NovelToon NovelToon
PENANTIAN CINTA HALAL

PENANTIAN CINTA HALAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Aila Rusli tumbuh dalam keluarga pesantren yang penuh kasih dan ilmu agama. Diam-diam, ia menyimpan cinta kepada Abian Respati, putra bungsu Abah Hasan, ayah angkatnya sendiri. Namun cinta mereka tak berjalan mudah. Ketika batas dilanggar, Abah Hasan mengambil keputusan besar, mengirim Abian ke Kairo, demi menjaga kehormatan dan masa depan mereka.

Bertahun-tahun kemudian, Abian kembali untuk menunaikan janji suci, menikahi Aila. Tapi di balik rencana pernikahan itu, ada rahasia yang mengintai, mengancam ketenangan cinta yang selama ini dibangun dalam doa dan ketulusan.

Apakah cinta yang tumbuh dalam kesucian mampu bertahan saat rahasia masa lalu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PENANTIAN CINTA HALAL

Setelah momen haru di halaman ndalem, semua kembali seperti biasa.

Malam hari, Abian bersama Umi Fatimah di ruang tengah, membawakan teh manis dan kudapan. Senyumnya tak bisa disembunyikan meski ia berusaha menutupinya dengan sopan.

“Kamu kelihatan bahagia banget, Nduk...” ucap Umi Fatimah sambil mengaduk teh.

Aila menunduk, pipinya memerah.

“Nggih, Umi... kaget saja. Nggak nyangka Mas Abian pulang,” ucapnya lirih.

Umi mengangguk pelan. Sorot matanya mengamati Aila dalam diam.

“Masih inget ya janjinya Mas Abian dulu, waktu mau berangkat?” tanya Umi-nya lembut.

Aila tak menjawab, tapi senyumnya cukup jadi jawaban. Matanya kembali basah. Rindu yang terlalu lama akhirnya menemukan jawaban.

Umi Fatimah meraih tangan Aila, lalu digenggam hangat.

“Umi dan Romo sudah sepakat, kalau memang jodoh, pernikahan kalian nanti setelah kamu lulus. Sekarang fokus ujian akhir ini dulu. Abian juga masih nggarap tesisnya, jadi semuanya disiapkan pelan-pelan,yang penting barokah.”

Ujar Fatimah dengan suara lembut.

“Nggih, Umi...” jawab Aila, penuh hormat, namun juga... deg-degan.

Sementara Itu...yang masih enggan pulang ke rumahnya, memilih berlama lama di masjid sambil membaca al-Quran.

Tangannya bergerak perlahan, bibirnya komat-kamit membaca. Namun pikirannya terus membentur pada adiknya Aila.

Gambaran wajah Aila yang memerah saat menyambut Abian, suara lembutnya yang menahan bahagia, semua berputar di kepalanya.

Bayu menutup mushafnya, memejamkan mata lama. Lalu ia bersujud. Lama sekali.

“Yaa Allah... jika aku hanya ditakdirkan menjaga dari jauh, maka cukupkan hatiku... dan kuatkan lututku untuk tidak goyah.”

Setelah puas, Bayu pamit pulang, ia kepikiran Azela yang sendirian di rumah.

Ketika begitu sampai, Bayu disambut hangat oleh Azela.

"Baru pulang, Mas?"

Bayu menoleh sekilas.

"Hem...tadi singgah sebentar di ndalem, Abi pulang," ujarnya singkat.

"Oo...Alhamdulillah," ujar Azela.

Malam itu, Bayu tampak lebih pendiam, mukanya kusut dan wajahnya seperti orang sedang menahan gelisah.

"Kamu nggak papa..?"

Alus Bayu terangkat.

"Ya.." sahutnya, lalu melangkah ke kamar, malas ditanya lebih jauh, oleh Azela.

Azela menghela nafas dan akhirnya duduk sendiri di ruang TV.

Pagi minggu, Azela memberanikan diri meminta antar Bayu.

"Mas Sibuk...?" tanya Azela pada Bayu yang sedang memperhatikan layar laktopnya.

Bayu seketika menghentikan jemari tangannya dan menoleh.

"Sedikit" sahutnya cepat.

"Oh...ya lanjutkan saja jika begitu," ujar Azela ragu.

"Ada sesuatu...?" Bayu akhirnya ke.bali bertanya.

Azela mengangguk.

"Aku mau belik hadiah ulangtahun buat Mama,Mas. Tapi aku bisa sendiri kok, lanjutkan saja kerjanya.."

Azela berusaha untuk tidak bergantung pada Bayu.

Tapi, seketika suara Abian menyambar.

"Aku antar" ujarnya sambil mematikan laptopnya.

Bayu bersiap, lalu menyambar kunci mobil yamg tergeletak.

"Ayo..." ujarnya dingin.

Azela buru buru melangkah masuk ke mobil Bayu.

Di lantai mall tampak lengang namun tetap terkesan elegan. Toko-toko menyala terang, suasana sejuk, aroma kopi dan parfum mewah bercampur.

Di salah satu butik perhiasan, Abian berdiri di samping Aila yang tampak kikuk.

“Mas… kayaknya terlalu mahal…” bisik Aila sambil menatap cincin mungil berhiaskan batu permata kecil di etalase.

Abian tertawa.

“Nggak mahal kalau memang buat kamu. Lagian ini cuma buat ngukur dulu, bukan langsung beli.”

Tangan Abian menggamit jemari Aila perlahan. Untuk menyematkan cincin itu ke jari manis Aila.

“Pas banget,” gumam Abian, suaranya rendah tapi terdengar penuh makna.

Aila menunduk. Pipi memerah.

Dan tepat saat itu…

Bayu dan Azela Masuk ke toko sebelah, masih dalam barisan toko perhiasan, bersama Azela.

Bayu terlihat rapi, gagah dengan kemeja hitam dan ekspresi datarnya. Azela berdandan manis, memilih gamis soft pink, wajahnya dipoles tipis.

“Mas, lihat kalung yang ini, bagus nggak?” tanya Azela, mencoba menarik perhatian Bayu.

Bayu melirik sekilas.

“Terserah kamu. Yang penting cocok buat Mama.”

Jawabannya datar. Sikapnya tetap tenang namun berjarak. Tak ada senyum, tak ada ketertarikan lebih pada kegiata itu, terutama pada Azela.

Azela mencoba mendekat, pura-pura menyenggol tangan Bayu, tapi pria itu menahan diri, sedikit mundur. Hal itu membuat hati Azela terasa ngilu.

Lalu pandangan Bayu tak sengaja menoleh ke kanan…

Dan di sanalah, di toko sebelah, ia melihat Aila dan Abian.

Aila sedang tertawa kecil. Abian membenarkan posisi cincin di jari calon istrinya.

Bayu terdiam.

Pandangan matanya menegang namun tetap dingin. Azela yang berada di sebelahnya ikut melihat ke arah yang sama… dan kaget.

“Itu… Aila… sama Abiankan, Mas?” bisiknya pelan.

Bayu mengangguk singkat.

“Iya.”

Lalu berbalik pada penjaga toko.

“Yang ini saja, tolong dibungkus. Untuk hadiah Mama saya.”

Azela masih memandangi dua orang di seberang kaca toko. Tatapannya berubah. Bukan karena cemburu… tapi ia bisa membaca sesuatu di balik tatapan suaminya. Tatapan yang tak pernah Azela dapat dari Bayu.

Setelah lelah berputar-putar di Mall,Azela dan Bayu pun segera pulang.

Malamnya, di rumah. Azela berusaha mencairkan suasana. Ia membuatkan teh jahe, masuk ke kamar Bayu yang sudah kembali ke kamarnya sendiri.

“Mas… boleh aku duduk di sini sebentar?” tanyanya di ambang pintu.

Bayu menoleh, sedikit mengangguk.

“Silakan.”

Azela duduk di kursi kecil di dekat ranjang.

“Mas, tadi di mall… aku lihat tatapanmu. Kamu ke Aila itu beda.”

Pertanyaan itu keluar tanpa suara gemetar. Justru tenang… namun penuh luka.

Bayu terdiam.

Menghela napas panjang.

“Aila adikku, ndak usah mikir yang macem-macem.”

"Tapi Mas...sikapmu ke dia beda"

Bayu menoleh, lama diam.

Lalu membuka bibirnya.

"Dia gadis spesial"Sahutnya datar.

Azela menggigit bibirnya sendiri, berusaha tidak menangis. Ia tahu… hatinya hanya disinggahi, bukan dimiliki.

Sementara Itu, Abian dan Aila di teras ndalem tampak begitu bahagia.

“Tadi Mas Bayu lihat kita nggak ya? Pas Mas Abi pasang cincin ke tanganku. Ila takut dia marah, tadi Mas Abi sentuh aku, dia paling pantang lihat yang bukan mahramnya bersentuhan.” ujar Aila pelan sambil menyeruput teh.

Abian mengangguk.

“Mungkin. Tapi kamu tenang saja. Kita nggak berbuat apa-apa yang salah.”

Aila tersenyum kecil.

“Iya, aku tahu. Tapi Mas Bayu itu... beda. Selalu kayak tahu isi kepala orang.”

Abian tertawa.

“Ya udah, biar Mas Abian yang hadapi nanti.”

Aila tersenyum, ia suka dengan sikap Abian yang selalu membelanya.

"Kadang Ila suka heran sama sikapnya yang overprotektif" keluhnya.

Abian menoleh, mengangkat alisnya.

"Dia cemburu..."

Aila menoleh.

"Cemburu...?"

Abian mengangguk sambil menyeruput teh hangatnya. Sementara Aila mencerna ucapan Abian.

"Cemburu...?" Gumamnya sambil tertawa, gadis itu merasa konyol. Mana mungkin, sosok Mas Bayunya cemburu, sedang merea saja selalu adu mulut tiap ketemu..

1
Ita Putri
poor bayu
Ita Putri
jangan" hamil anak almarhum dr.kenzi
R I R I F A
lanjut aku suka cerita yg islami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!