Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.
Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Langit cerah membentang di atas perbukitan yang hijau membentang luas. Angin pagi meniup lembut dedaunan yang menari perlahan, seolah ikut menyambut kedatangan Arman yang tengah mengemudi sendirian menuju desa wisata tempat mereka membangun kompleks vila eksklusif.
Roda mobilnya melintasi jalanan desa yang kini mulus beraspal, jauh berbeda dari beberapa tahun lalu saat dia pertama kali menginjakkan kaki di sini. Dulu, hanya jalan setapak berbatu yang berdebu saat kering dan berlumpur saat hujan. Kini, jalur itu sudah diperlebar dengan sisi kiri-kanannya ditumbuhi pohon-pohon rindang. Papan petunjuk jalan menuju Vila Alam Sejahtera terpancang di beberapa sudut, berdiri kokoh dengan desain kayu alami yang serasi dengan konsep wisata yang diusung.
Destinasi ini memang tidak main-main. Terletak tak jauh dari Situ Ageung yang bening memantulkan langit, dan Curug Sarebu yang menjatuhkan air sejernih kristal dari tebing hijau menjulang—tempat ini seolah surga kecil yang tersembunyi dari hiruk pikuk kota.
Dahulu, Arka menugaskan Arman untuk mengembangkan lini usaha travel atau perhotelan. Tapi Arman justru memilih membangun vila-vila bernuansa alam. Ia percaya, ketenangan dan suasana alami justru menjadi kemewahan yang paling dicari orang kota. Dan, terbukti, idenya berhasil. Vila-vila itu bukan hanya tempat menginap, tapi juga menjadi pengalaman bagi para pelancong—menyatu dengan alam, menikmati sejuknya udara pagi, dan mendengarkan suara alam sebagai pengganti dering ponsel.
Sebanyak tiga belas vila berdiri anggun di lereng bukit. Masing-masing memiliki nama bunga atau tanaman lokal. Dikelilingi taman tropis dan jalur batu alam, setiap vila dirancang dengan sentuhan modern-minimalis yang berpadu dengan bahan bangunan alami seperti kayu, bambu, dan batu kali. Di tengah-tengahnya, berdiri kantor manajemen yang sederhana namun fungsional. Di sinilah Arman berhenti dan disambut hangat oleh para staf yang mengenakan seragam krem dengan logo vila di dadanya.
“Bagaimana keadaan vila?” tanya Arman seraya melepas kacamata hitamnya. Senyumnya hangat, namun tatapannya tetap tajam menilai.
“Baik, Pak,” jawab Rendi, kepala manajemen, seorang pemuda asli desa yang sudah sejak awal dia percayakan tanggung jawab penuh. “Sampai tiga bulan ke depan, hari-hari libur sudah full booking. Hari biasa juga selalu ada tamu yang datang, meski tidak sebanyak saat akhir pekan.”
Arman mengangguk puas, menepuk bahu Rendi ringan.
“Bagus,” ujarnya, seraya mengacungkan jempol. “Ada bangunan yang rusak? Atap bocor? Dinding retak?”
“Tidak ada, Pak. Semua masih terawat dengan baik. Kami juga rutin lakukan pengecekan mingguan.”
Arman tersenyum lebar, rasa puas menyelinap dalam dadanya. Dia tahu, kepercayaan yang dia berikan tidak salah tempat. Para pekerja di vila ini bukan sekadar staf, mereka adalah mitra. Orang-orang yang bekerja dengan hati, karena ini juga kampung halaman mereka.
Ia membuka tas selempangnya, mengeluarkan beberapa amplop berwarna cokelat. “Ini bonus untuk kalian semua. Sebagai tanda terima kasih karena sudah menjaga tempat ini dengan baik.”
Wajah-wajah cerah langsung menyambut pemberian itu. Beberapa saling menepuk bahu, lainnya menunduk hormat dengan rasa terharu. Tidak ada yang menyangka, hari itu mereka akan mendapat kejutan menyenangkan.
“Kalau bukan karena kalian, tempat ini nggak akan jadi seperti sekarang. Jadi ini bukan hadiah. Ini adalah hak kalian,” ujar Arman sambil tersenyum geli melihat ekspresi bahagia mereka.
Tak jauh dari situ, warung-warung kecil berjejer rapi menjajakan makanan khas seperti serabi kelapa, dodol gula aren, dan kerajinan tangan dari bambu. Pemerintah desa, yang semula ragu dengan proyek ini, kini justru ikut terlibat aktif. Mereka membantu memperbaiki infrastruktur, menyediakan pelatihan untuk warga, bahkan memfasilitasi promosi wisata ke luar daerah.
“Pak, beberapa lahan perkebunan warga katanya mau dijual. Bapak tertarik beli lagi?” tanya Rendi setelah suasana agak tenang.
Arman mengernyit. Tawaran itu cukup menggiurkan. Tapi dia tidak ingin gegabah.
“Akan aku pikirkan dulu,” jawabnya. Ia tahu betul, membeli lahan bukan perkara ringan. Ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan, mulai dari dampak lingkungan, sosial, hingga tentu saja ... reaksi dari Arka. Jangan sampai ekspansi usaha justru membuat sang kakak naik pitam karena pengambilan keputusan sepihak.
Arman menatap ke arah vila-vila yang berdiri di balik pepohonan rindang. Angin sore berembus pelan membawa aroma pinus dan tanah yang baru disiram hujan. Di tengah damainya desa itu, Arman merasakan kedamaian yang tak pernah dia temukan di kantor pusat.
“Mungkin di sinilah tempat yang benar-benar bisa kusebut rumah,” batin Arman.
Sementara itu, Arka mengunjungi warung makan SEDAP untuk makan siang. Udara siang itu cukup terik, tapi langkah Arka tetap ringan saat mendekati warung sederhana yang sudah akrab baginya.
Di tangan Arka tergenggam sebuah kantong kecil berisi hadiah untuk Yasmin. Ia menyadari hadiah itu tertinggal di kantor kemarin, dan sejak pagi merasa tidak tenang sebelum bisa memberikannya secara langsung.
Yasmin yang tengah membantu di warung makan membereskan meja langsung berlari kecil menghampirinya. Mata gadis kecil itu berbinar penuh semangat.
"Ini untuk kamu."
"Apa ini, Om?"
"Buka saja. Semoga kamu suka."
"Terima kasih, Om Arka. Aku suka ikat rambutnya," kata Yasmin sambil melompat kecil, memamerkan senyum cerahnya.
Melihat ekspresi bahagia itu, hati Arka terasa hangat. Ia tak pernah menyangka kehadiran Yasmin dan ibunya bisa memberi warna baru dalam hidupnya yang selama ini terlalu kaku dan teratur.
"Ini untuk kamu, Hannah."
Hannah pun menggerakkan tangan lembutnya sebagai tanda ucapan terima kasih. Meskipun tak berkata satu kata pun, sorot matanya cukup untuk menyampaikan rasa hangat dan harunya. Dengan cekatan, ia langsung menjepitkan hiasan rambut berbentuk kupu-kupu berwarna silver ke sisi rambutnya yang tergerai hitam pekat.
"Mama, makin terlihat cantik," puji Yasmin tulus, sambil mengangguk-angguk bangga.
Arka hanya mengangguk, tersenyum mengiyakan. Memang, Hannah tampak lebih memesona dari biasanya. Jepit kecil itu mungkin sederhana, tapi ketika menghiasi kepala wanita itu, kesan manis dan anggun muncul tanpa dibuat-buat.
"Eh, Mbak Hannah cantik sekali!" celetuk salah satu pelanggan yang baru masuk. Wanita itu tampak ramah, dengan keranjang belanja masih tergantung di lengannya. Hannah pun dengan sopan mengangguk dan membentuk tanda terima kasih dengan tangannya.
Tak lama, pelanggan itu memperhatikan Arka. Matanya menyipit penasaran.
"Apa dia papanya Yasmin?" tanyanya sambil menunjuk Arka.
Hannah refleks mengangkat tangan, hendak memberi isyarat bahwa itu tidak benar. Tapi suara Arka mendahuluinya.
"Kenalkan, Bu, nama saya Arka," ucapnya sambil menjulurkan tangan.
"Yasmin mirip papanya, ya?" lanjut si pelanggan dengan nada yakin.
Yasmin menutup mulutnya sambil cekikikan. Ia tahu betul pelanggan itu sedang salah paham, tapi tidak berniat menjelaskan. Dalam pikirannya, membiarkan Om Arka disangka ayahnya bukanlah hal yang buruk.
"I-ya," sahut Arka akhirnya, setengah geli, setengah canggung.
Hannah langsung memberi kode dengan gerakan tangan bahwa itu bukan kebenaran, tapi pelanggan itu sudah terlalu fokus pada Yasmin dan Arka yang tampak begitu akrab.
"Kenapa Arka begitu baik kepada kita?" batin Hannah. "Semoga saja dia tidak punya niat buruk."
Bayangan masa lalu tiba-tiba muncul dalam ingatan Hannah. Dia tidak ingin kejadian dahulu terulang kembali.
***
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
siapakah pelaku yg udah buat trauma hannah 🤔
kalo krna trauma berarti hannah masih bisa disembuhkan ya,,suara yg hilang sm kelumpuhan kakinya dn pendengarannya kan bisa pake alat dengar 🤔
masih banyak yg blm terjawab dn bikin makin penasaran 🤗🤗