NovelToon NovelToon
Twelves Trials Of Fate (Myth Vs Human)

Twelves Trials Of Fate (Myth Vs Human)

Status: sedang berlangsung
Genre:Kultivasi Modern / Akademi Sihir / Perperangan / Action / Mengubah sejarah / Iblis
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: See You Soon

Pada tahun 2086, umat manusia berdiri di puncak kejayaan teknologi. Negara-negara besar bersatu di bawah Proyek Helios — percobaan menciptakan sumber energi tak terbatas dengan memanipulasi ruang dan materi gelap.

Namun pada malam ketika Helios Reactor diaktifkan untuk pertama kalinya, sesuatu terjadi. Langit di atas Samudra Pasifik retak seperti kaca yang dilempar batu. Membentuk celah raksasa bercahaya ungu, berdenyut seperti nadi dunia yang terluka.

Seekor makhluk bersisik emas, bersayap seperti petir, mengaum di atas laut. Lalu menyusul bayangan-bayangan lain: raksasa dari batu, wanita bersayap burung gagak, binatang bertanduk dari legenda kuno.

Nuklir ditembakkan, senjata diluncurkan. Sebuah kedatangan para makhluk mitologi yang mengancam ras manusia berdatangan dan membawa pesan,

“Kalian membuka pintu tanpa izin. Dunia kami hancur karenanya. Kini, keseimbangan harus ditegakkan.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon See You Soon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertandingan Ketiga : The Last Shinobi vs The Prince of Light

Ruang Peristirahatan Perwakilan Manusia – Tempat Peristirahatan Sang Shinobi

Pintu geser dari kayu cemara berdiri setengah terbuka, memancarkan cahaya hangat dari lentera kertas bergambar simbol kamon keluarga kuno.

Di dalamnya, aroma teh hijau bercampur dupa cendana menenangkan.

Tatami terhampar rapi di lantai. Di dinding tergantung gulungan lukisan tinta seekor naga yang melilit bulan purnama, dengan guratan kuas tajam nan anggun.

Dan di sudut ruangan, sebilah pedang katana beristirahat di atas dudukan kayu hitam, menandakan bahwa pemiliknya tak lagi menghunusnya sembarangan.

Johan menunduk sopan ketika memasuki ruangan itu.

Meski dirinya adalah tangan kanan Presiden, namun di hadapan sosok yang duduk bersila di tengah ruangan, ia tahu betul bahwa kesombongan sekecil apapun adalah kesalahan besar.

Shinobi itu, lelaki berusia matang dengan rambut hitam diikat rapi ke belakang, menatapnya dengan mata yang tajam namun teduh, seperti mata elang yang telah melihat terlalu banyak perang.

“Maafkan kedatanganku tanpa pemberitahuan,” ucap Johan sambil berlutut, meletakkan kedua tangannya di lantai, menunduk dalam. “Aku datang membawa pesan dari Presiden Dunia.”

Shinobi itu membuka matanya perlahan. Sorotnya seolah menembus dada Johan, membaca seluruh isi hatinya tanpa sepatah kata pun.

“Presiden dunia…,” ujarnya pelan, “lelaki berambut emas itu, bukan?”

“Benar.”

Johan menarik napas panjang, lalu mulai bicara dengan suara mantap meski ada nada keputusasaan yang samar.

“Beliau ingin Anda menjadi perwakilan umat manusia dalam pertarungan berikutnya di Colosseum Langit. Lawan yang akan dihadapi adalah Sang Pangeran Cahaya dari ras Elf. Kami akan menyiapkan arena dalam kegelapan Benar, tanpa bulan, tanpa bintang, agar Anda dapat menggunakan keahlian terbaik Anda.”

Shinobi itu menutup matanya kembali, menarik napas panjang seolah sedang menimbang dunia.

Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang nyaris menyakitkan. Kemudian ia berucap dengan suara berat dan dalam, seperti batu jatuh ke dasar sumur:

“Aku menolak.”

Johan mengangkat wajahnya, kaget.

Shinobi itu melanjutkan, suaranya tenang namun tajam,

“Panggung gelap itu… seolah kau ingin memperlihatkan kelemahan kami. Bayangan dan malam memang sekutu kami, tapi bukan tempat kami mencari kemuliaan. Dengan ribuan pasang mata menatap dari langit dan bumi, itu sama saja dengan mempermalukan jalan hidup seorang ninja. Aku bukan alat hiburan dalam kegelapan.”

Johan terdiam, mencoba menahan emosi yang nyaris meledak. Ia menatap lantai, lalu dengan suara lirih namun penuh ketulusan berkata,

“Tapi kita sudah dua kali kalah, Tuan. Umat manusia kian kehilangan harapan. Lihatlah Presiden di singgasananya. Ia tak tidur, tak makan dengan tenang. Setiap detik hidupnya dipenuhi kecemasan. Ia menanggung seluruh beban dunia di bahunya.”

Nada suaranya mulai bergetar, namun tetap menghormati,

“Kekalahan demi kekalahan membuat tatapannya semakin muram. Dan aku… aku sudah kehabisan cara. Tapi jika Anda menolak, maka mungkin… Colosseum itu akan menjadi kuburan bagi seluruh bangsa manusia.”

Keheningan panjang kembali mengisi ruangan.

Hanya bunyi fuurin (lonceng angin dari kaca) yang berdenting lembut, seolah menjadi satu-satunya suara yang menghubungkan dua dunia. Dunia cahaya dan dunia bayangan.

Johan akhirnya berdiri, menunduk dalam-dalam, lalu berjalan menuju pintu. Namun sebelum ia sempat melangkah keluar, suara berat Shinobi itu kembali terdengar.

“Baiklah.”

Johan berhenti.

“Aku akan menerima tawaranmu.”

Johan berbalik dengan cepat, matanya membesar penuh harap. Namun Shinobi itu menambahkan dengan nada tegas, dingin, namun penuh wibawa:

“Tapi dengan satu syarat.”

Johan menatapnya dengan serius.

“Apa itu?”

...****************...

Colosseum Langit — Awal Pertarungan Ketiga

Suara lonceng perak menggema di seluruh penjuru Colosseum Langit, menandakan dimulainya pertarungan ketiga. Udara di atas arena bergetar lembut, seolah langit sendiri menahan napas menyambut dua sosok yang akan turun ke gelanggang.

Dari sisi tribun mitologi, tangga marmer putih terbentang tinggi hingga ke puncak tribun bangsa Elf. Dari sana, turunlah sosok yang membuat setiap pasang mata terpaku. Sang Pangeran Cahaya dari Kerajaan Elf yang Agung.

Setiap langkahnya di anak tangga seolah menghasilkan percikan cahaya, membuat bayangan di sekitar dinding memantul lembut seiring gerakannya. Posturnya proporsional, langkahnya anggun, dan wajahnya… nyaris sempurna bak patung yang diukir langsung oleh para dewi.

Sorak sorai dari kubu mitologi meledak ke udara.

Panah cahaya, mantra-mantra, dan nyanyian kemenangan dilantunkan oleh para penyihir elf di tribun mereka.

Di antara kerumunan, seorang Elf kecil berteriak sambil menunjuk penuh kagum,

“Lihat! Itu kakak!”

Elf tua di sampingnya menepuk bahunya lembut.

“Lihat dan pelajari setiap gerakannya, Tuan Muda. Karena dari sinilah sejarah ras kita akan dikenang.”

Elf kecil itu hanya mengangguk, matanya berkilat oleh kekaguman yang tak bisa disembunyikan.

Pangeran Cahaya akhirnya tiba di tengah arena. Ia menunduk anggun, memberi penghormatan dengan tangan di dada kepada The Ancient One dan Sang Virgo, pengadil langit yang duduk di antara dua singgasana.

Dengan suara tenang nan jernih, ia berkata,

“Sebuah kehormatan yang tak ternilai, Anda memilihku sebagai perwakilan bagi ras mitologi, Yang Agung Ancient One.”

The Ancient One hanya menundukkan kepala sedikit tidak untuk menghormati, tapi sebagai tanda restu dari makhluk yang sudah terlalu tua untuk menganggap siapa pun sejajar dengannya.

Kemudian, sang Elf menoleh ke arah Presiden dan kubu manusia di sisi barat. Ia memberi salam pula, namun di balik senyum sopannya, terselip ejekan halus yang bahkan dapat dirasakan hingga ke barisan teratas tribun.

Senyum itu… bukanlah salam kehormatan, melainkan tantangan.

Tiba-tiba, angin berembus dari sisi berlawanan.

Dari bawah tribun barat, pintu besar berlapis baja terbuka perlahan. Suara derak besi bergema ke seluruh arena. Dari dalam kegelapan, muncul sosok berpakaian serba hitam, berjalan dengan langkah tenang namun pasti.

Syal merah di lehernya berkibar liar tertiup angin, seperti api kecil yang berani menantang malam. Pedang panjang tersarung di punggungnya, dua shuriken besar tergantung di sisi pinggang.

Ia tidak berbicara, tidak memberi salam, tidak menoleh ke arah tribun. Ia hanya berjalan lurus ke tengah arena, seolah seluruh dunia di sekitarnya hanyalah fatamorgana yang tidak pantas diperhatikan.

Di antara barisan penonton manusia, seorang pria paruh baya mengenakan kimono hitam tersenyum haru.

“Dahulu kau mewakili Kerajaan Negeri Matahari Terbit,” katanya pelan. “Dan kini… kau mewakili seluruh umat manusia, Hayama. Aku bangga padamu.”

Nama itu langsung bergema dalam bisik-bisik di antara penonton. Hayama. Sang bayangan yang legendaris.

Begitu keduanya berdiri berhadapan, Pangeran Cahaya menatap Shinobi itu dari atas ke bawah, matanya berkilau seperti kaca yang memantulkan sinar matahari.

“Kau tidak memberi salam kepada Presidenmu, manusia? Aku bahkan menundukkan kepala kepada rasmu. Apakah kau tidak diajarkan sedikit tata krama?”

Nada suaranya lembut, tapi ujungnya seperti duri.

Hayama hanya menatapnya. Mata hitamnya datar, nyaris tanpa emosi. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Sorak sorai dari tribun mitologi kembali bergema, memuja keindahan dan keagungan sang elf.

Sementara dari tribun manusia, bisik-bisik cemas mulai terdengar.

“Sungguh kontras sekali... Cahaya melawan bayangan.”

“Benar. Tapi apa manusia masih punya harapan? Elf itu… umur seratus tahun baginya mungkin baru masa muda.”

“Dan Shinobi itu… tampak seperti manusia biasa di hadapannya.”

Presiden yang duduk di singgasana hanya menatap diam. Mata tuanya berkilat penuh keyakinan yang tak bisa dijelaskan. Di sisinya, Johan mengepalkan tangan di dada, berdoa dalam hati agar bayangan yang mereka percayakan kali ini… benar-benar mampu memadamkan cahaya.

1
Mizuki
Gak betah ama em dashnya
Ni mungkin lebih alami dan baik kalo dirimu gak maksa make gpt buat proofreading paksa
Mizuki
Emdash sebanyak ini pasti perkara dirimu langsung maksa di proofreading ama gpt.

Jangan dipaksa, manual aja, suruh dia koreksi/nyari typo, habis tuh benerin sendiri manual, kelihatan entar kemampuanmu yang asli ama kagak
Chimpanzini Banananini: iya mas. nanti kurevisi lagi perkara em dashnya. untuk bab² tinggi udh kuperbaiki kok
total 1 replies
Mizuki
Ini pasti referensinya dari Record of Ragnarok
Chimpanzini Banananini: bener wkwk
total 1 replies
Mizuki
pagi-pagi banget udah high-telling kek gini. Yang kek gini biasanya di showing di tengah atau di akhir, dan itu lewat plot, atau prespektif sisi satunya, potensi kehilangan hook gede banget
Chimpanzini Banananini: oke mas. nanti kurevisi yang bab2 awal.
total 3 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
hai hai kak ...!
mampir nih .
peperangan di abad serba canggih yah !
Chimpanzini Banananini: bener kak. thanks udh mampir
total 1 replies
Anul (PPSRS)
ini mirip alur valkyrie ga sih👍
Anul (PPSRS): itulah pokoknya 🤣
total 2 replies
Anul (PPSRS)
lambang Amerika kah?
Chimpanzini Banananini: bukan heh
total 1 replies
Anul (PPSRS)
ancient one ini apa sih🤣
Anul (PPSRS): okee😍
total 2 replies
@🌹..AIS....🌹🍭
aku udah mampir kak han
@🌹..AIS....🌹🍭: sama sama kk cantik
total 2 replies
Anul (PPSRS)
ancient one ga tuh🤣
Anul (PPSRS)
widih, jadi paradoks berarti... makhluk mitologi ternyata ga punah, tapi kebawa ke masa depan🤣
Anul (PPSRS)
kasih santen, gula merah, air, gula pasir, daun pandan, rebus sampai mendidih... jadi deh bubur goblin hijau👍
Chimpanzini Banananini: ape bende ni woi?
total 1 replies
ꜱᴀʀɪꜰᴀʜ ᴀɪɴɪ
Gila, ini bapaknya udah pasang badan banget demi keluarga🔥 Tapi shotgunnya nggak ada peluru? Aduh, semoga aja ada cara lain buat ngalahin goblin-goblin itu! 😭
Chimpanzini Banananini: duhh gimana ya bilangnya? mereka semua meninggoy dan damai sebagai npc hiks
total 1 replies
ꜱᴀʀɪꜰᴀʜ ᴀɪɴɪ
serem banget! 😱 Udah goblinnya nyeremin, kelakuannya lebih nyeremin lagi.
Cesium-136
Cek komentar buat detailnya
Chimpanzini Banananini: baik. akan dikembangkan lebih baik dan lebih baik lagi. aku juga berusaha untuk membuat setiap judul diawal bab, foreshadowing, cliffhanger, pasti tidak akan mudah ditebak oleh para pembaca. btw thanks udh mau repot² baca ceritakuu❤❤
total 5 replies
Sang_Imajinasi
pertarungan nya bab selanjutnya
Chimpanzini Banananini: iya kaka. tapi aku bakalan crazy up dan bab selanjutnya bakalan up malam ini.
total 1 replies
Ai'zana
semangat thor
Fitur AI
ada kata kata mutiara nih
Fitur AI
wah bagus , ini keknya dia di palak pereman kah?!/Slight/
DF. aldo syarudin
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!