Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arsya Adalah Mafia
Kalian harus tahu kalau Merah juga salah satu yang handal soal pengoprasian komputer. Mungkin itu juga alasan kenapa gadis ini duduk dan mencari semua rekaman CCTV pada setiap sudut gedung.
“Brengsek, cepatlah” desis Jihan.
Dia bahkan belum sempat memproses keadaan, kenapa kau berisik sekali” Yuna memukul kepala Jihan, membuat pria itu geram.
Semuanya tampak membosankan dengan semua murid tersisa memenuhi ruang basement. Hanya ada ketegangan diantara mereka dan Khalil merasa ini terlalu menyiksa. Biasanya, waktu waktu rawan seperti ini hanya dia gunakan untuk bermain futsal dengan teman-temannya. Tidak menyangka akan ada kejadian diluar nalar yang harus dia lewati seperti ini.
“Nggak ada file apapun, semua data CCTV sepanjang hari sudah dihapus”
Arsya mendelik, “Coba periksa lagi, gue yakin masih ada kok”
“Tidak ada, Sya”
“Bedebah ini, lo ngerjain kita?!” suara seruan Hagian membuat Khalil melirik, “Lo bohongin kita dengan sengaja ngehapus semua data karena lo tahu siapa mafianya?!”
“Kerja sama tim yang bagus” timpal Wira.
“Kalian belain Fattah dan sekarang lo hapus semua file dan pura-pura nggak ngepus itu?”
“Bukan gitu” decaknya pelan.
“Gimana lo tahu kalau kita bisa cek CCTV disini? Apa lo dalang dibalik ini semua? Lo kerja sama sama Fattah atau justru Bima?”
Semua menatap ke arah Agil yang mulai mengebu-gebu, “Lo sengaja bunuh Sadam juga?!”
Khalil beranjak, menghadang Agil yang hampir mendorong tubuh Arsya. Gadis itu tampak ketakutan dan percaya disaat bersamaan. Saat rekaman CCTV yang sempat dia lihat beberapa waktu lalu masih tampil, sekarang lenyap ditelan masa.
“Mundur”
Agil berdecak, “Kok lo jadi belain dia? Dia udah bunuh Sadam dan orang-orang nggak berdosa itu”
“Mundur!”
Semua orang tersentak bersamaan, terutama Arsya yang ada dibelakang Khali, dan Agil yang berada dihadapannya. Khalil sudah lelah dan dia tidak ingin ada keributan semacamnya lagi. mereka hanya butuh tenang untuk menemukan siapa mafia dan dalang permainan ini.
“Sorry gue uncontrol”
Khalil menghela napas panjang, “Disini kita semua adalah tim, nggak peduli satu atau berapapun diantara kalian adalah mafianya, gue janji kita bakal keluar dari sini secepatnya”
Semua orang diam, sebelum Arsya menarik ujung seragam Khalil, “Gue cuman nggak sengaja nemu tempat ini, gue kira kita bisa lihat siapa mafianya disini, Khal”
Khalil mengangguk, “Iya, Sya”
“Iya, kalau dia menghapus semua data, kenapa dia harus bawa kita semua disini? baiknya dia simpen aja sendiri buat menangin ini semua” bela Merah.
Hagian Memilih Arsya.
“Gue udah milih” Hagian mengangkat ponselnya ke udara. Membuat semua orang membelalakkan mata.
Jihan Memilih Arsya.
Wira Memilih Arsya.
Agil Memilih Arsya.
“Lo gila?!” Khalil berseru, “Kenapa gegabah banget sih, kita bisa berunding lagi kan? Siapa tahu Arsya cuman dijebak?”
“Buat apa mikir lama-lama? Dia yang bunuh Sadam, nggak ada waktu lagi dan lo harus milih dia”
Yuna Memilih Arsya.
“Tunggu, tapi gue bukan mafianya!”
“Gue bakal pulihin filenya, kasih gue waktu”
Kali ini Dion mendekat, menatap layar komputer yang sedang di oprasikan Merah. Lagian dia juga percaya, Arsya tidak seenaknya bertindak demikian tanpa alasan. Gadis itu pintar dan selalu punya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan aneh, jadi untuk urusan demikian dia tidak akan berbohong juga.
“Kira-kira lo bisa pulihin file sampai kapan?”
“Tengah malam, gue bakal usaha”
“Kita bisa pilih nanti” kali ini Intan mendominasi teman-teman yang lain. dia juga tahu bagaimana Arsya setiap hari. Lagian ucapan Khalil juga benar kalau mereka tidak berhak memihak tanpa bukti dan memilih tanpa kejelasan.
Khalil berbalik saat semua orang mulai meninggalkan tempat. Menepuk pundak Arsya sambil sedikit menundukkan tubuhnya, saat gadis itu menundukkan kepalanya, “Tenang aja, gue nggak akan biarin siapapun mati disini”
“Kita bakal lindungin lo, Ar”
Khalil dan Arsya menoleh ke arah Dion.
“Gue keluar dulu ya?”
Sekarang Khalil memilih mengikuti Farhan dari pada menganggu konsentrasi Merah. Mungkin berdiskusi jauh lebih baik dari pada menggunakan ego untuk bergelut dan menebak mafianya. Pada tangga didepan gedung, sambil memandang kedua jasad temannya diluar garis. Farhan tampak berusaha tenang saat Khalil justru dua kali lebih tenang dari sebelumnya.
“Menurut lo gimana tentang masalah, maksud gue permainan ini?”
“Gue cuman berharap ini mimpi buruk, kita harus mengorbankan seseorang supaya kita tetap hidup dan selamat”
Khalil menghela napas panjang, “Lo tahu nggak sih, selama ini gue mikir kalau gue gila aja gitu. tiba-tiba ada disituasi yang nggak pernah gue mau kayak gini tuh, kayak di neraka”
Farhan menoleh, “Jadi menurut lo ini semua nyata?”
“Semua orang terbunuh, darah yang sempet Arsya pegang atau yang nyiprat ke gue,” Khalil kali ini menatap Farhan cukup lekat, “Lo pikir semuanya cuman mimpi? Andai aja kita nggak pergi kesini”
“tapi menurut lo, aneh nggak sih? Saat seseorang menciptakan permainan ini untuk pertarungan antara Mafia dan Warga, padahal mafia bisa menang kapan aja karena dia punya waktu pas malam buat eksekusi warga”
“Ada peraturan yang nggak kita tahu, itu yang bikin mafia nggak sembarangan bertindak. Permainan ini sengaja menjebak kita, Far”
Farhan mengusap wajahnya kasar.
“Dibalik ini semua, secara masuk akal nggak ada orang random bikin permainan ini buat kita? Buat apa juga kalau nggak ada alasannya kan?”
“Ya bisa jadi mafia itu yang buat permainan ini? Mereka ngerasa kalau kita pernah ngerugiin mereka dan berujung balas dendam?”
Khalil terdiam. menatap bagaimana Farhan bicara dan setiap kata yang keluar dari mulutnya sungguh membuatnya memutar otak. Balas dendam? apa salah satu dari mafianya pernah dirugikan? Apa ucapan Farhan adalah salah satu petunjuk yang pantas dipercayai?
“Tapi gue juga nggak tahu, kata lo nggak boleh sembarang berasumsi”
Khalil mengangguk perlahan, “Kau bicara seperti kau tahu sudut pandang mafianya”
“Ah andai aja gue mafianya, gue bakal bantuin lo supaya game ini cepet selesai” Farhan mengusap wajahnya kembali, “Lo nggak mau samperin Agil?”
“Habis ini kayaknya, dia lagi butuh waktu sendiri kayaknya. Gue juga nggak bisa kontrol dia, karena dia punya egonya sendiri kan?”
“Lo bener”
“Menurut lo, apa gue nggak akan nepatin janji gue buat kalian keluar dari sini dan mati lebih awal?”
Farhan memukul kepala Khalil, “Omong kosong, itu nggak akan terjadi, lo pasti hidup sampai permainan ini berakhir, dan bawa kita pulang”
Khalil terkekeh, “Gitu ya?”
“Iya, lo katanya mau ngajarin gue gelut biar bisa ngalahin gengnya Hagian. Lupa lo sama janji itu? jadi jangan asal bicara”
“Iya, gue sempet lupa udah janjiin itu” Khalil tertawa, “Semoga yang lo omongin tentang ini semua cuman mimpi buruk bener ya, Han”
“Iya, kita harus bertahan dan segera bangun”