Istriku! Oon?

Selamat Membaca 👇

Kapal kargo kecil Pirozzi merapat di pelabuhan Valletta, Malta, saat fajar menyingsing. Malta, dengan benteng kuno dan arsitektur batunya yang megah, adalah zona netral di Mediterania—tempat yang sempurna bagi Eric Alaric Wiguna untuk mencari bantuan tanpa menarik perhatian Conti atau Valerius.

Eric, Mini Chacha Pramesti, dan Kakek Pranoto bergerak cepat, menyamar sebagai turis kaya. Eric segera mengaktifkan kontak darurat untuk Marco, kepala tim IT terpercayanya.

Mereka menunggu di sebuah kafe kuno, menyajikan kopi yang sangat pekat. Mini mencermati setiap orang yang lewat, menggunakan intuisi barunya untuk mengukur potensi ancaman.

"Mini, fokus," bisik Eric, memegang burner phone dengan tegang. "Matriark pasti sudah tahu kita ada di Malta. Jika kita tidak mendapatkan dana dalam 24 jam, Pirozzi akan berkhianat."

"Aku tahu, Eric. Tapi aku bisa merasakan ketakutan pada setiap orang yang menatapmu. Mereka tahu kau bukan turis biasa," jawab Mini.

Tak lama kemudian, sebuah skuter Vespa berhenti di depan kafe. Pengendaranya adalah seorang pria muda berkacamata, berkeringat, dan membawa tas ransel besar. Itu adalah Marco, ahli IT Conti Group yang paling jenius.

"Marco!" Eric berdiri.

"Capo Eric! Syukurlah kau aman! Aku tahu kau dalam bahaya sejak rapat Genoa. Aku mengirimkan pesan sandi, bukan?" Marco berbicara cepat dalam bahasa Italia, melirik Mini dengan penasaran.

"Ya. Kau berhasil mendapatkan kita ke sini. Sekarang, masalah terbesar: DOE," kata Eric, membawa Marco ke meja.

Eric menjelaskan situasinya: DOE—Dana Operasional Darurat klan Conti—adalah simpanan likuid yang digunakan untuk situasi perang dan buy out musuh. Dana itu disembunyikan di server yang terenkripsi di Swiss, dan hanya bisa diakses dengan kunci ganda: Sidik jari Eric dan kode sandi emosional yang dibuat oleh Luca Wiguna, Ayah Eric.

"Sandi emosional?" tanya Mini.

"Ayahku suka rumit. Sandi itu bukan angka. Itu adalah frasa yang harus diucapkan Eric—sesuatu yang sangat emosional dan penting bagi Ayahnya, yang hanya diketahui Eric," jelas Pranoto.

Eric mencoba beberapa frasa penting dari masa kecilnya, tetapi selalu ditolak oleh sistem enkripsi.

"Aku sudah mencoba semua kata sandi yang kuingat! 'Nama anjing kesayangan,' 'Sumpah klan pertama,' 'Tanggal pernikahan orang tua'—semua gagal!" Eric frustrasi, menggebrak meja.

Marco mengamati Eric dan Mini. "Capo, sandi emosional dibuat untuk situasi krisis pribadi. Apa hal terakhir yang Ayah Anda katakan kepada Anda sebelum dia menembak lampu darurat dan mengkhianati Anda?"

Mini, yang selama ini fokus pada kegagalan Eric, menyadari sesuatu. Ia mendekat, tangannya menyentuh bahu Eric.

"Eric, jangan pikirkan kata-kata yang indah. Pikirkan kata-kata yang paling menyakitkan yang pernah dia katakan, kata-kata yang mematahkan hatimu," bisik Mini, menatap Eric.

Eric menatap Mini. Mini memproyeksikan kesedihan yang jujur (intuisi Valerius) ke Eric, bukan ketenangan. Eric teringat tatapan mata Ayahnya saat mengarahkan pistol ke Pranoto.

"Dia tidak mengatakan apa-apa," Eric memulai, suaranya pelan. "Dia hanya menatapku... dan dia menggelengkan kepala. Seolah-olah mengatakan... kau salah, Eric."

Eric mengingat semua perdebatan yang dia miliki dengan Ayahnya tentang masa depan Conti. Ayahnya selalu berpikir Eric terlalu kaku.

Eric mencondongkan tubuh ke komputer Marco, matanya tertutup. Frasa itu tiba-tiba muncul di benaknya, frasa yang selalu Ayahnya katakan setiap kali Eric melakukan kesalahan. Frasa yang Luca Wiguna gunakan untuk memecahkan hati anaknya.

Eric membuka mata dan berbisik, dengan suara yang dipenuhi kekecewaan:

"Tu sei debole, Eric. Sei troppo buono per questo mondo."

("Kau lemah, Eric. Kau terlalu baik untuk dunia ini.")

Suara Komputer (Italia): "Kode Sandi Emosional Diterima. Selamat datang, Capo."

Mini tersentak. Itu adalah kata-kata kejam yang digunakan seorang ayah kepada anaknya. Mini segera memeluk Eric erat-erat.

"Eric..."

Eric membalas pelukan Mini dengan kekuatan yang desperate. "Dia mengkhianatiku, Mini. Tapi dia menggunakan kata-kata yang paling menyakitkan untuk melindungimu dan Pranoto."

Marco segera mengaktifkan transfer dana. Eric melihat jumlahnya: cukup untuk mendanai pelarian selama beberapa tahun. Mereka aman dari ancaman finansial Matriark.

"Marco, kita butuh informasi. Aku butuh data tentang Silvio Valerius," perintah Eric. "Dia adalah Ayah Mini, dan dia merencanakan serangan ke Conti dari Balkan. Aku ingin tahu markasnya, kontaknya, dan semua tentang dia."

Marco terdiam. "Capo, itu berbahaya. Silvio Valerius... dia adalah Pangeran Mafia yang paling ditakuti. Bahkan Matriark pun takut padanya."

"Dia ayahku," kata Mini, suaranya dingin dan tegas. "Aku harus tahu siapa dia. Dan kenapa dia meninggalkanku."

Marco mengangguk. "Saya akan mencari. Tapi ada yang lain, Capo. Nenek Alessandra telah mengirim pesan darurat ke semua klan yang berafiliasi dengan Conti. Dia menuduh Eric mencuri cincin pusaka klan dan bersekutu dengan Valerius. Semua orang memburumu."

"Mini," kata Eric. "Kita harus bergerak cepat. Pranoto, kau harus pergi ke safe house lain. Kami tidak bisa membawamu, kau terlalu berisiko."

Pranoto mengangguk. "Aku tahu, Eric. Aku akan mengurus beberapa hal dengan jaringanku di Malta. Kalian fokus pada Silvio. Ingat, Mini, Il Vero Nome milikmu adalah kunci untuk mengalahkannya. Kau harus menemukan nama Valerius-mu."

Eric memberikan instruksi terakhir kepada Marco, memberinya dana dan memberitahu titik pertemuan rahasia berikutnya. Eric dan Mini kini harus melanjutkan perjalanan ke timur, menuju Balkan, untuk menghadapi Silvio Valerius.

Mereka meninggalkan kafe, Eric berjalan dengan postur tegak sebagai Capo yang bangkit dari pengkhianatan, dan Mini berjalan di sisinya, perisai dan kekasihnya, siap menghadapi Ayah yang tidak pernah ia kenal.

BERSAMBUNG.