NovelToon NovelToon
Wanita Milik Bos Mafia

Wanita Milik Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Mafia / Nikah Kontrak / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:672
Nilai: 5
Nama Author: Muhamad Julianto

Rika, mahasiswi sederhana, terpaksa menikahi Rayga, pewaris mafia, untuk menyelamatkan keluarganya dari utang dan biaya operasi kakeknya. Pernikahan kontrak mereka memiliki syarat: jika Rika bisa bertahan 30 hari tanpa jatuh cinta, kontrak akan batal dan keluarganya bebas. Rayga yang dingin dan misterius memberlakukan aturan ketat, tetapi kedekatan mereka memicu kejadian tak terduga. Perlahan, Rika mempertanyakan apakah cinta bisa dihindari—atau justru berkembang diam-diam di antara batas aturan mereka. Konflik batin dan ketegangan romantis pun tak terelakkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Julianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Pov Rayga

Aku terkejut bukan main saat dia memilih film yang akan dia tonton bersama ku.

Dia memilih film anak-anak... Astaga.

Aku langsung tidak bersemangat karena itu, apalagi ini film anak-anak khas wanita. Jika film kartun kesukaan saat aku masih kecil mungkin fine saja tapi ini.... Huhhh

Bukan karena aku benci, tapi karena itu menghancurkan rencanaku yang sudah mulai disusun beberapa menit lalu. Tapi aku tahan. Aku biarkan dia memilih, aku izinkan dia menonton sesuka nya.

Aku duduk diam di sampingnya, menatap layar, meski pikiran dan tatapanku melayang ke tempat lain. Sedangkan dirinya masih sempat tertawa dan seperti nya cukup menikmati film itu, aku hanya bingung apa yang ia tertawakan dari film itu?!, paling hanya adegan konyol yang dibuat oleh boneka wanita yang bisa bergerak itu.

'Tapi kalo karakter tersebut berpakaian cukup terbuka mungkin aku bisa menikmati nya...' aku segera menggelengkan kepala karena pikiran yang cukup aneh pada isi kepala ku.

Lalu aku menyadari dia mulai mengantuk, terbukti matanya mengedip pelan. Kepala mungilnya terayun pelan sebelum akhirnya bersandar… di bahuku. Aku hanya diam. Aku bahkan menahan napas.

Tubuh hangatnya. Apalagi aroma tubuhnya. Sentuhan kulitnya di lengan bajuku.

Sial, ini adalah siksaan manis.

Tapi dia sudah tertidur. Wajahnya damai. Lengan kecilnya menggelayut ringan, dan dia mendesah pelan, seperti anak kucing yang nyaman dalam pelukan.

Aku mengalihkan pandangan. Kali ini bukan karena risih… tapi karena kalau aku menatapnya terlalu lama, aku akan benar-benar kehilangan kendali.

Aku melihat Mr. Big yang berada di dalam celana ku mulai memberontak.

'Ck tidak bisa sabar kau' gumam ku sambil melirik ke arah Mr. Big, berusaha menetralisir hasratku.

"Rika…" gumamku pelan. "Apa yang sudah kau lakukan padaku, hah?"

Aku tidak tahu siapa yang mengubah siapa. Tapi satu hal pasti: wanita ini perlahan menarik ku ke arah yang tidak seharusnya ku tuju. Ke arah yang melibatkan hati.

Dan aku—Rayga—tidak pernah berniat membawa hati dalam permainan yang telah dibuat oleh ayahku ini.

Aku harus semakin mantap mempertahankan statement ku agar aku tidak jatuh cinta padanya.

Seperti nya menganggap dirinya hanya pemuas nafsu ku , bisa membuat ku tidak mudha jatuh dalam permainan itu.

'Ya! Anggap saja dia hanya pemuas nafsuku selama beberapa hari kedepan. Ya itu , alasan kuat kenapa aku seperti ini setiap kali didekat nya atau tiba-tiba memikirkan nya.'

Aku segera merangkul pundak perempuan yang disampingku, lalu tangan ku aku selipkan di antara pahanya agar mudah saat aku angkat.

'Sial... Paha nya halus sekali' pikir ku yang mulai kacau.

Aku segera berdiri membawa perempuan ini keluar dari ruang bioskop yang layar nya masih menyalakan film.

Aroma tubuhnya makin memikat diriku, dan aku sedikit kurang nyaman saat berjalan karena Mr. Big sedang berusaha mengembang didalam celana ku yang menahan paksa.

Aku mempercepat jalan ku menuju ke atas , ke kamar perempuan ini. Aku membuka pintu yang memang sudah terbuka sedikit lalu aku tutup pintu nya menggunakan kaki ku.

Aku meletakkan nya di atas kasur, dan disitulah hasrat ku tak terbendung. Aku membuka jas dan dasiku dari tubuhku bagian atas dan berbaring disamping perempuan ini.

"Kau membuatku candu " ucap ku lirih sambil menghirup aroma tubuh nya didekat leher. Tidak hanya itu aku mencium tubuh serta mulutnya yang menggugah hasrat ku itu.

Sedangkan ia hanya bergerak gerak dalam tidurnya. Aku hanya tersenyum tipis. Lalu ku arahkan tangan bersih nan putih itu ke arah selangkanganku yang sudah ku buka resleting nya agar Mr. Big ku sedikit bebas walau aku tidak menurunkan celanaku .

Karena ku pikir, malam ini aku tidak akan melakukan hal lebih. Tangan mungil nya ku letakkan untuk menyentuh Mr. Bug ku , aku sedikit mendesah akan hal itu.

Lalu ku lanjutkan dengan memeluk nya , dan tertidur di samping nya.

*******

Keesokan harinya..

Pov Rika

Aku terbangun dengan kepala yang sedikit berat dan tubuh yang terasa hangat. Awalnya aku berpikir aku bermimpi bersandar di sesuatu yang empuk dan nyaman. Tapi saat mataku terbuka perlahan, aku mendapati diriku... di kamar. Kamar ku.

Dan yang membuatku terkejut bukan main adalah pria di sampingku. Rayga.

"AAAAAAAA!!"

Aku spontan berteriak kencang melihat dia berbaring di sebelahku hanya dengan dada telanjang. Jantungku hampir copot!

Teriakanku langsung membuatnya mengerang kesal dan membuka mata setengah sadar. "Berisik sekali mulut kau !!"

Dia mendekat dan langsung merangkul tubuhku, menahan lenganku agar tak bisa menjauh.

"Jangan teriak lagi, atau... aku cium kau."

Deg.

Ancaman itu membuatku langsung membeku di tempat. Aku tidak tahu kenapa, tapi ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuatku tak berani melawan. Mungkin karena... dia bisa saja benar-benar melakukannya.

Aku buru-buru membenarkan pakaian tidurku yang ternyata cukup berantakan. Dress tidurku sedikit tersingkap dan tali bahu sebelah hampir lepas. Aku memelototi pria di sampingku itu tapi dia malah berguling ke sisi lain dan menarik selimut.

"Aku masih ngantuk..."

Padahal ini udah pagi.

Tepat saat itu, suara ketukan pelan terdengar di pintu dan suara Bibi Ranti menyusul, "Nona dan Mmm Tuan muda, Pak Ryandra sedang menunggu untuk sarapan pagi dan Pak Ryandra ingin berbicara pada Tuan muda dan juga Non"

Rayga hanya menjawab dengan gumaman, "Iya, nanti turun."

Aku yang duduk di pinggir ranjang hanya bisa mengangguk pelan. Tentu saja aku mendengar semuanya. Pasti tentang acara Pernikahan... sore ini. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungku.

Beberapa menit kemudian, kami akhirnya turun ke ruang makan. Kami berjalan beriringan tapi dalam diam, tak satu kata pun keluar dari mulut kami.

Tapi aku sadar, dari sudut ruang makan, Pak Ryandra memperhatikan kami dan... tersenyum.

"Akhirnya kalian berdua sudah cukup akrab." Ucap Pak Ryandra dengan nada senang. "Silahkan makan makanan kalian".

Aku mendengar itu hanya tersenyum tipis, sedangkan Rayga? Ia hanya duduk dan mengambil roti tanpa sepatah kata pun. Seolah ia tidak peduli dengan pernikahan yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi.

"Mmm... itu, apa semuanya sudah dipersiapkan? Ini terasa sangat mendadak," tanyaku pelan, mencoba menjaga nada suaraku tetap sopan.

Pak Ryandra meletakkan gelasnya perlahan, lalu menjawab, "Tenang saja, Rika. Untuk urusan gaun dan dekorasi, ayah yang urus. Semua sudah tertangani sejak kemarin."

Ia lalu menoleh ke arah Rayga. "Tapi untuk penghulu dan dokumen nikah, ayah serahkan langsung ke Rayga. Dia yang atur semuanya."

Mendengar itu, aku secara refleks melirik Rayga. Kenapa bukan ayahnya yang mengurus semua, seperti biasanya?

Tapi Rayga hanya diam. Wajahnya datar, tanpa ekspresi. Tidak membenarkan, tidak menyangkal. Hanya... diam.

Ada sesuatu yang terasa janggal, tapi aku tak bisa menjelaskannya.

Pak Ryandra melanjutkan dengan nada lebih dalam, "Dan Rayga..." ucapnya sembari menatap tajam anaknya. "Ayah tidak ingin ada kekacauan. Jangan ulangi lagi kejadian seperti dulu. Jika kau berani bermain-main lagi, kau tahu apa yang akan ayah lakukan."

Rayga hanya membalas dengan anggukan kecil, tanpa sepatah kata pun.

Aku hanya diam, kembali menunduk.

Biarkan saja ini mengalir.

Yang kupikirkan hanya satu: selesaikan kontrak ini… jalani satu bulan… lalu aku bebas. Dengan utang lunas… dan hati yang, semoga, tetap utuh.

*******

Setelah makan pagi yang menjelang siang, Pak Ryandra memanggil kami berdua—aku dan Rayga—untuk berdiri sejenak. Ia tersenyum ramah, tapi tetap tegas seperti biasanya.

"Ayah ingin kalian berdua memilih gaun dan setelan pengantin sekarang. Pernikahan akan dilaksanakan sore nanti. Tenang saja, semuanya sudah disiapkan. Kalian hanya tinggal memilih sesuai selera. Orang kepercayaan Ayah akan membantu," ucapnya sambil menatap kami bergantian.

Aku menunduk sedikit sebagai bentuk hormat. "Baiklah ayah," jawabku pelan.

Rayga di sampingku hanya menghela napas panjang. Aku bisa mendengar jelas helaan napasnya yang berat, seolah menahan omelan yang ingin dikeluarkannya. Tapi seperti biasa, ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan ayahnya.

"Ayah, aku sudah bilang aku ada urusan bisnis yang harus ku selesaikan," katanya akhirnya, suaranya datar namun jelas menunjukkan bahwa ia sedang tidak dalam mood yang bagus.

"Dan Ayah sudah bilang, ini lebih penting," balas Pak Ryandra dengan suara yang tak bisa dibantah. "Tugasmu sebagai anak adalah memastikan pernikahan ini tidak gagal seperti sebelumnya. Ayah tidak akan menerima alasan apapun."

Pak Ryandra dan Rayga hampir mirip dalam mengungkapkan statement mereka masing-masing, sama-sama susah dibantah dan sangat mempertahankan statement.

Rayga menundukkan kepala sedikit dan kembali ke setelan wajah datar nya, tidak membalas. Tapi aku tahu dari gelagatnya—ia sedang mengalah. Seperti aku, dia juga sedang menjalani sesuatu yang tidak ia inginkan sepenuhnya.

Kami pun pergi menggunakan mobil dimana aku dan Rayga duduk berdampingan di kursi penumpang sedangkan Pak Ryandra duduk di samping kemudi.

Di perjalanan, aku mulai melihat sebuah mall yang cukup besar dan megah, seperti mall yang berada di pusat-pusat kota. Suasana mall membuat ku cukup terpukau, maklum sudah lama sekali aku tidka ke mall.

Terakhir kali yang ku ingat , aku pernah ke mall saat aku masih kecil entah umur berapa dan setelah nya pengalaman itu terkubur.

Kami kemudian masuk ke dalam, pak Ryandra mengarahkan ku sebuah butik yang memiliki kerja sama dengan perusahaan D'Fashion milik Pak Ryandra dan dikelola oleh Rayga walau tidak sesering mungkin.

Pak Ryandra kemudian masuk lebih dulu sedangkan kami menunggu di area lobby bersama Rayga disampingku.

Aku melirik nya yang berdiri tegak , memasukkan tangannya ke saku celana sambil terkdang melirik area sekitar.

Namun secara tiba-tiba Rayga melirik juga ke arah ku dan aku langsung memalingkan wajahku ke arah lain.

Tak lama kemudian, suara wanita menyapa kami, dan kami dibawa oleh seorang wanita paruh baya bernama Bu Rosida—kata Pak Ryandra, ia adalah orang kepercayaan yang sudah bertahun-tahun membantu urusan keluarga. Ia memperlihatkan beberapa koleksi gaun dan jas yang sudah digantung rapi di ruangan khusus.

Rayga memilih jas hitam dengan detail simpel, tapi tetap terlihat mahal dan mewah. Sementara aku sempat bingung memilih, hingga mataku tertuju pada satu gaun putih sederhana yang tidak terlalu mencolok, tapi lembut di mata. Gaun itu tidak memperlihatkan banyak kulit, tapi tetap menonjolkan siluet tubuh dengan anggun.

"Yang ini saja, Bu," ucapku sambil menyentuh kainnya.

"Pilihan yang bagus, Nona Rika. Gaun ini memang cocok untuk Anda," balas Bu Rosida dengan senyum ramah.

Rayga hanya menatapku sebentar, lalu kembali memalingkan wajah. Sepertinya dia tidak terlalu peduli.

*******

Sore pun tiba.

Taman belakang mansion sudah dihias dengan dekorasi elegan. Warna putih dan emas mendominasi seluruh area, lengkap dengan kelopak bunga yang berserakan di tengah jalan setapak menuju altar. Tidak banyak tamu, hanya keluarga dekat dan orang penting. Aku berdiri di balik pintu kaca besar, menunggu aba-aba untuk melangkah.

Dari kejauhan, kulihat Rayga sudah berdiri di depan altar. Ia memakai jas yang tadi dipilihnya. Rambutnya ditata rapi dan wajahnya tetap datar… tapi tidak se—datar saat dulu dia masih bersikap dingin padaku. Ada sedikit… ketenangan, entah itu karena pasrah atau karena dia sudah mulai menerima kenyataan.

Ketika musik mulai mengalun pelan, aku menarik napas panjang dan mulai melangkah maju.

Langkah demi langkah, kakiku menyentuh kelopak bunga yang berserakan. Hatiku berdegup pelan… bukan karena gugup, tapi karena aku sadar… setelah ini, aku resmi menjadi istri Rayga—meski hanya dalam kontrak.

Sesampainya di depan altar, kami saling menatap. Aku memberinya senyum tipis, sekadar menyapa, dan ia hanya menatapku dalam diam.

Kami berdiri berdampingan, mengucap janji di hadapan saksi, dan menerima restu dari semua yang hadir.

Dan akhirnya, aku menjadi... Nyonya Rayga D'Amato Untuk 30 hari ke depan, meski sempat delay beberapa hari.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!