Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 Perjalanan
Perjalan semakin panjang dengan mereka yang sudah melakukan perjalanan kurang lebih 4 jam, berangkat sore hari dan sekarang sudah berganti menjadi malam.
Rasyid memegang earphone yang ada di telinganya seperti mendapat pemberitahuan dari anak buah yang lain.
"Ada apa?"
"Apa ada yang mencurigakan?" tanya Cilla penasaran memperhatikan gerak-gerik Rasyid.
"Kita harus berhenti makan," jawab Rasyid.
"Di mana? Bukankah sejak tadi kita melewati hutan dan tidak ada perumahan warga, lalu mau makan di mana? jualan makanan saja tidak ada?" tanya Cilla.
Pertanyaan belum dijawab, Rasyid tiba-tiba saja mobil itu berhenti. Cilla mengerutkan dahi dengan kebingungan.
Rasyid keluar dari mobil dan sudah berdiri di samping pintu mobil di bagian Cilla dan membuka pintu mobil untuk Cilla.
"Ayo turun!" titah Rasyid.
"Kita mau kemana?" tanya Cilla.
"Turunlah," jawab Rasyid.
Cilla membuka sabuk pengamannya menuruti permintaan suaminya itu. Saat keluar dari mobil ternyata pengawal sudah menyusun kursi dengan meja dan juga terdapat tenda payung di atasnya.
Mereka juga membawa pelayan untuk mempersiapkan makanan dan pelayan sedang menghidangkan makanan itu di atas meja.
"Ayo!" titah Rasyid membuat Cilla menurut.
Rasyid menarik kursi dan mempersilahkan istrinya untuk duduk, kemudian pelayan menyiapkan makanan untuk Cilla.
"Kamu tidak mencobanya terlebih dahulu?" tanya Cilla melihat ke arah Rasyid.
"Semua makanan ini sudah aku coba terlebih dahulu, jadi sekarang makanlah," jawab Rasyid.
Cilla menghela nafas, kemudian langsung makan, perutnya sejak tadi juga sudah keroncongan.
"Kalian semua juga ambil makanan dan langsung makan, kita akan melanjutkan perjalanan 20 menit ke depan, jadi gunakan waktunya untuk makan malam dan juga istirahat sebentar," titah Rasyid pada seluruh anak buah tersebut yang membuat mereka menganggukkan kepala.
Mereka juga mengambil makanan sesuai dengan porsi masing-masing dan mengambil tempat duduk dan duduk di tanah beralaskan tikar yang sudah dibentang dan memang hanya Cilla yang duduk di kursi. Maklum dialah Nona yang harus dilindungi.
Rasyid meninggalkan istrinya itu dan juga menuju meja yang tersedia makanan prasmanan.
"Ini aku sudah ambilkan untuk kamu!" Metta berdiri di depannya memberikan piring makanan yang sudah diisi dengan nasi dan lauk.
Mata Cilla langsung melihat ke arah dua orang tersebut.
"Seharusnya tidak perlu melakukan hal ini, aku masih punya tangan dan bisa mengambil sendiri," ucap Rasyid.
"Kamu terlalu sibuk mengurus cucu Pak Mizwar, sampai kamu melupakan untuk diri kamu sendiri dan kita semua sama yang hanya memiliki waktu 20 menit. Jadi kamu juga harus menggunakan dengan baik waktu yang ada," ucap Metta.
"Ambillah!" titah Metta.
Karena Rasyid tidak mungkin menolak dan makanan itu mau ditaruh di mana dan tidak mungkin dibuang yang akhirnya dia mengambilnya.
"Kita duduk di sana!" ajak Metta memberi arahan untuk mereka berdua duduk di bawah pohon yang juga beralaskan tikar.
Tetapi mereka tidak bergabung dengan pengawal yang lain, sejak tadi pergerakan kedua insan itu diperhatikan Cilla.
"Laki-laki memang sama saja, berhadapan dengan wanita yang bukan mahramnya, duduk berduaan sembari mengobrol dan bolak-balik melihat wajahnya, tetapi jika denganku selalu mengalihkan pandangan," batin Cilla tiba-tiba menjadi kesal.
"Astagfirullah Cilla, pikiran apa itu. Cilla jauhkan pikiran iri seperti itu, kamu juga tidak boleh berburuk sangka kepada orang lain. Astagfirullah maafkan Cilla ya Allah," batin Cilla dengan mengusap dadanya.
Rasyid tiba-tiba saja melihat ke arah Cilla membuat Cilla dengan cepat mengalihkan pandangannya.
"Huhhh, jangan sampai dia menyadari bahwa aku sejak tadi memperhatikannya, dia bisa besar kepala nantinya," batin Cilla dengan melanjutkan makannya.
"Kamu kenapa melihat Nona Cilla seperti itu?" tanya Metta ternyata menyadari tingkah laku Rasyid.
"Aku hanya memastikan keamanannya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi," jawab Rasyid.
"Begitu! Aku tidak menyangka ternyata bahaya lebih banyak datang kepada Nona Cilla dibandingkan dengan Pak Mizwar sebelumnya dan mengenai insiden tadi malam juga di luar duga," ucap Metta.
"Untuk itu kita harus lebih hati-hati ke depannya dan jangan kejadian itu terulang kembali. Kita semua mendapatkan tugas untuk menjaga keamanan Nona Cilla," ucap Rasyid.
"Kamu benar!" jawab Metta.
"Oh iya. Aku sudah mendapatkan telepon dari wartawan yang sudah berada di kabupaten Asahan, para warga benar-benar sangat menunggu kita," ucap Metta memberikan informasi.
"Kalau begitu kita akan melanjutkan perjalanan secepatnya dan harus berhati-hati agar mereka tidak kecewa," ucap Rasyid.
Metta mengagungkan kepala dan kemudian dilanjutkan makannya.
****
Perjalanan yang akhirnya dilanjutkan setelah menyelesaikan makan malam dan waktu istirahat mereka. Cilla tidak tahan untuk menahan matanya yang tampak tertidur.
Seperti apa yang dikatakan Rasyid, jika jalanan sedang tidak baik dan mobil mereka tidak bisa berkendara dengan mulus yang terus melewati gundukan sehingga di dalam mobil juga tampak tidak tenang. Tetapi kala sudah mengantuk berat, maka mata itu tidak bisa terbangun dan tetap tertidur.
Karena mobil yang goyang-goyang membuat kepala Cilla tiba-tiba terjatuh ke bahu Rasyid yang membuat Rasyid menoleh.
Rasyid membiarkan hal itu terjadi, tidak mengganggu tidur istrinya itu sama sekali. Cilla juga tidak dan tetap tertidur lelap.
******
Malam sudah berlalu dengan terik matahari yang begitu cerah. Truk membawa bahan makanan dan juga mobil mereka berhenti di pinggir jalan di daerah pedesaan yang sangat Asri dengan mereka dapat melihat keindahan sawah dan suara burung berkicau.
Ternyata Cilla masih tetap dengan tidurnya dan juga posisi kepalanya berada di bahu suaminya, sampai akhirnya Cilla mengerutkan matanya ketika mata itu merasa silau dan perlahan membuka matanya.
Cilla kebingungan dengan keberadaannya dan posisi tidurnya tiba-tiba saja menyadari bahwa dia sedang berada di bahu seseorang membuatnya dengan cepat langsung bergerak tegak kembali pada posisi duduk.
Rasyid menoleh ke arahnya yang sejak tadi sudah terbangun dan masih membiarkan istrinya itu menggunakan bahunya.
"Kenapa kita berhenti?" tanya Cilla terbata.
"Kita sudah sampai," jawab Rasyid.
Kepala Cilla berkeliling untuk melihat keadaan desa tersebut sangat indah dengan udara yang begitu segar.
"Lalu kenapa kamu diam saja dan tidak membangunkan ku. Untung saja aku berhalangan untuk sholat shubuh dan jika tidak aku sudah meninggalkan kewajibanku dan kamu yang akan mendapatkan masalah dariku," ucap Cilla dengan marah-marah.
Padahal marahnya dia hanya menghilangkan rasa gugupnya karena sejak tadi menggunakan bahu suaminya yang dijadikan sebagai bantal.
"Kamu pasti lelah dalam perjalanan dan saya tidak ingin mengganggu tidur kamu," jawab Rasyid.
"Kalau begitu untuk apa kita masih berada di sini, bukankah kita langsung saja menemui warga dan menjalankan amanah yang diberikan Kakek?" tanya Cilla.
"Ada beberapa ratus meter lagi untuk sampai ke pemukiman warga, ketika turun dari mobil kamu tidak mungkin dalam keadaan seperti ini. Bagaimanapun mereka harus melihat cucu sosok orang yang mereka tunggu selama ini. Berikan kesan yang baik kepada mereka dengan kerapian dan juga dalam keadaan bersih, tidak berantakan seperti ini," jawab Rasyid.
Cilla mendengarnya mengerutkan dahi dan refleks merapi-rapikan dirinya, mungkin karena bangun tidur jadi sedikit berantakan, secara tidak langsung Rasyid menegurnya.
Tetapi tetap saja wajahnya terlihat begitu sangat cantik.
"Kenapa dia suka sekali mengomentariku. Lama-lama aku tidak ada harga dirinya dan bukan seperti atasan. Apa dia sekarang dia ngelunjak," batin Cilla dengan kesal.
Bersambung....
penuh rahasia