Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan Felicia
Zidan tidak berniat untuk pulang ke kosannya, jadi ia menginap di rumah Viktor yang berada di atas bengkel.
"Bolehkah Sabtu dan minggu dua aku menginap di sini? Aku tidak memiliki kendaraan untuk pulang pergi." ucap Zidane lirih.
"Tidak masalah, kamar di atas bengkel kosong bekas karyawanku dulu, kau pakai saja untuk istirahat."
"Baik, terimakasih om."
"Ohya Om, masalah motor itu nanti aku ganti. Atau potongan saja dari gajih ku."
"Tidak usah kamu pikirkan masalah motor itu, yang terpenting Kamu bisa bekerja dengan maksimal. Apalagi bengkel sudah mulai kembali ramai."
Zidane tersenyum "Oke Om."
Zidane naik lantai dua, di atas ruko ada sebuah kamar tidur khusus karyawan. Sepertinya kamar itu sudah tidak terpakai, banyak debu di lantai. Zidane mulai berbenah dan menyapu lantai, merapikan tempat tidur dan mengganti seprai yang di berikan Victor.
Saat ia ingin berbaring, sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Zidan membuka kotak pesan yang ternyata dari Marissa.
["Malam Varro, maaf menganggu."]
["Besok datang ya, ke acara festival perayaan kota London. Aku mengikuti lomba biola."]
["Wah pasti akan seru, festival perayaan hanya ada setahun sekali."] balas Zidan.
["Iya, makanya kamu datang ya. Aku sangat senang sekali Kamu hadir di acara festival."]
["Akan aku usahakan datang, semoga aku bisa hadir dan tidak kecewakan mu."]
["Oke Varro, aku tunggu besok."]
["Oke!]
Marissa mengakhiri pesannya dengan Zidane. Pria itu membuka kaos yang melekat di tubuhnya. Kebetulan malam itu udara sangat panas. Lalu Zidane membaringkan tubuhnya di atas kasur dan terlelap.
Esoknya Zidan bekerja dengan giat, sudah banyak pelanggan Victor yang dulu pergi kini berdatangan lagi. Alasannya cuma satu, montirnya sangat tampan dan ramah. Berbeda dengan montir kebanyakan yang berwajah biasa saja dan dekil.
Kebanyakan yang datang ke bengkel Victor cewek-cewek berkelas. Mereka kerapkali mencari perhatian pada sosok Zidane yang emang sudah tampan sejak dari lahir, bahkan kalangan tante-tante sosialita juga berdatangan, pura-pura membetulkan mobilnya yang sebenarnya tidak rusak, dan ujung-ujungnya minta nomor telepon. Dengan tegas Zidan selalu menolak secara halus.
Kharisma Zidan tidaklah main-main, tubuh atletis dan wajah mirip aktor tampan Ji Chang Wook dari Korea, begitu menghipnotis kaum hawa. Mereka seringkali memberikan tips melebihi harga kerusakan barang. Zidan selalu menolak pemberian para wanita yang selalu mencari perhatian padanya. Namun Victor menyarankan untuk menerimanya agar mereka tidak tersinggung.
Pada hari sabtu bengkel Victor sedang ramai-ramainya. Aldo datang untuk menemui Zidane, sambil membawa mobil yang biasa ia pakai untuk ke kampus.
"Hey Varro!" sapa Aldo seraya melambaikan tangan di sebrang jalan.
Zidan menoleh dan berkata "Ada apa? Kemarilah." seru Zidane
Aldo menyebrang jalan raya dan sampai di ruko bengkel milik pamannya.
"Hari ini ada festival perayaan kota London di Bourg. Marissa ikut perlombaan biola. Ayolah kita kasih semangat buat Marissa."
"Bengkel sedang ramai, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan."
"Hufh! Aldo terlihat kesal, ia menghela nafas. "Aku akan minta izin pada paman."
"Jangan! aku tidak enak, bila kerjaan ini sudah selesai aku akan menyusul. kirim saja alamatnya.'
Aldo tidak ingin membujuk lagi, walaupun ia terlihat kecewa. "Baiklah, aku pergi duluan, seandainya pekerjaan mu sudah selesai, cepatlah datang."
"Oke!
Sementara di acara festival, Aldo sudah bertemu dengan Marissa. Mereka duduk di sebuah kursi jauh dari panggung.
"Kenapa Alvaro tidak datang?" tanya Marissa yang sabar ingin tahu alasannya.
"Di bengkel paman masih banyak pekerjaan. Tadi aku sudah menemui Alvaro, dan sepertinya ia sangat sibuk. Banyak mobil dan motor mengantri untuk minta di betulin."
Marissa terlihat kecewa, ia menatap jauh kedepan. Ekspresinya berubah datar.
"Hey! Kenap kamu bersedih, apakah Alvaro begitu special? Hingga melupakan kehadiran ku di sini?! Katanya yang melihat wajah Marissa murung.
Spontan Marissa menoleh dan menatap wajah Aldo, lalu ia tersenyum, senyuman yang di paksakan. "Ayo kita duduk di depan, perlombaan akan segera di mulai selesai pidato dari pak walikota."
Waktu terus bergulir, acara festival sudah di mulai sejak tadi. Berbagai perlombaan kesenian musik dan tarian sudah berjalan. Kini acara lomba Biola akan di mulai. Marissa terlihat gelisah, berkali-kali matanya menatap jalanan raya, berharap Zidane datang di perlombaan yang sedang ia ikuti.
Festival semakin meriah dengan berbagai acara dan perlombaan. Kini giliran para peserta lomba biola mulai di panggil. Dari urutan pertama hingga urutan ke 35, peserta sudah berada di belakang panggung.
Marissa di kejutkan dengan kedatangan Felicia yang juga ikut lomba biola. Ia nampak cantik menggunakan dress mahal berwarna merah. Felicia berjalan anggun tanpa menoleh kearahnya. Padahal posisi Marissa berada di sampingnya.
"Ternyata Felly ikut lomba juga." Marissa mengerutkan keningnya.
"Bukankah Felly tidak pernah mau ikut perlombaan kalangan rakyat biasa?" sahut Aldo, yang sangat tahu sifat wanita angkuh itu.
"Mungkin ia ingin lebih terkenal lagi." kata Marissa lirih. "Kita lihat saja apa tujuan ia ikut lomba di festival."
"Kamu nggak usah khawatir menghadapi Felly, aku selalu akan mendukung mu." pungkas Aldo membesarkan hati sahabatnya.
Marissa naik keatas panggung, ia masih berharap Zidane datang dan melihat penampilannya. Raut wajah sedih tercekat jelas di wajah gadis berparas cantik itu. Namun, ia berusaha tegar dan tidak ingin terlihat menyedihkan.
Biola mengalun dengan merdu, gesekan biola membahana di atas panggung. Marissa memainkan biola begitu mahir dan menghipnotis semua orang yang menonton di festival. Suara gemuruh tepuk tangan mengakhiri penampilannya.
Kini giliran Felicia yang naik keatas panggung, permainannya tidak kalah bagus dari Marissa. Terlihat Felicia begitu bersemangat dan menggebu dalam menggesek biola. Semua berdiri dan bertepuk tangan.
Saat bersamaan Felicia turun dari panggung dan ia melihat Zidane datang dengan membawa bunga mawar merah di tangannya. Ia mengira Zidane akan datang dan memohon padanya. Felicia yang melihat kedatangan Zidane tersenyum lebar.
"Akhirnya kamu akan merayap di kaki ku." gumam nya pelan.
Felicia berjalan kearah Zidane yang juga berjalan kearahnya sambil tersenyum tipis. Felicia berpikir Zidane akan meminta maaf dan bersimpuh di bawah kakinya. tetapi, justru Zidan melewati Felicia seperti tidak mengenal dirinya.
Felicia mengerutkan keningnya dan menoleh ke belakang punggungnya. Dia terkejut saat melihat Zidane memberikan bunga mawar merah pada Marissa.
💜💜💜💜
Akankah Marissa pilihan terakhir alvaro nantinya
Lanjut bunda author
Masih slalu menunggu upnya yg slalu bikin penasaran🙏🏻🥰