NovelToon NovelToon
Istri Muda Paman

Istri Muda Paman

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Mala, membuat gadis itu menjadi rebutan para saudara yang ingin menjadi orang tua asuhnya. Apa lagi yang mereka incar selain harta Pak Subagja? Salah satunya Erina, saudara dari ayahnya yang akhirnya berhasil menjadi orang tua asuh gadis itu. Dibalik sikap lembutnya, Erina tentu punya rencana jahat untuk menguasai seluruh harta peninggalan orang tua Mala. Namun keputusannya untuk membawa Mala bersamanya adalah kesalahan besar. Dan pada akhirnya, ia sendiri yang kehilangan harta paling berharga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TERBONGKAR

Beberapa hari berlalu. Kemala bersikap biasa saja, seolah tidak mengetahui kebusukan tantenya. Ia tetap tersenyum ramah meskipun muak karena sandiwara yang terus ditunjukkan oleh tantenya itu.

Kemala diam-diam menghubungi mang Asep, menanyakan tentang keuangan dari usaha milik mendiang ayahnya. Ia semakin kecewa dan marah tatkala mengetahui jika sudah ketiga kali Erina meminta uang kepada ajudan kepercayaan keluarga Kemala itu. Erina meminta uang dengan alasan untuk biaya kuliah dan juga keperluan Kemala selama di rumahnya.

"Aku pikir Tante Erina adalah orang yang paling tulus. Aku lebih menghormatinya daripada Om Sukardi, tapi ternyata Tante menginginkanku untuk tinggal bersamanya karena sebuah tujuan. Oke, baiklah kalau begitu, Tante Erina berniat untuk merebut warisan bapak dan ibu, kalau begitu... Aku juga akan merebut apa yang dia punya!" tegas Kemala saat dia di kamarnya.

Kemala belum memberitahu pada Om nya tentang kebohongan Erina yang ternyata tidak dibegal. Ia belum punya cukup bukti. Selama ini, Erina selalu bersikap manis. Wanita itu tidak pernah menunjukkan gelagat yang mencurigakan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, barulah Kemala

Mulai beraksi saat ia mengetahui jika tantenya akan keluar dan janjian dengan selingkuhannya itu hari ini.

Siang itu, langit sedikit mendung. Matahari enggan bersinar terang, seolah tahu bahwa hari ini akan menjadi saksi dari sebuah kebenaran yang terbongkar.

Erina berdiri di depan cermin besar di kamar, mengenakan blus merah muda lengan pendek yang kancing atasnya sengaja dibuka, dipadukan dengan rok span hitam yang membuat bo ko ngnya terlihat begitu padat berisi.

Rambutnya yang sebahu ditata rapi, wajahnya dipoles natural namun tetap menonjolkan pesonanya. Dia menyemprotkan sedikit parfum di leher, lalu tersenyum puas. "Hari ini waktuku bersenang-senang, Sayang..." bisiknya pada bayangannya sendiri di cermin meja riasnya.

Erina merasa aman karena suaminya-Tama baru saja mengirimkan pesan bahwa dia tiba-tiba ada pertemuan dengan temannya yang mengajak untuk join membuka cafe baru.

[Maaf banget ya, Rin. Temanku tiba-tiba minta aku ke Bandung sekarang juga. Kemungkinan aku pulang agak malaman ya. Aku udah minta Kiki buat anterin makanan dari cafe buat kamu dan Kemala makan siang. Jangan lupa istirahat ya].

Serasa mendapatkan angin segar, ini adalah waktu yang tepat untuk ketemuan dengan kekasihnya itu.

Beberapa hari tidak bertemu, rasanya Erina tidak

Tahan. Ia selalu menolak ajakan hubungan badan dari Tama, entah mengapa yang dia inginkan hanyalah Yudha. Padahal Tama lebih tampan dan sangat macho, namun cintanya buta kepada Yudha yang baru dia kenal selama 6 bulan terakhir.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil silver berhenti di depan rumah. Erina keluar dengan langkah ringan, membawa tas kecil berwarna krem. Dia memastikan tak ada yang melihat sebelum membuka pagar dan masuk ke mobil tersebut.

Dari kejauhan, seorang perempuan berambut pendek dengan jaket kulit hitam memantau dari atas motor sport-nya. Yola, teman baru Kemala yang tomboy dan penuh inisiatif, langsung menyalakan mesinnya.

Di waktu yang bersamaan, Kemala keluar dari rumah.

Ya, gadis itu telah menghubungi Yola sebelumnya.

Setelah mengetahui rencana tantenya yang diam-diam janjian dengan pacarnya itu.

Sebelumnya kemala sudah menceritakan sedikit tentang kehidupan Om dan tantenya itu. Ia bahkan orang pertama yang mendengarkan curhatan dari Kemala tentang perasaan temannya itu pada Tama.

Meskipun baru kenal, namun Kemala yakin jika Yola adalah teman yang bisa dipercaya.

"What's? Lo suka sama Om ganteng itu?" Pekik Yola kaget ketika beberapa hari yang lalu kemala curhat padanya. "Sssttt... Jangan berisik. Gak tahu suka atau nggak, cuman aku suka salah tingkah dan deg degan aja. Semoga aja cuman kagum doang, aku tidak mau merusak rumah tangga om dan tanteku," ujarnya saat ini.

Yola mangut-mangut. "Tapi kalau Tante lo beneran selingkuh, itu artinya yang hancurin rumah tangganya adalah dia sendiri. Lo punya kesempatan dong buat deket sama Om tampan itu."

Yola tidak menghakimi Kemala, ia malah mensupportnya.

Kemala hanya terdiam kala itu, ia sendiri masih bingung dengan perasaannya.

Hari ini, saat dia libur kuliah, ia pun meminta Yola untuk mengantarnya membuntuti tantenya. Ia harus mendapatkan bukti tentang perselingkuhan dan kebohongan tante Erina selama ini.

Kemala mengenakan celana jeans biru, kaos putih longgar, dan sweater abu-abu. Wajahnya polos, tanpa makeup, hanya bibirnya yang dipoles lip balm karena terlihat kering. Ia mengunci pagar rumah dan buru-buru menghampiri Yola yang sudah menunggunya.

"Thanks ya, Yol. Udah mau bantu aku," ucap Kemala sembari menerima helm dari temannya itu.

"Makasihnya nanti aja, kita cepat buntuti. Keburu kehilangan jejak," jawab Yola, lantas menyalakan gas motornya dengan mantap.Kemala mengangguk, lalu menaiki jok belakang dan memeluk Yola agar tidak terjatuh. Motor itu melaju membelah jalan, mengikuti dari kejauhan mobil yang menjemput Erina.

"Lo yakin dia ketemuan sama pacarnya?' tanya Yola tanpa menoleh, suaranya sedikit berteriak karena bisingnya jalanan.

"Iya, Yol. Yakin banget. Aku udah pernah memergoki sebelumnya. Bahkan aku sempat ngancam dia waktu itu. Tante ku janji ninggalin pacarnya, tapi ternyata dia ingkar," jawab Kemala sambil menggertakkan gigi.

"Buset, parah sih. Gue makin penasaran sama tampang selingkuhannya itu. Om Lo yang ganteng itu aja bisa diduakan."

Yola menyipitkan mata, menjaga jarak agar tidak mencolok. Ia menghafal plat mobil silver itu, B 1892 TKV, dan mengikuti dengan ritme yang stabil.

Setelah lima belas menit berkendara, mobil tersebut akhirnya berhenti di sebuah restoran semi terbuka dengan dekorasi rustic. Nama restorannya: The Wooden Spoon. Lokasinya cukup tenang, jauh dari pusat keramaian.

Mereka memarkir motor di ujung parkiran, cukup tersembunyi namun masih punya pandangan ke arah mobil. Tak lama, seorang pria bertubuh tinggi kekar keluar dari mobil. Tangan kanannya penuh tato tribal, rambutnya gondrong rapi, dan wajahnya cukup tampan-meski aura preman tak bisa disembunyikan.

Pria itu membuka pintu penumpang, dan Erina turun dengan senyum menggoda. Mereka bergandengan tangan masuk ke restoran, tampak seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

"Ayok turun," ajak Kemala cepat.

"Rencana lo apa sekarang?" Yola bertanya sambil melepas helm.

"Kita mendekat, tapi jangan sampai ketahuan. Bentar, aku pake masker dulu."

Kemala mengambil masker dari dalam tas kecilnya, lalu memakainya dengan cepat. Yola memberikan topi hitamnya.

"Tante lo gak kenal gue. Jadi gue nggak perlu menyamar. Lo pake topi ini. Jangan sampe ketahuan."

Kemala mengangguk dan menyembunyikan sebagian besar wajahnya. Mereka pun berjalan perlahan ke arah restoran dan memilih meja yang hanya berjarak dua meja dari tempat Erina dan pria itu duduk.

Erina tampak sangat nyaman. Tangannya menggenggam erat tangan pria tersebut di atas meja.

Kadang mereka saling tertawa, bahkan sesekali pria itu mencium punggung tangan Erina dengan tatapan penuh has-rat.

Kemala menunduk sedikit, lalu dengan cepat membuka kamera ponselnya. Ia mulai merekam. Gambar wajah Erina yang penuh senyum mesra, tangan mereka yang saling menyatu, serta cara pria itu memanggil nama Erina dengan sebutan, "Sayang."

Mual. Itu yang dirasakan Kemala. Amarahnya bergolak kembali, tapi ia tahu ini bukan waktunya meledak. Ia butuh bukti. Dan kini, bukti itu sedang ia kumpulkan sedikit demi sedikit.

Kemala tersenyum getir. Matanya masih tertuju pada pasangan di meja itu, yang kini saling menyuapi makanan layaknya pengantin baru. Rasanya seperti ditampar kenyataan berkali-kali, tapi dia tidak akan menyerah.

Ini baru permulaan. Permainan Erina akan segera berakhir.

Kemala dan Yola duduk di sudut restoran, tepat di belakang rak tanaman hias yang cukup tinggi untuk membuat mereka tak terlihat langsung. Aroma kopi dan makanan khas barat bercampur dengan hawa siang yang panas di luar. Matanya fokus-tak berkedip sedikit pun menatap dua sosok yang sedang duduk berhadapan itu.

"Liat, Yol," bisik Kemala lirih, "dia bahkan gak peduli orang-orang bisa lihat mereka mesra kayak gitu. Padahal dia wanita bersuami."

Yola menyeruput minuman dinginnya pelan. "Yo'i. Muak banget ya. Mana wajah cowoknya cuman menang sangar doang. Jelas ganteng Om Tama ke mana-mana."

Kemala mengangguk. "Tante-ku itu kegatelan kayaknya. Seperti itulah yang aku dengar ditelepon, mereka tadi membicarakan hal yang menjijikan."

Yola melirik ke arah pasangan tersebut. "Gue bisa aja nyamperin tuh cowok dan langsung hajar dia kalau Lo mau, Mal."

Kemala tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya. "Belum saatnya, Yol. Jangan kotori tanganmu. Bukti ini harus cukup kuat, Om Tama harus melihatnya secara langsung."

Ia lalu mengangkat ponselnya pelan, dengan sudut yang pas dan tidak mencolok. Kamera depan merekam dengan fitur zoom, menangkap jelas wajah Erina dan Yudha yang sedang bersenda gurau sambil menyuapi satu sama lain.

"Aku akan rekam semua ini. Nanti malam aku kasih lihat ke Om Tama."

Yola mengangguk pelan. "Lo keren juga, Mal. Gue pikir lo anak rumahan yang lembek."

Kemala menahan senyum getir. "Aku juga pikir seperti itu. Tapi sekarang gak lagi."

Beberapa menit berlalu. Pelayan datang ke meja Erina dan Yudha, membawa sebotol wine dan makanan pembuka.

Tak lama kemudian, Yudha menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menyentuh dagu Erina dan mendekatkan wajah mereka. Mereka berbisik, kemudian tertawa pelan.Jarak mereka terlalu dekat untuk sekadar teman ngobrol.

Dan yang paling memuakkan, saat mereka berci-uman di muka umum. Tanpa rasa risih atau malu.

Kemala mengalihkan pandangan, merasa mual.

Namun meskipun begitu, kamera ponselnya tetap merekam kelakuan bejat tantenya itu. "Mereka memang gak punya malu."

"Lo sekarang punya semua yang lo butuhin buat ngejatuhin dia," timpal Yola sambil memainkan sedotan minumnya. "Lo bisa merebut Om Tama darinya."

Kemala tertawa kecil. "Aku bukan pelakor, Yol. Tapi dia sendiri yang menghianati suaminya. Akan aku ambil suami yang telah dia campakkan. Tante Erina memang adik kandung ibuku, tapi aku tidak akan mentolerir perbuatannya."

Yola menatap sahabat barunya itu, lalu mengangguk.

"Lo butuh strategi. Kayaknya Tante lo itu licin banget.

Jangan sampai dia muterbalikin fakta."

Kemala berpikir sejenak. "Aku bakal kirim video ini ke laptop Om Tama, lewat email anonim sekarang juga."

Yola tersenyum bangga. "Gue suka cara lo!"

Tak lama, Erina dan Yudha berdiri. Keduanya saling berpegangan tangan menuju pintu keluar. Kemala dan Yola cepat-cepat merunduk dan pura-pura asyik berbicara sambil menutupi wajah dengan menu.

"Aku rasa mereka mau pergi ke tempat lain," ujar

Kemala. "Ayo, kita ikuti lagi."

Yola mengangguk dan segera membayar makanan mereka. Dengan langkah cepat namun tak mencolok, mereka keluar dari restoran dan kembali menuju motor sport milik Yola yang terparkir di ujung.

Yola tersenyum dan menyerahkan helm. "Kalau ada si Sintya sama kiren, pasti lebih seru. Mereka paling suka jadi mata-mata."

"Kasih tahu merekanya nanti aja. Kalau ada Sintya, takut malah bocor. Tahu sendiri dia terlalu bersemangat dan berisik. Mereka suka heboh duluan."

Kemala mengenakan helm dan memantapkan hati. Ia tahu, hari ini mungkin baru awal dari rencana panjang. Tapi satu hal yang pasti, topeng Erina tak akan lama lagi jatuh.

Dan ketika itu terjadi, ia akan ada di barisan paling depan-menyaksikan bagaimana wanita manipulatif itu harus menelan kepahitannya sendiri.

Terdengar jahat memang, keponakan sendiri ingin menghancurkan tantenya. Namun ini sebanding dengan pengkhianatan tante Erina dan juga rencana jahatnya yang ingin menguasai harta milik Kemala. Wanita manipulatif yang memanfaatkan kesedihan Kemala untuk kesenangan pribadinya.

Erina mungkin menganggap Kemala lemah dan polos, tanpa dia sadari, keponakannya itulah yang akan menjadi sumber kehancurannya.

Kemala memeluk erat tubuh Yola dari belakang, sementara motor melaju membelah lalu lintas kota.

"Arah mereka ke hotel, Mal," ujar Yola, suaranya terdengar melalui helm. "Hotel Grand Aluna, tuh gedungnya!"

Kemala menegang. "Hotel bintang lima? Mereka ke sana buat apa? Nggak mungkin cuma ngobrol biasa."

"Ya mau check in lah, dodol! Ngapain lagi?!" Seru Yola.

Gadis tomboy itu memperlambat laju motor dan berhenti di seberang. Dari kaca lobi hotel, mereka bisa melihat Erina dan Yudha berjalan berdampingan masuk ke dalam-tertawa tanpa beban. Tak satu pun menyangka, dari luar sana, ada dua pasang mata yang menyaksikan semuanya dengan nyeri tertahan.

"Lo yakin kita bisa masuk?" bisik Yola.

Kemala menarik napas dalam-dalam. "Nggak. Kita cukup tunggu mereka keluar lagi. Aku udah rekam tadi waktu mereka pegangan tangan di depan lobi. Ini udah cukup."

Beberapa menit mereka menunggu. Tapi entah mengapa, hatinya tak tenang. Ia terus menatap pintu hotel, seolah takut ada yang lebih buruk sedang terjadi di dalam sana.

"Yol," panggilnya pelan. "Hm?"

"Kita masuk aja, yuk. Buat mastiin. Gak usah nyari mereka, cuma pura-pura liat-liat aja. Kalo bisa, kita cek di front desk. Siapa tahu nama mereka terdaftar di kamar hotel."

itu?" Yola melongo. "Lo gila? Gimana caranya kita bisa tau

Kemala tersenyum kecil. "Aku kan keponakannya, tinggal bilang mau kasih kejutan. Gimana?"

Yola terkekeh. "Ehm, gue sih ragu. Tapi it's oke, kalau lo nekat, gue backup."

Mereka melangkah masuk ke lobi hotel. Lantai marmer berkilau, denting piano dari sudut ruangan, serta aroma bunga lavender menyambut mereka. Tapi suasana mewah itu tak mampu menutupi rasa gelisah di dada Kemala.

Ia melangkah ke resepsionis, melempar senyum sopan.

"Mbak, maaf, saya mau tanya. Tante saya barusan check in. Namanya Erina, dia bareng temannya. Saya mau kasih kejutan, tapi saya lupa nomor kamarnya," ucap Kemala dengan nada ramah dan polos.

Resepsionis tampak ragu sejenak. "Maaf, Kak, untuk privasi tamu kami tidak bisa memberikan informasi kamar."

Kemala mengangguk pelan. "Oh, iya, saya mengerti.

Tapi Tante saya tuh suka pelupa. Gak mungkin banget ngabarin kami kalo dia nginep. Makanya saya khawatir. Nama lengkapnya Erina Mardiana. Bisa dicek aja? Kalau memang gak ada, gak apa-apa."

Resepsionis sempat melirik ke arah supervisor di belakang. Lalu ia mengetikkan sesuatu.

"Maaf, Kak. Ibu Erina memang baru check in sekitar 20 menit lalu. Tapi saya tidak bisa berikan nomor kamarnya."

Kemala tersenyum kaku. Tangannya memegang ponsel yang sedang menyalakan perekam. Tentu saja ucapan resepsionis tadi juga bisa menjadi bukti. "Oh, gak apa-apa, mbak. Terima kasih ya!"

Mereka melangkah menjauh, hati Kemala terasa seperti ditusuk. Jadi benar. Mereka memang menyewa kamar.

Yola menepuk pundaknya. "Gimana, Mal?"

Kemala mengangguk. "Dia betulan check in, Yol."

Yola geleng-geleng kepala. Ini benar-benar kasus yang tidak main-main. Kemala yang malang baru saja kehilangan kedua orang tuanya, dan kini mendapati kenyataan jika tantenya selingkuh.

"Benar-benar gak habis pikir. Dia membohongi Lo dan Om Lo cuman demi bisa berduaan sama pacarnya itu. Ckk, dia gak bisa ngelak lagi sekarang. Tinggal waktunya lo bongkar semua."

Kemala mengangguk. Ia akan membicarakan hal ini malam nanti dengan om Tama. Dengan bukti yang sudah dia kantongi, Kemala berharap Tama akan percaya.

Tapi saat hendak keluar dari hotel, matanya tiba-tiba menangkap sosok lelaki berjas krem yang baru saja masuk.

Ia kenal betul sosok itu.

Langkahnya membeku.

"Yol," bisiknya, "i-itu... Om Tama."

Yola refleks menarik tangan Kemala agar cepat bersembunyi di balik pilar dekoratif.

"Oh gila! Kok dia bisa di sini?" Yola panik. "Lo yang ngasih tahu?"

Kemala menggelengkan kepalanya. "Nggak lah, aku cuman kirim foto dan video di restoran tadi aja, itu juga pake akun anonim. Aku gak tahu kenapa Om Tama ada disini? Tapi kalau dia naik dan ketemu Tante Erina...," suara Kemala tercekat, namun setelahnya ia tersenyum. "Pasti bakal seru!"

Mereka mengintip perlahan. Tama berjalan cepat menuju lift, tampak buru-buru dan wajahnya penuh emosi. Entah dari mana Om-nya itu tahu keberadaan Tante nya, namun dari rawat wajahnya, Kemala bisa melihat kemarahan berapi-api yang akan segera meledak.

"Baru aja mau dikasih tahu malam nanti, eh Om Tama udah datang. Sepertinya bakal seru nih. Dan sepertinya hari ini, menjadi hari kehancuran tante Erina. Yuk, kita ikutin Om Tama. Sayang banget kan kalau gak nonton pertunjukan ini," ajak Kemala yang dibalas acungan jempol oleh Yola.

***

1
Towa_sama
Wah, cerita ini seru banget, bikin ketagihan!
✨HUEVITOSDEITACHI✨🍳
Ngakak banget!
im_soHaPpy
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!