NovelToon NovelToon
Ibuku Adalah Surgaku

Ibuku Adalah Surgaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:817
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sayur Favorit Calon Suami

Nila dan Dila duduk di kanan kiri nyonya Sugandi mamanya. Sedangkan Yanuar duduk di sebelah Sugandi. Mereka sedang merinci tentang kemungkinan Adi calon suami Dila untuk berhenti jadi pelaut, dan membantu mereka untuk meneruskan usaha yang telah dirintis Sugandhi selama hampir tiga puluh tahun.

"Papa ini sudah enam puluh tahun lebih, jadi ayolah mantu dan anak yang mulai bergerak lebih aktif lagi." Sugandi berharap bisa mundur dari kegiatannya.

Dila dan Nila saling tatap.Mereka sejak lulus kuliah sudah ikut aktif di perusahaan ayahnya. Nila sebagai Direktur Keuangan, sedangkan Dila duduk sebagai Kepala Personalia, sekaligus sebagai Kepala Marketing.

"Dila dan Nila sudah berkontribusi dan kamu Yanuar apa belum berminat untuk turun menggantikan Papa nantinya?" Sugandi menatap Yanuar yang saat ini masih bekerja sebagai Konsultan Perusahaan Asing.

"Pa kalau hanya membantu bisa saja, tapi kalau langsung turun terjun ful atau total memerlukan waktu. Saya kan sudah kontrak persepuluh tahun dengan perusahaan tempat saya bekerja. Tiga tahun lagi baru berakhir," urai Yanuar.

"Ya Papa mengerti tiga tahun ke depan umur Papa sudah enam puluh lima tahun, sudah waktunya beristirahat, jadi kalau bisa kamu tidak lagi memperpanjang kontrak kerjamu, pimpinlah Perusahaan keluarga ini,'

"Ya harus dipertimbangkan dan memerlukan pemikiran,. Pa," ujar Yanuar.

"Ya ada waktu tiga tahun untukmu berpikir dan memikirkan tawaran Papa ini," ujar Sugandi.

"Lalu bagaimana dengan calon suami Dila, Pa?" Yanuar seperti ingin tahu rencana papa mertuanya terhadap calon suami adik iparnya.

"Adi masih calon menantu," 

"Tapi kan nanti akan jadi menantu Papa dan Mama, menjadi bagian dari keluarga ini,"

"Adi masih pendatang baru di keluarga ini jika ia menikah dengan Dila. Jadi terlalu buru buru jika kita bicarakan saat ini,"

"Tapi paling tidak harus diajak kompromi juga, Pa," ujar Yanuar, "Nantilah saya akan mengajak bicara dia dari hati ke hati setelah pernikahan," lanjutnya tentang calon suami adik iparnya yang belum pernah dikenalnya secara langsung itu.

"Bagaimana Dila kira- kira Adi itu bisa diajak untuk bantu di perusahaan kita, ya?" Sugandi menatap Dila, dan semua mata tertuju pada gadis dua puluh tiga tahun, yang hanya tinggal hitungan hari akan menjadi pengantin.

"Saya belum pernah membahas soal itu, Pa, sepertinya Adi sangat senang dengan profesi nya sebagai pelaut," jawab Dila jujur. Setiap bertemu Adi memang tak pernah membicarakan tentang perusahaan ayahnya.

"Terlalu cepat jika masih pacaran membicarakan soal perusahaan keluarga, Pa," sela Nila.

"Ya, nanti kalau sudah jadi menantu baru kita ajak bicara," sambung Nyonya Sugandi.

"ya Maklumlah Papa sudah sering sakit sakitan, jadi maunya mewariskan kegiatan perusahaan pada Kalian anak mantu Papa," ujar Sugandi yang tak mau kedua anak dan menantunya nanti iri soal peninggalannya, makanya ingin dijelaskan sedini mungkin, supaya mereka merasa diberi bagian yang adil.

"Pa," Nila menatap Sugandi papanya."InsyaAllah kami anak-anak Papa, saya dan Dila akan selalu rukun dan tak akan iri soal apa pun yang telah menjadi hak kami dari Papa," lalu menoleh pada Dila.

Dila mengangguk, "Ya, Pa, nggak usah cemas soal itu. Kami sudah berterima kasih dibesarkan dan disekolahkan hingga Sarjana oleh Papa," 

"Ah anak-anak Mama memang manis," ujar Nyonya Sugandi merangkul pundak kedua putrinya dengan penuh kebanggaan.

Dila dan Nila balas memeluk mamanya.

"Alhamdulillah, tapi milik Papa ya memiliki kalian berdua. Selagi Papa hidup suka tidak suka Papa harus membagi perusahaan dengan adil. Makanya setelah Dila menikah, Papa berharap suamimu memikirkan juga perusahaan keluarga istrinya, dan dia harus siap mendampingi istrinya yang memiliki warisan perusahaan,"

Semua paham dengan yang diinginkan Sugandi. Maka mereka berharap Dila bisa membujuk suaminya kelak untuk lebur di perusahaan milik keluarganya 

"Masa tua Papa ingin menciptakan suasana santai bersama Mama kalian yang sejak muda sering Papa tinggal bepergian terus untuk mengurus perusahaan. Keluar kota, ke luar negeri. Ya pokoknya kebersamaan kami itu boleh dikata sedikit. Makanya mumpung masIh sehat Papa ingin mengajak Mama kalian menikmati suasana sejuk di luar kota atau traveling lah, itung -itung pengganti waktu sibuk dulu nggak sempat ngajak Mama kalian keliling menikmati suasana di luar rumah," 

Nyonya Sugandi tersenyum menyambut tatap mata suaminya. Dila memeluk mamanya penuh sayang, begitu juga Nila sangat bersyukur sang papa masih memikirkan untuk membawa mamanya jalan jalan di usia mereka yang tak muda lagi.

Yanuar sangat terharu pada keromantisan papa mertuanya terhadap sang istri. Secara tak langsung sang mertua laki-laki mengajarinya untuk tetap menyayangi pendamping hidup tak terbatas usia.

"Ya sudah begitu saja, dipikirkan apa yang Papa utarakan tadi. Paling tidak menjadi PR buat kalian semuanya, anak dan menantu Papa," 

"Ya, Pa," angguk Dila.

"Ya, Pa," angguk Nila.

"Ya, Pak," rupanya Yanuar pun memikirkan keinginan papa mertuanya.

Sugandi berdiri diikuti istrinya yang juga segera berdiri. Lalu mereka berjalan bersama meninggalkan anak dan menantunya.

"Dila kapan mau ngepas baju pengantinmu?"

"Sebentar lagi kita berangkat, Kak," ujar Dila yang memang sudah janjian dengan Nila. Berdua kakaknya ia akan berkunjung ke butik langganan keluarganya yang telah membuatkan dua gaun untuk dipakai resepsi serta satu setel kebaya untuk dikenakan saat Ijab Kabul.

"Lalu kapan Adi cuti?"

"Seminggu sebelum acara pernikahan, tapi pakaian untuk Adi selesai,"

"Oke kalau begitu,"

"Ya sudah aku mau menidurkan Jeri dulu, ya,"

"Ya, Kak,"

Nila berdiri dan mendekat pada Jeri yang masih asyik main mobil mobilan.

"Sayang kita bobok dulu ya supaya nanti nggak ngantuk, ya,"

"Kalau nggak bobok nanti ngantuk nggak bisa main mobil-mobilan lagi ya, Ma?" Seru bocah penurut itu menatap ibunya.

"Ya, yuk supaya mata nggak bengkak," bujuk Nila.

"Yuk Ma," lalu Jeri menoleh pada papanya, "Pa bobok dulu supaya mata Papa nggak bengkak,"

"Ya sayang Jeri dulu, ya," ujar lelaki yang kedatangannya ke rumah mertuanya khusus hari libur ini, untuk memenuhi undangan Sugandi.

                                   *

Suryani sedang mengelap perabotan dapur yang baru saja dicuci saat Yanti mendekat.

"Bik Yani,"

"Ada apa, Yan?" Selesai sudah semua perabotan dikembalikan ke ke tempatnya.

"Bik Yani ada pesan dari Non Dila, katanya besok disuruh menyiapkan kelor dan bumbunya, karena Non Dila mau kursus kilat membuat bobor kelor,"

Suryani menatap Yanti.

"Serius kamu, Yan?"

"Sungguh, kan Non Dila nggak lama lagi jadi istri Tuan muda Adi yang sukanya sayur daun kelor,"

Suryani tercenung ingat Adi kecil dulu yang sangat menyukai sayur kelor buatannya.

"Sebagai istri yang baik mungkin ingin bisa sekali sekali masak sayur kelor untuk suaminya,"

Suryani mengangguk angguk anggukkan kepalanya.

"Jadi pesan sudah saya sampaikan harap Bik Yani besok sore sepulang Non dari kantor sudah menyiapkan semuanya,"

"Ya," angguk Suryani merasa terharu juga di jaman modern begini anak.muda dan sukses seperti calon suami non majikannya masih hobby makan sayur kelor.

"Kenapa, Bik Yani,"

"Sayur kelor kan banyak anak muda yang nggak favorit, tapi calon suami Non Dila mala doyan,"

"Aneh ya, Bik Yani?"

"Bisa juga dibilang begitu itu kan sayur jadul dan tidak populer, tapi ya sudah kelor juga bagus," ujar Bik Yani, Adi apa kamu sekarang masih ingat sayur kesukaanmu dulu Nak?

Besambung

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!