NovelToon NovelToon
Heaven'S Flawed Judgment

Heaven'S Flawed Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Ahli Bela Diri Kuno / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Reinkarnasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang kultivator muda bernama Jingyu, yang hidupnya dihantui dendam atas kematian seluruh keluarganya, justru menemukan pengkhianatan paling pahit dari orang-orang terdekatnya. Kekasihnya, Luan, dan sahabatnya, Mu Lang, bersekongkol untuk mencabut jantung spiritualnya. Di ambang kematiannya, Jingyu mengetahui kebenaran mengerikan, Luan tidak hanya mengkhianatinya untuk Mu Lang, tetapi juga mengungkapkan bahwa keluarganya lah dalang di balik pembunuhan keluarga Jingyu yang selama ini ia cari. Sebuah kalung misterius menjadi harapan terakhir saat nyawanya melayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Permintaan

Setelah tawa ringan mereka mereda, keheningan lembut menyelimuti ruang itu. Hanya suara lentera yang bergoyang pelan, meniupkan nyala kecilnya ke dinding batu, menebarkan bayangan menari yang seolah hidup dalam diam. Lumo berdehem perlahan, menurunkan cangkir tehnya, lalu kembali menyesap dengan tenang. Aroma daun teh yang diseduh sempurna memenuhi udara, bercampur dengan sisa kehangatan perjamuan tadi.

Fengyuan yang sedari tadi tersenyum kini menautkan kedua tangannya di atas meja. Wajahnya berubah tenang namun sarat makna, ada sesuatu dalam sorot matanya yang menunjukkan kesungguhan dan rasa terima kasih yang dalam.

“Daoyo Lu,” ujarnya perlahan, suaranya mengalun seperti desir angin dari puncak gunung. “Seperti yang telah kuucapkan sebelumnya, kau boleh meminta apa pun sebagai balasan atas pertolonganmu terhadap muridku. Tak peduli seaneh atau sesulit apa pun permintaanmu, sekte Qingyun akan menghormatinya.”

Jian Wuji yang duduk di sisi Fengyuan menambahkan sambil menyesap tehnya pelan. “Benar. Daoyo Lu, tidak perlu bersikap sungkan. Leluhur sekte kami selalu mengajarkan, satu jiwa yang diselamatkan setara dengan seribu pahala. Katakan saja, apa yang menjadi keinginanmu.”

Lumo menatap mereka berdua tanpa ekspresi. Matanya dalam, bagaikan permukaan danau yang memantulkan sinar bulan tanpa riak. Ia terdiam cukup lama, hingga suara desir teh yang dituangkan Qingwan menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar di ruangan itu.

Akhirnya, ia berbicara dengan nada datar yang membawa hawa dingin. “Aku memiliki tiga permintaan.”

Kedua tetua itu langsung menegakkan punggungnya. Fengyuan menatapnya penuh perhatian, sementara Jian Wuji menaruh cangkirnya perlahan, seolah hendak menyiapkan diri untuk mendengar hal besar.

Lumo melanjutkan, “Yang pertama, aku ingin informasi tentang Negara Yozhi. Segala hal yang berkaitan dengan negeri itu. baik konflik, pergerakan sekte besar, atau kejadian penting yang mungkin tengah mengguncang wilayahnya.”

Fengyuan mengangguk tanpa banyak bicara. Permintaan pertama itu masih terdengar masuk akal bagi ukuran seorang kultivator muda. Namun sebelum ia sempat menanggapi, Lumo sudah melanjutkan kalimatnya.

“Permintaan kedua,” katanya sambil menatap ke arah Qingwan, “aku akan membawa Nona Qingwan bersamaku dalam perjalanan menuju lokasi dari permintaan ketigaku nanti. Tujuanku satu, untuk menstabilkan Tubuh Yin Ekstrem miliknya, dan… ada sesuatu yang ingin aku coba.”

Mata jernih Qingwan bergetar halus. Ia menunduk dalam diam, tak menyangka bahwa namanya akan disebut dalam urusan sebesar ini. Dalam hatinya, ia merasakan campuran antara gentar dan kagum.

Fengyuan sempat menatap muridnya sekilas, lalu bergeser memandang Lumo lagi. Di wajahnya muncul senyum samar, namun tak ia ucapkan apa-apa. Jian Wuji justru menyipitkan mata, tatapannya penuh gurauan yang disembunyikan.

Lumo menatapnya tajam, suaranya dingin seperti es. “Jangan salah sangka.”

Jian Wuji menahan batuknya, sementara Fengyuan terbatuk kering, menutupi senyum yang nyaris lolos dari bibirnya. “Baiklah… baiklah. Silakan lanjutkan permintaan ketigamu, Daoyo Lu.”

Lumo meletakkan cangkir teh, pandangannya kini berubah serius, auranya perlahan berubah lebih berat, lebih dalam, seolah sesuatu di balik dirinya baru saja terbangun.

“Carikan aku lokasi Kolam Petir yang disembunyikan oleh Negara Gizo dari dunia luar.”

Suasana seketika membeku.

Jian Wuji yang baru saja meneguk teh langsung menyemburkannya dengan keras, lalu terbatuk hingga wajahnya memerah. Fengyuan menatap Lumo dengan mata terbelalak, seolah baru mendengar sesuatu yang mustahil diucapkan manusia.

Ruangan seketika diselimuti tekanan Qi yang halus, tak kasat mata, tapi cukup untuk membuat lentera bergoyang.

Fengyuan menundukkan kepala, lalu menghela napas panjang. Jian Wuji memijat dadanya sambil menatap Lumo antara kagum dan ngeri. Namun Lumo hanya menyesap teh dengan santai, seolah ia baru saja meminta arah ke pasar herbal, bukan lokasi tempat terlarang yang bahkan para tetua sekte takut bicarakan.

Qingwan yang sedari tadi diam, kini menatap Lumo dengan mata yang sulit diartikan. Dalam hatinya bergema pertanyaan, siapa sebenarnya pria ini?

Ia terlihat muda, bahkan sedikit lebih muda darinya. Namun setiap kata yang keluar dari bibirnya membawa beban berat, seperti seseorang yang sudah pernah menyaksikan puncak langit dan dasar neraka sekaligus.

Fengyuan akhirnya mengangkat tangannya perlahan, mengayunkan lengan jubahnya. Angin spiritual berputar lembut, dan dalam sekejap pintu ruangan menutup rapat tanpa suara. Cahaya lentera meredup, meninggalkan keheningan penuh rahasia.

“Baiklah,” katanya pelan. “Aku tahu di mana tempat itu berada… tapi sebelum aku mengatakannya, jawab dulu satu pertanyaanku, Daoyo Lu.”

Ia menatap lurus ke arah Lumo, auranya berubah berat, menembus seperti mata tombak spiritual yang menelisik lapisan demi lapisan rahasia.

“Karena apa yang hendak kuberitahu adalah rahasia besar Negara Gizo. Jika jatuh ke telinga yang salah, bisa mengguncang seluruh negeri. Maka katakan padaku siapa sebenarnya dirimu, dan bagaimana bisa tahu tentang Kolam Petir Neraka?”

Lumo terdiam. Seketika, aliran Qi di sekitarnya bergetar ringan. Kolam Petir Neraka? batinnya bergema. Nama itu tak asing baginya, dalam pengalaman hidupnya yang lampau, setiap tempat yang mengandung kata Neraka selalu berarti bahaya yang tak terukur, namun juga peluang yang tak ternilai.

Ia memejamkan mata sejenak, mengatur napas, lalu membuka mata lagi.

“Aku Lumo dari Klan Lu, Kota Baiyu,” ucapnya tenang. “Tak punya ayah, tak punya ibu, sebatang kara sejak kecil. Jika Daoyo Feng tak percaya, kau bisa mengutus orangmu mencari tahu kebenarannya.”

Ia berhenti sejenak, lalu menatap Fengyuan dan Jian Wuji bergantian.

“Adapun soal Kolam Petir Neraka… aku mendengarnya dari seorang pria tua. Ia pernah menolongku saat aku tersesat di hutan dekat Kota Baiyu. Orang itu bercerita tentang suatu tempat yang menyimpan petir istimewa, kekuatan yang mampu menentang langit jika seseorang mampu menaklukkannya. Ia juga berkata, Negara Gizo menutupinya rapat agar tak ada orang luar yang memanfaatkannya.”

Lumo menyeduh tehnya lagi dengan tenang. Dalam hatinya ia berdoa semoga karangan kisah itu cukup meyakinkan.

Fengyuan terdiam lama. Ia memang pernah mendengar nama Klan Lu di Baiyu. klan kecil yang nyaris tak memiliki pengaruh, bahkan sekte Qingyun pun jarang berurusan dengan mereka. Namun cerita tentang pria tua itu menimbulkan rasa penasaran di hatinya.

Ia menghela napas, lalu berkata dengan suara rendah. “Yang dikatakan orang tua itu benar. Negara Gizo memang menyembunyikan Kolam Petir Neraka. Mereka melarang siapa pun menyentuhnya, sebab kekuatan di sana bukan sesuatu yang bisa dikendalikan.”

Jian Wuji mengangguk pelan. “Dulu… beberapa orang kuat dari dewan tertinggi mencoba memurnikan Petir Neraka itu. Mereka pikir bisa menjadikannya inti spiritual baru. Tapi tak satu pun berhasil. Sebaliknya, mereka disambar balik oleh kekuatan petirnya, merosot kultivasi mereka, bahkan sebagian kehilangan tubuh abadi mereka.”

Lumo menatap cangkir tehnya, memutarnya perlahan hingga aroma hangatnya naik bersama pikirannya yang berputar cepat. Dalam diam ia menimbang-nimbang, setiap kata yang keluar dari kedua tetua itu menegaskan bahwa tempat itu bukan sekadar legenda.

Fengyuan melanjutkan dengan nada berat, “Kolam Petir Neraka berada di bawah tanah, di wilayah selatan Negara Gizo. Tidak banyak yang tahu jalannya, karena gerbang masuknya tersegel dengan formasi langit yang rumit.”

Sorot mata Lumo bersinar tajam, meski wajahnya tetap datar. Di dalam hatinya, semangatnya bergolak, tempat itu nyata.

“Bagaimana cara masuk ke sana?” tanyanya datar.

Fengyuan menoleh pada Qingwan. “Daoyo Lu berencana pergi bersama muridku, bukan? Kalau begitu, biarkan Qingwan yang menunjukkan jalan saat kalian tiba di sana. Ia pernah mendengar ceritaku tentang lokasi itu.”

Qingwan menunduk, wajahnya setengah bersembunyi di balik rambutnya. Ia tak berani menatap Lumo. Dalam hati, ia tahu perjalanan itu akan berbahaya, namun ada sesuatu dalam suaranya yang membuat dada mudanya bergetar aneh, antara takut dan keyakinan.

Fengyuan menatap muridnya dengan tatapan berat, lalu berkata pelan, “Jika kau benar-benar akan membawa Qingwan, maka satu permintaanku... bawalah dia kembali dengan selamat.”

“Guru…” suara Qingwan lirih, seperti desir angin yang memantul di permukaan cangkir. Fengyuan hanya mengangguk, menatapnya penuh arti. Jian Wuji tetap diam, mendengarkan tanpa menyela.

Lumo menatap Fengyuan, lalu berkata tenang namun penuh keyakinan.

“Selagi aku, Lumo, masih hidup, maka Nona Qingwan akan kembali dengan selamat.”

Ucapan itu jatuh seperti batu spiritual ke dasar hati mereka. Jian Wuji menatapnya diam-diam, sementara Qingwan menunduk dalam, wajahnya sulit terbaca.

“Terima kasih, Senior,” bisiknya lembut.

Lumo tak menanggapinya, hanya menegakkan duduknya lagi.

Fengyuan akhirnya mengembuskan napas lega. “Baiklah. Tetua Wuji, besok kumpulkan informasi tentang Negara Yozhi secepat mungkin.”

Jian Wuji mengangguk, “Akan kulakukan, Pemimpin Sekte.”

“Bagus,” sahut Fengyuan singkat. Ia kemudian menatap Lumo kembali, matanya mengandung rasa ingin tahu yang mendalam. “Daoyo Lu, jika boleh tahu, apa tujuanmu mencari Kolam Petir Neraka?”

Lumo menatap langit-langit ruangan, lalu menurunkan pandangannya. Suaranya rendah namun jelas, seolah setiap kata terukir di ruang itu.

“Untuk memurnikan kekuatan petirnya… dan menjadikannya bagian dari tubuhku.”

Jian Wuji dan Fengyuan saling pandang. Keduanya terdiam lama. Lalu keheningan itu pecah oleh desir angin yang menyusup melalui celah pintu, membawa hawa dingin dari luar. Mereka tahu pemuda yang duduk di depan mereka bukanlah sosok biasa.

Malam itu pun berlanjut dengan perbincangan panjang, tentang petir, kekuatan, dan rahasia yang bahkan bintang-bintang pun enggan mendengarnya. Lentera bergoyang lembut, dan bayangan tiga orang kultivator itu terpantul di dinding, seperti tiga takdir yang perlahan mulai saling berjalin di jalan langit.

1
Didit Nur
YUKARO 🤗😘😘😘
Didit Nur
YUKARO sangat cerdas 😘
Doddy kun
Lumo sangat cerdik. menggunakan kesempatan untuk memperkuat diri 💪
YAKARO: Yoi. terimakasih🙏
total 1 replies
Doddy kun
proses pengobatan yang sangat sulit
Doddy kun
mantap lumo
Doddy kun
Ceritanya bagus, cukup memuaskan sejauh ini. perkembangan MC juga cepat, jadi GK ngebosenin. bintang lima thor 🤟
WaViPu
Up banyak thor
WaViPu
Mantap Lumo, kau paling best
Doddy kun
semakin menarik
WaViPu
Hahaa tetua nya aneh banget, Tiba-tiba pingin menjadi murid Lumo
Doddy kun
mantap lanjutkan
Don Pablo
Oke, Lumo mencoba bermain dengan api 🔥
Doddy kun
mantap thor. perkembangan nya cepat 💪
Doddy kun
wkwkwk. ngopo kui wedok an aneh 🤣
Doddy kun
mantap thor, gass terus
Adrian Koto
cerita kolosal ada nuansa misterinya 🙂👍
HUOKIO
Disturbing banget Thor 😁
Don Pablo
untuk awal bagus, tapi kalau menurun kualitas nya, ku turun kan bintang nya😛
Don Pablo
melepaskan anak panah🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!