obrolan dari berbagai divisi bercampur jadi satu suasana hidup. Rada berjalan di antara kerumunan itu bersama Sania, Vella, dan Ronald sambil membawa nampan berisi makanan.

“Untung turun bareng kalian,” kata Rada, tersenyum kecil. “Aku nggak bakal tahu di mana ambil sambal kalau sendiri.”

Sania tertawa. “Santai aja, Ra. Kamu bakal hafal semua spot di kantor ini dalam seminggu.”

Vella mengangguk setuju. “Yang penting jangan duduk di pojok kanan dekat kaca, itu wilayahnya tim marketing. Mereka suka nyindir-nyindir kalau ada orang baru.”

Ronald, yang dari tadi sibuk membuka botol minum, menimpali santai, “Selama bukan Gilsha yang nyindir, aman.”

Nama itu membuat Vella dan Sania saling melirik cepat. Rada sempat menoleh, tapi belum sempat bertanya lebih jauh, langkah mereka tiba-tiba berhenti karena seseorang berdiri di depan meja kosong yang baru saja hendak mereka duduki.

Seorang wanita dengan penampilan memukau: rambut panjang tergerai rapi, tubuh ramping berbalut dress hitam elegan meski ini hanya jam makan siang. Tatapannya tajam, senyumnya tipis, dan semua orang di sekitar kantin langsung memperhatikannya.

“Itu Gilsha.”Sania berbisik cepat di telinga Rada

Rada menatap wanita itu sebentar, lalu meletakkan nampannya di meja dengan tenang.

“Permisi, kami mau duduk di sini.”

Gilsha tidak bergeming. Ia menyilangkan tangan di dada, menatap Rada dari kepala hingga kaki. “Kamu Rada, kan? Karyawan baru dari divisi backend?”

Nada bicaranya lembut tapi penuh tekanan.

“Ya, benar,” jawab Rada singkat.

Gilsha mendekat satu langkah, senyumnya makin tipis. “Kudengar kamu cukup dekat dengan Pak Gavin.”

Sania langsung menatap Vella, sementara Ronald terlihat ingin pergi tapi ragu.

Rada menatap Gilsha datar, suaranya tetap tenang. “Aku nggak tahu dari siapa kamu dengar itu, tapi aku cuma karyawan baru. Aku nggak dekat dengan siapa-siapa.”

“Tapi kamu datang satu mobil dengan dia, kan?” serang Gilsha cepat, matanya menelusuri reaksi Rada. “Kamu tahu, sebaiknya jangan bermain api dengan atasanmu. Banyak yang sudah mencoba dan gagal. Aku tidak mau melihat karyawan baru kehilangan pekerjaannya karena salah paham kecil.”

Sania menegang, hendak membalas, tapi Rada mengangkat tangannya pelan memberi isyarat agar diam. Ia menatap Gilsha lurus, tanpa senyum, suaranya tegas tapi tidak meninggi.

“Kalau kamu khawatir, seharusnya kamu bilang ke pak Gavin, bukan ke aku.”

Gilsha tampak sedikit terkejut, tapi Rada belum berhenti. “Suruh dia yang menjauh kalau dia yang kamu incar. Karena sejauh ini, aku sama sekali tidak tertarik padanya.”

Suasana kantin mendadak hening. Beberapa orang yang sempat menguping pura-pura sibuk makan lagi.

Sania nyaris tersedak menahan tawa, sementara Ronald menunduk, menutupi wajahnya dengan tangan.

"Kamu berani juga, ya.” Senyum Gilsha kaku.

Rada memiringkan kepala sedikit, nada bicaranya tetap tenang tapi dingin. “Aku hanya jujur. Dan aku datang ke sini untuk bekerja, bukan untuk main-main dengan siapa pun. Jadi kalau kamu tidak keberatan, aku ingin makan siangku sebelum dingin.”

Tanpa menunggu jawaban, Rada duduk. Vella, Sania, dan Ronald langsung mengikutinya, berusaha menahan ekspresi mereka. Gilsha menatap Rada beberapa detik lagi, jelas kesal tapi tidak bisa melanjutkan konfrontasi di tempat umum.

Ia akhirnya berbalik dan melangkah pergi, langkahnya tegas tapi jelas mengandung amarah.

Begitu Gilsha menjauh, Sania langsung mencondongkan tubuhnya ke arah Rada dengan mata berbinar. “Gila, Ra. Kamu berani banget ngomong gitu ke Gilsha.”

“Aku belum pernah lihat ada orang baru yang berani balas Gilsha kayak gitu. Biasanya semua langsung minta maaf atau pura-pura nggak dengar.” Vella menambahkan

Rada mengangkat bahu, mengambil sendoknya dengan santai. “Aku datang untuk kerja, bukan cari masalah. Tapi kalau orang lain yang mulai, aku nggak akan diam.”

Ronald tertawa kecil. “Baru dua hari, tapi kamu udah bikin sejarah di kantor ini.”

Rada hanya tersenyum tipis sambil memotong ayam di piringnya. Dalam hati ia tahu, setelah kejadian ini, gosip pasti akan semakin ramai. Tapi anehnya, ia sama sekali tidak peduli.

Kalau Gilsha berpikir dengan sedikit menggertak akan membuatnya gemetar ketakutan, Gilsha salah besar. Rada lama tinggal di New York, disana dia sudah bertemu segala jenis orang. Dan orang dengan sikap buruk terparah yang Rada temui adalah kakaknya sendiri, jadi Rada tidak pernah memikirkan Gilsha sebagai ancaman. Lagipula, kalau ia dipecat di perusahaan ini, perusahaan keluarganya masih banyak yang bisa ia kelola.

Sementara itu, Gavin berdiri di lantai atas, di balkon kaca yang menghadap langsung ke area kantin bersama asistennya, Alex. Ia menyaksikan seluruh adegan itu dari awal hingga akhir.

Wajahnya tegang. Matanya menatap Rada tanpa berkedip.

Alex menatapnya canggung. “Itu tadi... sepertinya Nona Gilsha—”

“Katakan pada Gilsha untuk tidak membuat keributan dengan Rada,” potong Gavin dengan nada dalam. Ia menatap ke bawah lagi, rahangnya mengeras. Ia tidak suka saat Rada meminta Gilsha menemuinya agar menjauh.

“Ya, pak.” Jawab Alex cepat, tahu kalau suasana hati bos sedang buruk.

Gavin menarik napas panjang, menahan amarah yang mulai naik ke permukaan. Ia berbalik menghadap Alex, suaranya menurun tapi penuh tekanan. “Jangan biarkan aku melihat keributan yang sama, Alex. Gilsha tidak boleh melewati batas.”

“Baik, Pak.” Alex mengangguk pelan.

“Panggil Rada ke ruanganku sekarang. Saya ingin bicara langsung.” perintah Gavin seraya mengambil ponsel diatas meja.

Alex segera beranjak, meninggalkan ruangan.

Beberapa menit kemudian, Rada yang baru saja kembali ke meja kerjanya terkejut ketika Alex menghampiri dengan ekspresi datar.

“Nona Rada,” katanya sopan, “Pak Gavin memanggil Anda ke ruangannya sekarang.”

Sania menatap Rada lebar. “Astaga, Ra… kamu bikin CEO marah, ya?”

Rada hanya menghela napas, menegakkan punggungnya. Ia tersenyum tipis. “Mungkin,”

Lalu Rada mengikuti Alex berjalan menuju lift, sementara beberapa rekan kerja menatap penasaran. Sesampainya di lantai atas, pintu ruang CEO terbuka. Gavin berdiri di depan jendela besar, tangannya di saku, menatap keluar.

Saat mendengar langkah Rada, ia menoleh perlahan. Tatapannya dingin, tapi ada bara yang jelas di balik matanya.

“Jadi,” katanya pelan namun tegas, “apa yang terjadi di kantin, Rada?”

...۝۝۝...

1
Lunaire astrum
💯
Lunaire astrum
Bagus juga. Nanti baca lagi, mau ke warung dulu
Ega
Suka sama karakter Gavin🥰🥰🥰
Ega
cowok kyak El nih nyebelin banget deh😏
Adit monmon
cinta dlm diam ya vin🤭
Nda
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!