Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 Cemburu Apa Marah.
"Apa-apaan kamu hah!" Vanya begitu sangat kesal langsung melepaskan tangannya dari Kastara.
"Vanya kita berada di rumah sakit dan ikuti saja apa yang mereka katakan!" tegas Kastara
"Bukan hanya percaya kepada Dokter yang sering berada di rumah kita dan ternyata kamu juga percaya kepada orang-orang yang ada di rumah sakit ini!" tegas Vanya.
"Aku tidak ingin ribut denganmu, jika Tavisha melakukan kesalahan dari jaminan yang dia telah ucapkan sendiri maka aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, tetapi sangat tidak adil jika kita tidak mengikuti instruksi darinya. Jadi sebaiknya kita turuti saja apa yang dia katakan dan jika setelah kita menuruti semua yang dia katakan dan hasilnya tidak ada, baru bertindak!" tegas Kastara.
Tetap saja terlihat protes dari wajah Vanya dengan menghela nafas yang terlihat semakin emosi.
Setelah menunggu kurang lebih 5 menit yang akhirnya Dokter susan keluar dari ruang perawatan.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Damian.
"Alhamdulillah kondisi pasien mengalami banyak peningkatan dan pasien juga akhirnya sudah siuman kembali," jawab Dokter Susan yang mengejutkan Vanya dan Kastara dengan mata keduanya melotot yang akhirnya setelah menunggu sekian purnama teman mereka sadar juga.
"Apah!!!!" Kastara justru schok.
"Silahkan jika Nona dan tuan ingin melihat pasien. Pasien sudah sadar, tetapi harus menjaga batasan untuk melihat kondisi pasien karena masih harus melewati beberapa tahap pemulihan untuk kondisi yang terbaik," ucap Dokter Susan memberi saran.
"Baiklah," sahut Kastara.
"Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Dokter Susan dengan menundukkan kepala yang akhirnya pergi.
Vanya dan Kastara yang tidak ingin membuang-buang waktu langsung dengan cepat memasuki ruang perawatan itu dan benar apa adanya jika Damian yang akhirnya sadar.
Mereka yang langsung mendekati ranjang masih sangat tidak percaya melihat mata itu terbuka dengan kondisi tubuh yang pasti masih sangat lemah dan apalagi baru selesai melakukan operasi.
"Damian....." lirih Kastara tidak bisa mengungkapkan bagaimana perasaan sedih bercampur dengan rasa bahagia.
"Damian kamu baik-baik saja?" tanya Vanya yang juga tidak kalah bahagia atas kesadaran temannya.
"Aku ada di mana?" tanyanya dengan kebingungan, tetapi suara itu terdengar jelas,"
"Kamu ada di rumah sakit, kamu baru saja selesai melakukan operasi dan sebelumnya kamu sudah tidak sadarkan diri hampir 1 bulan," jawab Kastara.
Damian memejamkan mata yang mencoba untuk mengingat apa yang terjadi yang jelas terjadi perkelahian hebat sehingga dia mengalami luka yang cukup parah tembakan di bagian dada dan juga benturan di kepalanya.
"Damian jangan memikirkan apapun, kamu lupakan apa yang terjadi dan tenanglah," Kastara bisa melihat reaksi temannya itu yang mencoba mengingat apa yang terjadi dan dia tidak ingin terjadi hal buruk pada temannya.
"Kastara sebaiknya sekarang kita langsung bawa Damian keluar dari rumah sakit ini," sahut Vanya yang buru-buru memberi saran.
"Kamu jangan mengada-ngada, mengatakan hal yang tidak masuk akal. Kamu tahu bagaimana Damian baru saja sembuh yang artinya dia masih membutuhkan pemulihan seperti apa yang dikatakan Dokter tadi," jawab Kastara.
"Kamu jangan mengikuti semua kata-kata orang yang ada di rumah sakit ini yang justru membahayakan untuk kita. Damian sudah sadar dan artinya sekarang tinggal kita yang mengurusnya!" tegas Vanya.
"Vanya cukup! Aku tidak ingin berdebat denganmu. Jangan sampai kita melakukan kesalahan fatal untuk yang kedua kalinya!" tegas Kastara.
"Kenapa kalian berdua jadi bertengkar, suara kalian terlalu keras membuat telingaku berdengung," protes Damian.
"Maaf, jika kami harus berdebat di depanmu. Kamu fokuslah beristirahat dan abaikan kami," sahut Kastara.
Vanya sejak tadi sangat kesal dengan Kastara yang mana satu permintaannya tidak ada disetujui.
Jika Damian yang sudah sadarkan diri dan untung saja Kastara tidak melakukan kesalahan yang membawa Damian yang begitu saja, sama dengan Tavisha yang juga sudah merasa jauh lebih baik.
"Dokter sudah bangun?" tanya Suster Andien yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu
Tavisha menganggukkan kepala, "bagaimana dengan pasien itu? Apa dia sudah sadar?" tanya Tavisha yang mungkin di dalam tidurnya sejak tadi hanya memikirkan tentang pasien yang telah dia jaminkan dengan nyawanya.
"Alhamdulillah Dokter, akhirnya pasien asing itu sudah sadarkan diri semenjak 1 jam yang lalu dan Dokter Susan juga sudah memeriksa kondisinya yang mengalami banyak peningkatan," jawab Suster Andien.
"Lalu apa dia membawa pasien pulang?" tanya Tavisha.
"Saya mengharapkan hal itu terjadi agar mereka pergi dari rumah sakit ini dan ternyata tidak. Pasien masih dirawat di rumah sakit," jawab Suster Andin.
"Syukurlah jika dia tidak kembali mengambil tindakan yang membawa pasien tiba-tiba pula yang pada akhirnya hanya mengakibatkan kondisinya memburuk," batin Tavisha merasa lega.
"Akhirnya aku bisa menepati janji, ya Allah terima kasih sudah memberi kesempatan kepada pasien untuk kembali sadar, semua ini karena kekuasaanmu,"
"Apa artinya setelah pasien sembuh maka hubungan kami akan berakhir dan aku kembali menjalani kehidupan normal?"
Tavisha sejak tadi bertanya-tanya di dalam hati, merasa sangat lega dengan pasien akhirnya sadar. Tetapi entah kenapa ada sesuatu di hatinya yang membuatnya justru merasa gelisah dan tahun karena berkaitan dengan pernikahannya.
"Asalamualaikum...." Tavisha menoleh ke arah pintu dan begitu juga dengan Suster Andin yang ternyata Bagas memasuki ruangan itu yang membawa buket bunga dan itu tangannya memegang paper bag berwarna coklat.
Suster Andin senyum-senyum melihat kedatangan Bagas yang begitu tampan dan sementara Tavisha heran dengan dahi mengkerut.
"Tavisha apa kamu sudah baik-baik saja?" tanya Bagas.
"Hmmm, aku mendapat kabar dari Suster Andin yang mengatakan kamu drop saat selesai melakukan operasi," ucap Bagas yang mengerti apa yang ada di dalam pikiran Tavisha melihat kebingungan di wajah itu.
Mata Tavisha aku melihat ke arah Suster Andin.
"Saya iseng saja berkata dan tidak percaya jika pak Bagas akan datang menjenguk, kalau begitu saya permisi keluar dulu," ucap Suster Andin yang tidak ingin mengganggu dan langsung pergi.
"Kenapa Suster harus mengatakan hal itu," batin Tavisha menghela nafas.
"Tavisha kamu belum menjawab pertanyaanku?" tanya Bagas.
"Aku hanya butuh istirahat sedikit dan sudah baik-baik saja," jawab Tavisha.
"Alhamdulillah ini aku bawakan bunga untuk kamu," ucap Bagas memberikan buket bunga mawar merah itu.
"Tidak seharusnya repot-repot seperti ini," sahut Tavisha ngambilnya karena merasa tidak enak.
"Aku merasa tidak direpotkan, aku juga membawakan kamu makanan yang pasti sangat bergizi," Bagas mengeluarkan beberapa kotak makanan dari dalam paper bag tersebut.
"Kamu harus makan agar memiliki tenaga dan bisa kembali menjalankan tugas kamu sebagai seorang Dokter," ucap Bagas dengan lembut.
Tavisha tidak merespon yang matanya melihat ke arah keluar dengan pintu yang memang terbuka. Tavisha kaget melihat Kastara berdiri di sana menonton mereka berdua dengan kedua tangannya dilipat di dada dan alisnya yang terangkat.
Kastara tampak begitu santai dengan ekspresi datar. Tavisha yang justru panik dan tiba-tiba saja meletakkan cepat buket bunga yang sejak tadi dia pegang.
Seperti wanita yang ketakutan karena melihat suaminya.
"Ada apa Tavisha?" tanya Bagas yang menyadari bagaimana ekspektasi Tavisha.
"Tidak apa-apa. Kamu sebaiknya keluar saja dari ruangan ini aku mau tidur," ucap Tavisha panik dengan suaranya bergetar yang sengaja menghindari pandangannya dari Kastara yang masih terus saja melihat dirinya.
Bersambung......
...Saya sekali lagi mengucapkan terima kasih banyak. Saya tidak berhenti memberikan karya terbaru untuk kalian semua para pembaca yang setia kepada saya. Jangan lupa untuk mampir ke novel terbaru saya Transmigrasi Ke Tubuh Gadis Malang....
...Saya sekali lagi mengucapkan terima kasih banyak. Saya tidak berhenti memberikan karya terbaru untuk kalian semua para pembaca yang setia kepada saya. Jangan lupa untuk mampir ke novel terbaru saya Transmigrasi Ke Tubuh Gadis Malang....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini