NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Dewi Hijab

Terjebak Cinta Dewi Hijab

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Mengubah Takdir / Romansa / Bad Boy
Popularitas:848
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Hanina Zhang, merupakan putri seorang ulama terkemuka di Xi’an, yang ingin pulang dengan selamat ke keluarganya setelah perjalanan dari Beijing.

Dalam perjalananya takdir mempertemukannya dengan Wang Lei, seorang kriminal dan kaki tangan dua raja mafia.

Hanina tak menyangka sosok pria itu tiba tiba ada disamping tempat duduknya. Tubuhnya gemetar, tak terbiasa dekat dengan pria yang bukan mahramnya. Saat Bus itu berhenti di rest area, Hanina turun, dan tak menyangka akan tertinggal bus tanpa apapun yang di bawa.

Di tengah kebingungannya beberapa orang mengganggunya. Ia pun berlari mencari perlindungan, dan beruntungnya menemui Wang Lei yang berdiri sedang menyesap rokok, ia pun berlindung di balik punggungnya.

Sejak saat itu, takdir mereka terikat: dua jiwa dengan latar belakang yang berbeda, terjebak dalam situasi yang tak pernah mereka bayangkan. Bagaimana perjalanan hidup Dewi Hijab dan iblis jalanan ini selanjutnya?

Jangan skip! Buruan atuh di baca...

Fb/Ig : Pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mawar Di Tepi jurang

POV_3

Tatapan Wang Lei membuat Hanina sedikit salah tingkah. Sejak ia duduk, lelaki itu tak berhenti memperhatikannya, membuat jantungnya ikut terpacu tanpa alasan yang jelas. Lalu, suasana hatinya langsung berubah ketika mendengar ucapan sinis dari Xiao Mei.

"Ada apa? Kau memandangi kami seperti sedang menilai barang di pasar," suara Xiao Mai pelan namun jelas mengandung sindirian.

Hanina menarik napas pelan, berusaha mengabaikan sikap wanita di sampingnya. Ia menoleh perlahan ke arah Xiao Mei, lalu tersenyum kecil ke arah Wang Lei.

"Mungkin karena kita terlalu berbeda, ya?" ucapnya pelan, sedikit gugup.

Xiao Mei menoleh dengan raut datar.

"Oh? Maksudmu berbeda bagaimana?"

Hanina kembali menarik napas, mencoba tetap tenang dan tersenyum pada Xiao Mei.

"Kau seperti mawar merah yang tumbuh di taman. Kau sangat cantik, semua orang pasti menyukaimu. Sementara aku... aku hanya—"

"Mawar merah yang tumbuh di tepi jurang. Seseorang harus berjuang keras untuk mendapatkannya." Suara Wang Lei tiba-tiba memotong ucapannya.

Bibir Hanina terkatup, hatinya mencelos tak percaya. Wang Lei, yang selama ini dikenal berandalan, bisa berkata sepuitis itu. Jantungnya berdebar lebih cepat, namun di sisi lain, raut wajah Xiao Mei justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya.

Ia tersenyum canggung, mencoba mengatasi ketegangan.

"Wang Lei, kamu bilang ada sesuatu yang ingin dibicarakan?" tanyanya, berusaha mengalihkan suasana.

Wang Lei mengangguk. Tangannya bergerak membuka bungkus sumpit, lalu menyerahkannya pada Hanina. Gadis berhijab itu menerimanya dengan hati-hati.

"Kita akan bicarakan sambil sarapan," jawab Wang Lei tenang, matanya melirik Xiao Mei sekali. Nampak lelaki itu hanya mengacuhkanya.

Wajah Xiao Mei mamanas, tangannya mengepal di atas meja. Jelas sangat cemburu, Pria berahang tegas itu memperlakukan mereka dengan tidak adil.

Xiao Mei ingin protes, tapi takut bakal kena semprot lagi.  Karena kriminal satu ini tidak hanya brutal di tindakan tapi lidahnya juga brutal menguliti harga diri seseorang.

"Makanlah... Semua makanan di sini Halal." ucap Wang Lei.

Hanina mengangguk, tangannya mulai mengangkat cup kertas mini berisi nasi dengan potongan daging dan sayuran di atasnya. Jemarinya lihai mengapit daging dengan sumpit lalu menyuapkanya ke mulutnya dengan bismillah lirih.

Xiao Mei memutar bola mata malas sambil membuka bungkus sumpit. Apa istimewanya gadis di sampingnya. Apakah selera Wang Lei sudah berubah? Gadis itu memang cantik tapi bagi Xiao Mei penampilan Hanina sangat aneh. Seperti putri gurun yang tersesat.

"Oh ya, Wang Lei...  Aku ingin tahu darimana kamu dapat gaun ini? Aku sangat-sangat berterimakasih, aku pikir aku tidak akan pakai baju normal sampai besok."  tanyanya.

Wang Lei mengangkat wajah menatap Hanina.

"Berterima kasih pada Xio Mei, gaun itu miliknya. Aku memijamkanya untukmu."

Mata Hanina membesar, sedikit kecewa karena mengira gaun itu dibeli khusus untuknya, ternyata hanya sebatas barang pinjaman. Meski begitu Hanina tetap bersyukur dan memasang senyum manis.

DIa menoleh pada Xiao Mei.

"Terima kasih, Xiao Mei. Gaun ini sangat membantuku."

"Tentu, kalau kau suka ambil saja untukmu. Itu gaun lama, sudah tak terpakai."

Hanina tersenyum, meski ada nada merendahkan dalam ucapan Xiao Mei yang ia tangkap dengan jelas.

"Benarkah? Terima kasih banyak, itu sangat berarti untukku," jawab Hanina lembut. Senyumnya tetap tulus, seolah tak terusik oleh sindiran halus tersebut.

Beberapa saat suasana Hening, mereka bertiga makan seraya melirik satu sama lain. Tetapi mata Wang Lei hanya tertuju pada Hanina, membuat hati Xiao Mei semakin membara, ia mengunyah sambil menahan kesal dan cemburu yang menekan dadanya.

Wang Lei menghabiskan makanannya lebih dulu, ia menegak air mineral lalu memandang Hanina lagi.

"Hanina..." panggilnya.

Hanina mengangakat wajah, mendehem pelan karena mulutnya masih mengunyah.

"Aku akan pergi hari ini, mungkin 2 sampai 3 hari aku baru pulang. Kamu di sini bersama Xiao Mei, tidak apa-apa kan?"

Hanina menelan suapan terakhirnya sebelum menjawab. "Tidak apa-apa," ucapnya pelan, meski dalam hati ada sedikit rasa tak nyaman membayangkan harus tinggal satu atap dengan Xiao Mei yang terlihat tidak menyukainya.

Wang Lei mengangguk lalu tanganya merogoh saku celana dan mengeluarkan dompet, jarinya menarik satu kartu ATM dan mengulurkanya pada Hanina.

"Belanja dan bersenang-senanglah. Xiao Mei akan menemanimu."

Hanina menatap kartu itu dengan ragu, sementara Xiao Mei, matanya melotot tak percaya. Bagaimana bisa Wang Lei mempercayakan semua uangnya pada gadis yang entah ia temukan dimana. Jarinya mengepal sumpit dengan erat seperti ingin mematahkanya.

"Ambil." katanya, mantap.

Tangan Hanina terulur dan mengambilnya.

"Lalu bagaimana denganmu?" tanyanya.

"Jangan khawatir.  Aku akan baik-baik saja."

Wang Lei mengela napas pelan. Kartu itu satu-satunya yang ia punya, malah diberikanya pada Hanina. Memang laki-laki kalau sudah jatuh hati, jangankan uang akalpun rela di korbankan.

Dan kini dia hanya memiliki beberapa uang cash dalam dompetnya, tapi bagi Wang Lei itu cukup. Toh setelah ini dia akan mendapatkan uang lagi, makan dan minum bir mahal bersama Bosnya. yang terpenting sekarang Hanina tidak terlantar, apalagi kelaparan.

"Baiklah... Aku akan pergi, kalian hati- hati.  Xiao Mei temani dia, aku mempercayakanya padamu dengan konsekuensi yang berat. Pastikan dia baik-baik saja sampai aku pulang nanti."

Xiao Mei mendongak, matanya menyipit tajam dengan senyum sinis.

"Baik, Tuan Posesif!" sindir Xiao Mei.

Wang Lei melirik Xiao Mei tajam sebelum berdiri dan mengingat sesuatu yang hampir lupa.

"Pin kartunya, 666999 Itu."

Hanina mengangguk, menggenggam kartu itu Hati-hati.

Mereka akhirnya meninggalkan meja makan setelah sesi sarapan selesai.

Wang Lei keluar bersama kedua wanita yang membuntutinya seperti dua orang istri yang mengantar suaminya.

Setelah menyerahkan kunci rumah pada Hanina. Ia pun mengenakan helm dan menaiki motornya.

"Hati-hati" ucap Hanina, Wang Lei hanya mengangguk di balik helmnya lalu menyalakan mesin.

Suara deru motor Wang Lei semakin menjauh, meninggalkan Hanina dan Xiao Mei berdiri di depan rumah. Angin pagi yang lembut menyapu ujung kerudung Hanina, sementara Xiao Mei masih berdiri melipat tanganya di dada dengan wajah masam, menatap jalanan yang baru dilalui Wang Lei.

Hanina menarik napas pelan, berusaha mencairkan suasana.

"Sepertinya dia benar-benar sibuk, ya? Semoga perjalanannya lancar."

Xiao Mei menoleh cepat, menatap Hanina dari atas ke bawah. "Kau benar-benar percaya padanya, ya? Padahal, dia itu..." ia terhenti, menahan diri untuk tidak melanjutkan.

Hanina mengangkat alis sedikit. "Dia itu apa?" tanyanya lembut, mencoba tidak terdengar memaksa.

Xiao Mei mendengus, lalu memalingkan wajah.

"Lupakan. Lagipula, kita harus belanja, bukan? Bukankah itu perintah Tuan Posesif kesayanganmu?"

"Kesayanganku?" Hanina mengerutkan kening, sangat tidak nyaman dengan ucapan Xiao Mei.

"Lalu apa?  Dia nampak terus memperhatikanmu tadi. Berapa kali dia menidurimu? Sepertinya kau sangat memuaskan sampai membuatnya begitu posesif padamu."

Wajah Hanina seketika memucat. Jemarinya yang menggenggam kartu ATM Wang Lei menegang, mencoba menahan gelombang panas yang menyeruak di dadanya.

"Jaga bicaramu, Xiao Mei, kau boleh tidak menyukaiku, tapi jangan menuduh sesuatu yang tidak pernah kulakukan."

Xiao Mei tersenyum miring, matanya berkilat penuh ejekan.

"Oh? Jadi kalian belum tidur bersama? Jangan bohong. Wang Lei bukan tipe pria yang repot-repot memperhatikan wanita kalau tidak ada... keuntungan khusus."

Hanina menahan napas sebelum menanggapinya lebih serius.

"Mungkin dia seperti itu, bahkan lebih buruk lagi. Aku tidak perduli bagaimana hidupnya. Tapi asal kau tahu, dia telah menyelamatkan aku dari orang yang akan memperkosaku, membawaku kemari, memberiku tempat tinggal dan makanan yang layak, dia bahkan rela memutari jalanan hanya untuk mencari sehelai gaun untukku." Mata Hanina mulai memanas, air matanya berlinang.

"Kau pikir kenapa dia melakukan itu padaku? Yang mungkin tidak dia lakukan pada wanita lain? Rasa hormat dan tanggung jawabnya yang membuatnya melakukan semua itu. Aku bisa merasakanya sendiri aku yakin dia tidak seburuk itu."

"Hormaaat?" gumam Xiao Mei pelan, kemudian tertawa pendek, mengejek.

"Kau terlalu polos, Hanina. Dunia ini tidak seindah itu. Pria seperti Wang Lei... dia tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan. Percayalah, cepat atau lambat kau akan mengerti."

Hanina menghapus air matanya cepat-cepat, menegakkan punggung. Tatapannya yang lembut berubah sedikit tegas.

"Kalau memang begitu, aku akan mengerti nanti. Tapi, untuk saat ini... aku memilih mempercayainya. Dia sudah terlalu baik padaku, dan aku tidak akan merusak rasa terima kasihku hanya karena pikiran buruk orang lain."

Xiao Mei terdiam lagi, rahangnya mengeras. Dia menghela napas panjang sebelum membuang wajah ke arah jalanan.

"Baiklah, Kau bebas percaya apa pun. Tapi ingat, aku tidak akan selalu ada untuk menahanmu kalau nanti kau kecewa."

Hanina hanya diam, memilih untuk tidak menanggapinya lagi.

"Matahari sudah mulai panas, aku akan mengambil jaketku dulu sebelum pergi mengantarkanmu." ucap Xiao Mei berlalu ke dalam meninggalkan Hanina di teras sendirian.

1
Siti Nina
Astaga ada" saja tuh kakek" bikin emosi jiwa 😅
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
Waw,,,sangat menarik ceritanya keren banget 👍👍👍
Siti Nina
oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Mampir thor salam kenal kesan pertama menarik ceritanya keren kata"nya juga enak di baca 👍👍👍 tapi yg like nya dikit banget padahal oke banget ceritanya 👍👍👍🤔🤔
Nalira🌻: Salam kenal juga, Kak...🤝🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!