7 tahun bertahan, lalu ditinggal tanpa alasan. Hanna pikir, cinta sudah cukup menyakitkan untuk dicoba lagi dan mungkin sudah saatnya ia memilih dirinya sendiri.
Namun jika bukan karena cinta yang pergi tanpa pamit itu.. mungkin dia tidak akan bertemu dengan dr. Hendra.
Sayangnya, dr. Hendra seperti mustahil untuk digapai, meski setiap hari mereka berada di bawah atap yang sama.
Kali ini, akankah Hanna kembali memilih dirinya sendiri? Entahlah..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deborah_mae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEWAJIBAN DAN KEPEDULIAN
"Selamat pagi, semuanyaaaa.."
"Pagi, Febiiii.."
Suasana hati Febi sepertinya secerah cuaca pagi itu. Tidak biasanya dia menyapa seperti itu.
Pandang Hanna mengikuti langkah Febi yang hendak duduk di kursinya dan memberikan sedikit candaan padanya "Lagi berbunga-bunga kayaknya, nih"
Tok..tok..tok..
Winda, admin marketing datang memberikan sebuah amplop tebal berisikan dokumen "Pagi, Kak Hanna.. Ada titipan dokumen dari klinik kebun"
"Ooh..terimakasih, kak.. Hanna terima ya.."
"dr. Arga.. Ooh.. Sekarang dia lagi dinas disana ya.."
Hanna memutuskan untuk segera memeriksa dokumen tersebut. Biasanya jika dr. Arga mengirimkan dokumen sebelum pertengahan bulan, itu artinya dr. Arga meminta Hanna untuk segera memeriksa agar bisa cepat terdeteksi jika ditemukan kesalahan.
Benar saja, ada beberapa alat kesehatan dan obat yang kurang jumlah input nya.
Dengan cepat Hanna menginformasikan hal itu kepada dr. Arga.
📩 Hanna
"Pagi, dok. Ada sebanyak 6 pasien yang kurang input Kassa Steril. Bisa tolong diinput kekurangannya?"
📩 dr. Arga Klinik Kebun
"Kayaknya nggak perlu diinput deh. Soalnya itu pakai punyaku pribadi, Han.."
📩 Hanna
"Lho.. Kok nggak ngabarin Nico kalo disana kekurangan Kassa, dok?"
📩 dr. Arga Klinik Kebun
"Sudah aku kabarin."
📩 Hanna
"Terus? kenapa malah jadi pakai punya dokter?"
📩 dr. Arga Klinik Kebun
"Hmm.. Aku nggak tau persis alasannya apa. Tapi kayaknya ada unsur ketidakpercayaan disini. Makanya stok Kassa dibatasi"
📩 Hanna
"Kalo gitu, Hanna ajukan claim ke Bu Vannya aja ya, dok.."
📩 dr. Arga Klinik Kebun
"Makasih, Han. Tapi nggak perlu juga. Itu semua emang kemauan aku."
📩 Hanna
"Ooh.. Oke deh, dok. Kedepannya Hanna bantu ngomong ke Bu Vannya, ya."
Tingginya angka kecelakaan kerja di area perkebunan mengakibatkan melonjaknya kebutuhan Kassa yang cukup tinggi.
Namun, hal itu membuat dr. Arga sedikit kewalahan karena permintaan pengadaan alat kesehatan dan obat terbilang lambat perealisasiannya.
Ditengah kesibukannya menangani pasien, dr. Arga tetap tenang dan fokus.
Menurutnya, keselamatan pasien adalah nomor satu.
***
Di sore hari itu, seorang pria paruh baya berlari ke dalam klinik dengan panik "Pasien! Ada pasien!"
Leni, Perawat klinik yang bertugas saat itu sedang menghitung obat dikarenakan klinik sudah tutup jam praktek.
Dengan sigap ia menghampiri pria itu. "Dimana pasiennya pak?"
"Bu suster, si Roni kakinya sobek!"
Dari dalam klinik terlihat dr. Arga berlari menghampiri pasien luka berat yang dibawa oleh pria itu.
"Taruh di bed!" dengan sigap mereka membawa Roni ke dalam IGD.
Melihat kejadian itu, perawat Leni menyiapkan peralatan dengan tangan yang gemetar. Ia tampak ragu bisa menyelamatkan Roni karena saat itu yang bertugas hanya dia dan dr. Arga saja.
"Leni, fokus. Tenang aja. Kita pasti bisa tangani" dr. Arga menepuk bahunya pelan.
Mereka bekerja dengan cepat. Berpacu dengan darah yang mengalir. Membersihkan luka dengan cairan NaCl, memberikan anastesi lokal dan menekan pendarahan.
Melihat kondisi Roni, dr. Arga tahu bahwa ini bukan luka yang biasa.
"Len, siapin infusnya!"
"Tekanan darah pasien menurun, dok"
Dengan berani ia segera mengambil keputusan untuk memasang tourniquet di atas luka Roni lalu menjahitnya dengan tangan yang stabil dan tenang.
Syukurlah, pendarahan berhenti. Namun dr. Arga seperti memikirkan sesuatu bahwa Roni harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan yang lebih intensif.
"Bang, malam ini kita rujukan ke Graha Sehat, ya"
Tanpa pikir panjang, dr. Arga mengambil kunci ambulance klinik. Sementara itu, Leni dan keluarga Roni membawa Roni menuju Ambulance.
Sayangnya, mobil ambulance tidak mau menyala. Saat itu semua orang mulai bingung harus bagaimana karena Roni harus ditangani dengan cepat.
Semua orang mulai berisik dan berdebat apa yang harus dilakukan. Namun, salah seorang ibu mengusulkan untuk meminjam truk tronton milik perusahaan kebun.
"Len, saya titip untuk tutup klinik sendiri dulu. Saya harus bawa Roni ke Graha Sehat malam ini juga."
"Naik tronton, dok? Dokter yakin?"
"Mau nggak mau. Roni harus segera ditangani dengan benar"
dr. Arga meminta Leni untuk menyiapkan satu kantong infus untuk Roni selama perjalanan menuju Rumah Sakit Graha Sehat.
Akhirnya dr. Arga berangkat membawa Roni walaupun saat itu dia sudah sangat lelah dan perlu istirahat.
Namun sekali lagi, baginya keselamatan pasien tetap nomor satu.
