NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

what happened

Gamma dan Venus melangkah keluar dari markas Seven Eclipse tanpa menoleh ke belakang. Jejak pengkhianatan mereka kini membekas di ruang pertemuan yang mulai mendingin.

Di dalam ruangan, Noctis masih berdiri tegap. Pandangannya tak berpaling dari langit-langit gelap yang menyelimuti negeri.

"Mercury," ucapnya pelan namun tajam. "Urus mereka semua di ibu kota."

Tanpa banyak kata, Mercury berdiri. Ia menyunggingkan senyum tipis dan menghilang secepat bayangan.

Kembali ke kelompok Arya...

Di hutan dekat ibu kota, Arya berdiri di hadapan Venus. Cahaya pagi belum mampu menembus kepulan kabut racun yang mulai menyelimuti langit.

"Venus," tanya Arya tajam, "apa kau tahu rencana Raja yang sebenarnya?"

Venus mendesah pelan. “Kenapa kau menanyakan itu? Bukankah Reisa-chan sudah menunjukkan segalanya saat tempat eksperimen ditemukan?”

“Ya, tapi... aku merasa ada yang belum diungkapkan,” jawab Arya. "Dia menyembunyikan sesuatu."

Venus menggeleng ringan. "Aku tak bisa memberitahumu."

“Berarti memang ada,” Arya menyipitkan mata. “Tapi kenapa kontrakmu tidak bereaksi? Bukankah itu bentuk pengkhianatan?”

Venus tersenyum simpul. "Kontrak itu tak bereaksi karena rencananya tidak membahayakan kalian secara langsung. Dia memang licik... Tapi dia tahu bagaimana mengatur permainan."

Arya menatapnya lekat. “Apa maksudmu?”

Dina menyela dengan nada penuh kemarahan. “Apa?! Kau menyembunyikan sesuatu dari kami? Kau ini tahanan! Sedikit tahu diri, dong!”

Venus hanya menanggapi dengan lirikan menggoda. “Ara~ gadis muda yang cantik tapi tajam lidahnya.”

"Apa katamu?!" seru Dina, menahan amarah.

Gamma segera menengahi, “Jangan bertengkar, Kak Dina.”

Tanpa ragu, Dina langsung memeluk Gamma erat. “Tentu saja, Gamma!”

Venus mengerang, “Lepaskan tangan kotor itu dari Reisa-chan!”

Dina malah menampilkan pelukan lebih erat. “Nih! Lihat baik-baik! Sudah kupeluk dia! Haha!”

“T-tidak! Reisa-chan, lepaskan benang ini dariku! Kumohon!” rengek Venus.

Gamma pun sadar. “Ah iya, lupa.”

“Jangan, Gamma! Dia itu wanita cabul!” teriak Dina panik.

“Tidak apa-apa, Kak Dina,” ucap Gamma tenang, sembari melepas ikatan benang.

Arya kembali menatap Venus. “Apa maksudmu rencananya tidak membahayakan kami?”

Venus mengalihkan pandangan. “Aku tak bisa memberitahu detailnya. Tapi... jika kau pikir dia hanya raja korup biasa, kau akan mati lebih cepat dari yang kau kira.”

Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, “Untuk apa Seven Eclipse bergerak sendiri-sendiri memburu kalian? Bukankah bergerak bersama jauh lebih efektif?”

Arya terdiam. “Jadi kami ini... sedang memainkan peran dalam pertunjukannya?”

“Siapa yang tahu?” sahut Venus. “Tapi satu hal pasti... dia belum menganggap kalian musuh. Belum.”

“Belum, ya?” Arya mengangguk perlahan. “Berarti kami ini hanya pion cadangan. Sampai waktunya tiba.”

Dina mengepalkan tinjunya. “Raja keparat itu! Seenaknya mempermainkan kami!”

Gamma lalu mengingatkan, “Kak... bukannya kita harus menghancurkan tempat eksperimen?”

“Benar,” Arya menepuk dahinya. “Kita akan berpencar. Venus, bisakah kau menangani satu kota sendirian?”

Venus mendesah. “Untuk apa aku membantu kalian?”

“Kau tak bisa menolak,” kata Arya sambil tersenyum tenang.

“Bantu kami ya, Kak Venus...” pinta Gamma dengan tatapan polos.

Venus gemetar. “Ugh... tatapan itu! Baiklah! Aku bantu!”

Dina bergumam, “Gamma... kadang menyeramkan juga.”

Arya lalu mengangkat tangannya. “Baiklah. Teleportasi!”

Kembali di ibu kota...

Arya muncul di jalan utama, namun pemandangan yang ia temui membuatnya terdiam membeku.

Tubuh-tubuh warga tergeletak di mana-mana, menggeliat kesakitan. Langit di atas mereka menghitam oleh awan tebal dan bau busuk menyengat.

“Apa ini...?” gumam Arya. “Tubuhku lemas... napasku berat... ini racun?!”

Di sudut jalan, seorang anak kecil terbatuk berdarah, tubuhnya kejang.

“Tol... tolong…” suara lirih terdengar di sekelilingnya.

Lalu muncullah sosok Mercury. Ia berdiri tenang di tengah jalan.

“Selamat datang kembali, Exone,” ujarnya datar. “Ini perbuatanku. Coba selamatkan mereka, jika kau bisa.”

“Kau keparat...” desis Arya, mengepalkan tinjunya.

Mercury berbalik pelan, suaranya tetap tenang. “Apa yang akan kau pilih? Mengejarku, atau menyelamatkan mereka dulu? Waktu mereka tinggal satu, mungkin dua jam. Tergantung seberapa kuat paru-paru mereka bertahan.”

Lalu ia menghilang di balik kabut.

Arya langsung mengaktifkan sihir. “Lux Remedium!”

Cahaya terang menyelimuti jalan, menetralkan racun yang menyelimuti awan. Namun itu belum cukup. Ibu kota terlalu besar.

Arya terus berpindah dengan Swap, dari satu titik ke titik lain.

“Swap! Lux Remedium!”

Waktu terus berjalan. Satu jam berlalu. Ia mulai kelelahan.

“Haaah... satu area lagi...” napasnya memburu. “Swap! Lux Remedium!”

Akhirnya racun pun hilang. Warga yang terbaring mulai sadar.

“Kau… menyelamatkan kami…”

“Namamu siapa, pahlawan?”

“Kalian mungkin tahu nama kami. Kami... Exone.”

Dari kejauhan, Mercury memperhatikan dengan senyum tipis.

“Seperti dugaanku…”

Arya segera mengaktifkan sihir lain. “SEARCH! Mana Mercury?! Tidak terdeteksi? Sudah kabur ya!”

Warga kini berkumpul. Mereka berjalan menuju istana.

“Bunuh Raja bajingan itu!”

Arya tersentak. “Tunggu! Jangan dulu! Belum saatnya!”

Tapi teriakan panik menyela.

“Monster!”

“Mereka menyerang!”

Arya langsung bereaksi.

“Swap! Ice Shot! Fire Shot!” teriaknya. “Semua warga, menyingkir!”

Setelah memastikan warga selamat, Arya menuju lokasi eksperimen. Bangunannya besar seperti dua lapangan sepakbola.

“Ini tempatnya...”

Ia mendorong pintu besi. Bau busuk menusuk hidungnya.

“Sial…”

Dari balik bayangan, Mercury muncul lagi. “Selamat datang, pahlawan.”

Arya menghunus katana. “Jadi kau menungguku, bajingan.”

“Cepat bunuh aku kalau bisa,” tantang Mercury, merentangkan tangannya.

“Apa? Kau menyerah?”

Mercury tersenyum. “Tentu tidak.”

Ia menekan sesuatu. Monster-monster dilepaskan. Udara kembali beracun.

“Sword Blazing!” Arya menebas semua monster dalam satu serangan. “Lux Remedium!”

Kemudian—Dor!—Arya menembak kaki Mercury.

“Kau bisa semuanya ya? Memang hebat… seperti rencana beliau,” gumam Mercury, mengeluarkan benda kecil.

“Rencana beliau?” Arya berseru. “Jawab aku dulu, dasar—”

Srtt.

Darah mengalir deras.

Mercury memotong lehernya sendiri.

Tubuhnya terjatuh, dan senyum terakhirnya membekas di lantai.

Arya berteriak, “RAJA SIALAN!!!”

Di dalam istana...

Sekius tertawa sambil menatap papan catur.

“Ha ha ha! Bagus sekali, Exone sang eksekutor… Dan terima kasih banyak, Mercury. Aku akan segera menyusul kalian yang telah gugur.”

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!