NovelToon NovelToon
Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Permainan Kematian / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP
Popularitas:363
Nilai: 5
Nama Author: Dev_riel

Sebuah kota dilanda teror pembunuh berantai yang misterius.
Dante Connor, seorang pria tampan dan cerdas, menyembunyikan rahasia gelap: dia adalah salah satu dari pembunuh berantai itu.
Tapi, Dante hanya membunuh para pendosa yang lolos dari hukum.
Sementara itu, adiknya, Nadia Connor, seorang detektif cantik dan pintar, ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuh berantai ini.
Nadia semakin dekat dengan kebenaran.
Ketika Nadia menemukan petunjuk yang mengarah ke Dante, dia harus memilih: menangkap Dante atau membiarkannya terus membunuh para pendosa...
Tapi, ada satu hal yang tidak diketahui Nadia: pembunuh berantai sebenarnya sedang berusaha menculiknya untuk dijadikan salah satu korbannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dev_riel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hukuman untuk Pendeta Cabul 1

Aku sudah menunggu dan mengamati pendeta itu selama lima minggu. Selama itu pula sang Kebutuhan selalu menggoda dan mengusikku agar mencari korban baru.

Kali ini rupanya si pendeta. Dalam tiga minggu pertama aku langsung tau bahwa dialah orangnya. Korban berikut yang akan segera tenggelam dalam pelukan Sang Penumpang Gelap--sosok kesadaran lain dalam jiwaku. Selama tiga minggu ini pula aku berjuang menahan hasrat dan Kebutuhan yang makin menggila.

Tapi, waktu adalah sesuatu yang harus diperhitungkan dengan amat cermat. Semua harus dipastikan sejelas mungkin. Tidak boleh ada kesalahan mengenai orang itu. Dan kini aku yakin sepenuhnya. Prosesnya kelak juga harus benar. Harus rapi dan seapik mungkin.

Tidak boleh ada kesalahan. Aku tidak boleh tertangkap. Tidak sekarang. Begitu lama aku bekerja keras agar segalanya lancar.

Dan aku sudah terlanjur sangat senang untuk berhenti sekarang.

Aku selalu berhati-hati. Selalu rapi. Selalu bersiap ke depan, mempersiapkan segala sesuatunya sematang mungkin agar tugas dapat dilaksanakan dengan benar. Dan bila semua lancar, luangkan sedikit waktu untuk kembali. Begitulah kode etika dari Victor---Tuhan memberkatinya, almarhum ayah angkatku yang mantan polisi dan berpikiran jauh ke depan.

Malam ini, hal itu akan terjadi pada pendeta itu.

Namanya Bapa Gabriel. Dia mengajar musik dan paduan suara untuk anak-anak di Panti Asuhan Hope Haven Orphanage di Silentvale, Raven Brook. Anak-anak menyukainya. Dan dia juga mencintai mereka, tentu saja "Terlalu" mencintai, malah. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk mereka. Semua demi anak-anak. Segala yang dilakukan, semua demi anak-anak.

Semuanya.

Kuawasi dia malam ini sebagaimana kebiasaan malam-malam sebelumnya. Aku melihatnya berhenti di pintu Panti Asuhan untuk berbicara dengan bocah perempuan kulit hitam yang mengikutinya keluar gedung. Bocah itu begitu kecil, tidak lebih dari delapan tahun. 

Bapa Gabriel duduk di anak tangga, mengobrol dengannya selama lima menit. Si bocah ikut duduk, melonjak naik turun sewajarnya anak-anak yang tidak bisa diam. Mereka tertawa, lalu si bocah bersandar di dada si pendeta.

Sang Bapa mengelus rambutnya. Seorang biarawati muncul di pintu, menatap beberapa lama ke arah mereka sebelum bicara. Dia tersenyum, mengembangkan tangan. Si bocah memeluk erat, yang segera di balas Bapa Gabriel sebelum berdiri dan mengecup kening si bocah mengucap selamat malam. Si biarawati mengatakan sesuatu pada Bapa Gabriel. Si pendeta menjawab.

Akhirnya Bapa Gabriel berjalan pulang ke arah mobilnya.

Akhirnya.

Aku merunduk bersiap menyergap, lalu...

Belum. Ada minivan petugas kebersihan diperkirakan tidak sampai lima meter dari pintu mobil Bapa Gabriel. Begitu dipapasi, pintu sampingnya membuka. Seorang pria turun dari minivan, mengepulkan asap rokok dan menyapa sang Bapa yang kemudian ikut bersandar ke mobil, melayani mengobrol.

Beruntung. Lagi. Selalu begitu dalam malam seperti ini. Aku tidak melihat si perokok itu sebelumnya. Tidak menduga ada orang di minivan. Dia pasti bakal melihatku kalau tadi aku bertindak. Untung saja tidak.

Aku menghela nafas. Kuembuskan perlahan dan teratur. Mendinginkan diri, meyakinkan diri bahwa ini bukan apa-apa. Bukan berarti aku ceroboh. Langkah masih benar sampai detik ini. Maksudku pasti tercapai. Hanya soal waktu.

Sekarang.

Bapa Gabriel kembali ke mobilnya. Sekali dia berbalik dan memanggil sesuatu. Si petugas melambai dari pintu rumah piatu, lalu menginjak puntung rokok dan menghilang ke dalam gedung.

Beruntung. Beruntung lagi.

Gabriel sibuk memilah kunci mobil di rentang kunci yang dipegangnya, membuka pintu, lalu masuk. Kudengar derik putaran kuncinya, suara mesin mobil distater. Lalu...

SEKARANG.

Kutegakkan tubuh di kursi belakang, sambil melingkarkan seutas benang pancing ke lehernya. Dengan satu gerakan cepat dan tegas, kutarik jerat bening itu. Bapa Gabriel terkesiap panik. Tapi sudah terlambat.

"Kamu milikku sekarang," Kataku padanya. Gabriel langsung beku.

"Lakukan semua yang aku perintahkan," Kataku lagi.

Bapa Gabriel terlihat megap-megap sambil melirik kaca spion. Wajahku masih di situ, menunggu reaksinya. Terbungkus topeng putih yang hanya menampakkan bagian mata.

"Paham?" Aku menggertak Bapa Gabriel tidak menjawab. Hanya balas menatap. Kutarik bebatan tali.

"Paham tidak?" Ujarku mendesis.

Kali ini dia mengangguk. Tangannya melambai panik menunjuk jeratan. Aku tidak yakin apa tindakannya kalau aku kendurkan jeratan, tapi mukanya memang mulai mengungu.

Aku kendurkan jeratan. "Jangan macam-macam. Kalau mau hidup lebih lama."

Bapa Gabriel menghela nafas panjang. Bisa kudengar udara tertahan di kerongkongannya. Dia batuk dan bernapas lagi, tapi tetap tegak, diam dan tidak mencoba kabur.

Bagus sekali.

Kami berkendara. Bapa Gabriel mengikuti arahanku dengan patuh, tanpa ragu atau bertindak macam-macam. Kami meluncur ke arah selatan melewati kota Raven Brook dan terus ke Glimmering Grove Avenue. Kelihatan sekali bahwa betapa jalan sepi ini membuatnya gugup, tapi dia tidak mengeluh. Tidak mencoba berbicara padaku. Kedua tangan tetap berjalan di setir, pucat dan ketat, sampai buku-buku jari bertonjolan. Ini juga bagus.

Kami terus ke Selatan selama lima menit tanpa suara apa pun selain nyanyian roda, angin dan rembulan. Menciptakan komposisi nyaman di urat darahku.

"Belok di sini," Kataku.

Si pendeta melirik kaca sekilas, menatapku. Kepanikan hampir meloncat dari mata itu, lalu turun ke wajah dan mulutnya saat hendak berkata, tapi...

"Belok!" Aku membentak.

Bapa Gabriel menurut. Tubuhnya lumpuh, seolah telah lama menanti peristiwa ini. Menunggu sepanjang hidup. Tangannya memutar setir, berbelok.

Jalan tanah nan sempit itu nyaris tidak terlihat. Orang hampir tidak tau bahwa ada belokan di situ, tapi aku tau. Aku pernah kemari sebelumnya. Jalan kecil sepanjang dua setengah mil, berbelok tiga kali, melewati padang rumput tinggi dan pepohonan, menyusui jalan sampai akhirnya tiba di sebuah lapangan terbuka.

Lima puluh tahun lalu, ada orang yang membangun rumah di sini. Sudah bobrok, tapi sebagian besar bangunan masih utuh. Ukurannya lumayan besar. Mempunyai tiga kamar, separuh atapnya masih utuh. Bertahun-tahun terbengkalai dan dilupakan orang.

Kecuali sepetak taman sayuran tua di perkarangan samping. Jelas ada bekas-bekas seseorang melakukan penggalian belum lama ini.

"Hentikan mobil," ujarku saat lampu mobil menyoroti rumah.

Bapa Gabriel menurut. Ketakutan telah sepenuhnya mencengkeramnya, membuat tubuh dan pikirannya membeku.

"Matikan mesin," Sekali lagi kuperintah. Dia menurut.

Mendadak suasana jadi sangat lengang.

"Keluar."

Bapa Gabriel tidak bergeming. Matanya menatap kebun sayur di pinggir rumah.

Tampak tujuh gundukan kecil di situ. Lapisan tanahnya begitu gelap di terang bulan. Pasti tampak lebih gelap di mata Bapa Gabriel. Dia tetap bergeming.

Tali jerat kuhentak keras. Lebih keras dari sebelumnya, sampai Bapa Gabriel nyaris berharap bakal mati. Punggungnya menekuk keras di sandaran jok, urat bertonjolan di kening.

Tapi dia tidak mati. Belum. Nanti dulu. Aku belum selesai.

1
Yue Sid
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
Dev_riel: Besok kelanjutannya ya😄🙏
total 1 replies
🔥_Akane_Uchiha-_🔥
Cerita seru banget, gak bisa dijelasin!
Dev_riel: Makasih🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!