NovelToon NovelToon
Ibuku Adalah Surgaku

Ibuku Adalah Surgaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:817
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekhawatiran Seorang Ibu

Sudah jauh malam tapi Suryani belum bisa memejamkan kedua matanya. Penyebabnya adalah tentang Adi anak yang dirindukannya akan menjadi menantu  majikan barunya saat ini.

Sungguh hal diluar dugaannya. Terlebih lagi di dalam keluarga majikannya ada menantu lain, yaitu tuan mudanya dulu anak mantan majikannya, yang telah membuat dirinya mendekam di penjara.

"Ya Allah sebuah keberuntungan anak hamba akan menikah. Namun hati hamba juga cemas karena kakak ipar calon istrinya tak lain anak dari mantan majikan yang telah dibunuhnya dulu tanpa sengaja.

Suryani sangat khawatir jika Yanuar bisa mengenali Adi. Bagaimana pun masih tersisa pada raut muka Adi dewasa garis garis masa kecilnya pada raut mukanya. Sebagai ibu kandung jelas Suryani sangat mengenalinya. 

"Akankah Tuan muda Yanuar akan mengenali Adi?" Suryani sangat ketakutan jika ipar dari calon menantunya itu bisa mengenali Adi.

Tak ayal akan ada kegaduhan jika sampai hal itu terjadi.

Bukan saja Adi gagal menikahi Non Dilanya karena status Adi anak pembunuh, bahkan Yanuar menuduhnya sebagai pembunuh kecil karena ada sidik jari Adi di vas pajangan yang telah menewaskan tuan Sunyotonya.

"Ingat Mbak jika anakmu kutemukan tak akan kuampuni. Kalian pembunuh!!" Terbayang kemarahan Yanuar di depan pintu mobil yang akan membawanya ke penjara dua puluh tahun lalu.

"Bagaimana ini?!'

Gundah hati Suryani membayangkan hal yang belum terjadi, tapi khawatir terjadi pula kelak Yanuar mengenali Adi.

Apa jadinya jika Tuan muda suami putri sulung majikannya menindak Adi?

"Bu Yani jangan cemas keterlaluan. Anak Ibu tak bisa ditindak sembarangan, karena hukum telah memutus penjara untuk ibu yang telah bersalah. Ada pun sidik jari di vas pajangan itu sudah Ibu jelaskan bahwa Adi yang mengambil dari tangan Ibu waktu itu, jelas tertinggal sidik jarinya," terngiang ucapan menenangkan dari Ibu Sipir penjara saat ia mau meninggalkan penjara lima hari lalu.

Ingat akan itu hati Suryani menjadi tenang.

"Anakku semoga kamu menemukan kebahagiaanmu dengan Non Dila, Nak" air mata Suryani mengaliri kedua pipinya. 

Air mata bahagia karena Adi menemukan jodoh gadis baik baik. Juga air mata rindu pada anak yang ia lepaskan ke jalanan seorang diri.

                                 *

Seperti biasa, sebelum menjalankan tugas, mereka para asisten rumah tangga berkumpul di dapur. 

Mereka menikmati teh pans manis dan kue sebagai pengisi perut jelang kerja.

Mak Mina, Yanti dan Sri heran melihat sepasang mata Suryani sembab.

"Wah kok bengkak matanya, Bik?" Yanti menatap lekat ke raut muka Suryani yang sepasang matanya memang  menunjukkan jika semalaman menangis.

"Kangen anak, Bik?" Mak Minah menimpali.

"Nggak betah di sini?" Sri bertanya usil.

"Hus!" Mak Mina mendelik pada gadis kurus itu.

'Maaf," ujar Sri meringis.

"Ah bukan apa apa cuma semalam tuh nggak bisa tidur, terus ingat macam macam lah saudara yang entah dimana, anak,  pokoknya jadi sedih," tersenyum Suryani supaya tak membuat mereka sesama asisten rumah tangga yang menerimanya dengan penuh persaudaraan tak terbawa sedih yang diciptakannya.

'Ya namanya kehidupan, Bik, kita ini sudah makan asam garam ya hidup. Tinggal nih anak anak muda yang masih baru akan mengalami hiruk pikuk kehidupan jika menikah nanti. Tapi, sih muda mudahan pada hidup bahagia, makmur dan jangan lupa ingat sama Mak, ya," ujar Mak Minah  menatap Yanti dan Sri bergantian. 

Kedua gadis yang dipandang cengengesan.

"Kalau aku kawin eh nikah pokoknya Mak yang jadi ketua cateringnya, Bik Yani jadi juru masaknya, biar irit nggak usaha bayar orang," ujar Sri bercanda, "Penginnya dapat cowok kayak Non Dila, ganteng, sopan,"

Suryani langsung berdebar mendengar ucapan Sri.Terbayang sosok dan raut muka Adinya yang dilihatnya di foto. Gagah dan tampan.

"Tapi ditinggal belayar lama lama, mau,?" Yanti menimpali, "Kan calon suami Non Dila itu pelaut,"

"Yo ora opo opo, toh, kan nddak selamanya di laut pasti ada waktunya pulang ke rumah," ujar Sri .

'Tapi dengar dengar sih kemarin Tuan Besar inginnya Tuan muda Adi kalau sudah menikah dengan Non Dila mau membantu istrinya menjalankan perusahaan, terus Tuan muda Yan juga diminta pindah dari kerjanya yang sekarang. Pokoknya mereka berkumpul saling bantu di perusahaan, gitu. Karena Tuan Besar akan mundur dari pekerjaannya, mau keliling dunia mengajak Nyonya muter muter eh  traveling ngono, lho, jarene,"

'Eah hebat itu memuteri dunia," ujar Sri dengan muka penuh kekaguman.

"Keliling dunia," ralat Mak Mina.

"Yo itu maksudnya," angguk Sri yang memang agak kocak pembawaannya.

"Ojo isin isini toh , Sri, ngomong dibolak balik," seru Yanti.

"Iyo maklum," Sri cengengesan lalu mengangkat cangkir tehnya. Meniup beberapa kali, dan langsung menghabiskan separuh isinya.

Sedangkan Suryani memikirkan ucapan Sri. Kalau  memang benar semua menantu di kumpulkan dalam satu perusahaan jelas pertemuan Adi dengan Tuan muda Yanuar ya semakin sering. Bisa bisa  membuat mantan Tuan muda ya dulu, yang sekarang menjadi Tuan mudanya lagi itu, bisa mengenali Adi sebagai anak mantan asisten rumah tangganya.  Tak seperti jika Adi masih jadi pelaut, pertemuan itu jarang terjadi.  Bisa kecil memungkinan Tuan muda suami Non Nilanya itu tak mengenali siapa Adi sebenarnya.

"Wah beruntungnya dadi menantunya Tuan besar, yo, kabeh diparingi tempat di perusahaan," ujar Sri yang paling pertama menghabiskan cangkir tehnya, serta menelan potongan terakhir kue serabi hangat buatan Mak Minah.

"Rejekinya orang itu beda beda. Sudah diatur oleh Yang Maha Memberi kehidupan di dunia ini," ujar Mak Minah lalu pelan-pelan menyeruput tehnya, diikuti Suryani, yang kemudian mulai menikmati serabi di piring kecil.

"Wis entek bagianku," seru Sri berdiri 

"Kalau kurang ambil  lagi," ujar Mak Minah yang sedang mengunyah serabi sebagai pengisi perut kosong pagi harinya.

"Wis kenyang," tersenyum Sri.

"Sri kalau makan seperti mobil balap," goda Yanti tentang sahabatnya yang memang termasuk cepat jika mengunyah makanan.

'Iku tandanya kerjaannya juga cepat!" Seri tertawa.

"Huh memuji diri sendiri!" Sungut Yanti.

"Yo Wis kerja Sono" ujar Mak Minah pada Sri dan gadis itu langsung meninggalkan tiga asisten rumah tangga lainnya yang masih menyelesaikan sarapan paginya.

"Oh ya Mak Minah, setelah selesai masak saya boleh minta ijin mau ke pasar sebentar ada yang mau dibeli," ujar Suryani menatap Mak Minah.

"Oh ya nddak apa apa kalau sudah tidak ada kerjaan,' ujar Mak Minah tak keberatan. 

"Wah belum gajian sudah mau borong, toh?" Goda Yanti 

Suryani tersenyum,

"Terima kasih, Mak," sebenarnya Suryani bukan mau ke pasar tapi mau berkunjung ke Lapas untuk bertemu Ibu Sipir penjara untuk menceritakan tentang Adi yang ternyata akan menjadi calon suami Non  majikannya. Paling tidak dirinya ingin minta masukan tentang kecemasan hatinya.

Bersambung

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!