Cinta Sang Mafia

Malam di hotel itu tampak tenang dari luar. Namun di balik dinding-dindingnya, rencana licik tengah disusun oleh orang-orang Maya. Mereka menyuap salah satu pramusaji hotel untuk mencampurkan sesuatu ke dalam minuman yang akan dikirim ke kamar Viola berharap gadis itu kehilangan kesadaran, lalu dipermalukan melalui skenario jebakan yang sudah disiapkan.

Di ruang kontrol kecil di lantai bawah, salah satu orang Maya berbisik,

"Begitu efek obatnya bekerja, kita punya cukup bukti untuk membuatnya terlihat buruk di mata Jovan."

Tapi apa yang mereka tak tahu…Jovan tak pernah benar-benar tidur malam itu. Nalurinya sebagai pewaris keluarga berpengaruh, juga seseorang yang selalu waspada, membuatnya peka terhadap setiap gerak-gerik mencurigakan.

Saat petugas hotel datang membawa nampan minuman, Jovan yang membukanya. Tatapan tajamnya membuat petugas itu gugup.

"Kenapa hanya satu gelas?" tanya Jovan curiga.

 "E-eh… pesanan tamu, Tuan," jawabnya tergagap.

Jovan tak langsung meminumnya.

Ia meletakkan nampan itu di atas meja dan memeriksa dengan alat kecil yang selalu ia bawa bekas pelatihan keamanan.

 Cairan itu langsung berubah warna. Matanya menyipit.

"Mereka mulai bergerak cepat," gumamnya dingin.

Mengetahui itu jebakan, Jovan menyusun balasan dalam diam. Ia memasang kamera kecil di beberapa sudut ruangan dan mengunci pintu dari dalam. Malam itu, Viola tertidur lelap karena kelelahan, sementara Jovan tetap berjaga.

Salah satu orang Maya mencoba menyusup ke kamar hotel dengan kunci cadangan yang telah disiapkan.

 Namun begitu pintu dibuka pelan, Jovan sudah berdiri di baliknya siap menyerang..!!

 "Mencoba menyentuhnya… berarti melawan ku..!!"ucap Jovan dengan suara rendah namun mengancam.

Orang itu panik dan kabur sebelum sempat melakukan apa pun. Kamera merekam semuanya.

Namun sesuatu hal yang tidak terduga terjadi melihat minuman di dalam gelas di atas meja Viola yang terbangun dan merasa haus segera meminumnya tanpa memeriksa terlebih dahulu..

Dan sesuatu yang aneh pun terjadi pada dirinya.. seketika ruangan yang awalnya dingin ber-AC kini terasa gerah, bahkan Viola seperti orang yang kerasukan.

 "Tolong aku Jo... tolong...!!"ucap Viola lirik namun penuh harap

Jovan melirik gelas yang ada di atas meja ternyata sudah kosong, dan ia menyadari Viola telah meneguknya habis.

 Ia hanya memiliki dua pilihan membawa Viola langsung ke rumah sakit untuk memberi penawar atau memberikan pelampiasan...

 Saat itu keadaan Viola sangat-sangat di luar kendali, sebagai seorang pria dewasa yang normal tentu saja Jovan tak sanggup untuk menolak.dan malam itu pertama kalinya Jovan dan Viola melakukan hubungan suami istri yang tidak sepatunya, ruangan itu menjadi saksi bisu, keduanya berbagi peluh dalam keadaan yang tak seharusnya... Sampai keduanya kelelahan setelah melakukan aktivitas yang tak terlupakan itu...

Jovan cepat melirik di atas pembaringan, bercak merah keperawanan sang gadis, dan ia menyadari bahwa dirinya adalah orang pertama yang merenggut kesucian sang pujaan.

Namun diam-diam dalam hati Jovan bersumpah ia akan melindunginya dan akan selalu melindunginya apapun yang terjadi bahkan ia akan menikahinya meskipun ditentang keras oleh keluarganya.!

Pagi harinya, orang-orang Maya berkumpul di lobi hotel dengan raut puas mengira rencana mereka berhasil dan mereka akan mempermalukan Viola. Namun ketika petugas keamanan hotel membuka pintu kamar untuk "memastikan situasi"yang mereka temukan bukan gadis yang hancur,melainkan Jovan dan Viola bersama di dalam kamar.

Kabar itu menyebar cepat di telinga Maya. Dan alih-alih membuat Viola jatuh… rencana licik itu malah memperkuat posisi Jovan di sisinya. Karena mulai saat itu, semua orang menganggap Jovan telah secara terbuka melindungi Viola.

>Maya terdiam mendengar laporan itu. Tangannya meremas meja dengan keras.

 "Anak itu... benar-benar menantang ku.!!"

Maya kini tak lagi punya ruang untuk manuver sembunyi-sembunyi. Jovan telah menunjukkan keberpihakannya secara terang-terangan dan itu membuat semua orang mulai berpikir dua kali untuk mengusik Viola.

Di sisi lain, Jovan menyadari ini baru awal dari perang dingin antara dirinya dan sang ibu"

"Jika menyakitinya berarti melawan aku… maka biarlah seluruh kota tahu siapa yang ku lindungi.!" Ujar Jovan