NovelToon NovelToon
Teka-teki Forensik

Teka-teki Forensik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Misteri
Popularitas:795
Nilai: 5
Nama Author: sintasina

Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pagi yang Absurd

Reyna, yang masih tertawa, berbalik menghadap Noah dan Arthur. "Nama kamu siapa, Cuki?" ucapnya, itu adalah sebuah lelucon, suaranya masih dipenuhi tawa.

Noah, yang awalnya tampak kesal, kini ikut tertawa. "Nama saya Asman…" katanya, mengikuti lelucon Reyna.

Kemudian, Noah dan Reyna bersama-sama berkata, "Asman binatang, haha!" Mereka berdua tertawa lepas, mengingat lelucon lucu yang sedang viral di media sosial.

 Di balik wajahnya yang terbenam di meja, Arthur mengepalkan tangannya. Amarah dan rasa frustrasi memenuhi dadanya. Ia ingin sekali membalas ucapan mereka dengan kata-kata tajam dan sarkastik yang bahkan bisa membuat keduanya terdiam. Bayangan kata-kata kejam dan sadis terlintas dalam pikirannya, ucapan-ucapan yang bisa melukai hati mereka. Namun, ia menahan diri. Ia tahu bahwa membalas dengan kekerasan verbal hanya akan memperburuk suasana dan membuatnya terlihat buruk. Ia menghela nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia memejamkan mata, berusaha mengabaikan tawa mereka dan fokus pada upaya untuk tidur. Pergulatan batin antara amarah dan pengendalian diri terjadi dalam dirinya. Keheningan kembali turun setelah tawa Reyna dan Noah mereda, meninggalkan Arthur yang masih berjuang melawan amarahnya.

Tiba-tiba, suara gebrakan keras menggema dari pintu masuk. Reyna, Noah, dan Arthur tersentak kaget. Awalnya, mereka mengira Inspektur Jaxon kembali. Namun, ketika pintu didobrak paksa dan terbuka lebar, yang muncul bukanlah Inspektur Jaxon, melainkan seorang pria bertopeng. Badannya tidak terlalu besar, bahkan terlihat agak kurus. Ia tampak seperti perampok amatir, atau mungkin masih pemula yang baru belajar melakukan aksinya. Ketiganya saling berpandangan, seketika suasana berubah menjadi tegang. Tawa mereka lenyap seketika, diganti oleh rasa waspada. Mereka tidak tahu apa motif pria bertopeng tersebut, dan apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Ketiganya bersiap menghadapi situasi yang tidak terduga ini.

Perampok itu mengangkat pistolnya, suaranya bergetar sedikit, "Cepat keluarkan semua yang kalian punya!"

 

Noah terdiam sesaat. Kemudian, ia melangkah maju selangkah, menarik perhatian perampok tersebut. "Aku akan mengeluarkan semua isi hatiku…" katanya, suaranya terdengar dramatis. "Aku menyukai Reyna… aku mencintai Reyna… Reyna segalanya bagiku… dan Reyna tidak akan tergantikan!!"

 

Reyna berkedip beberapa kali, memandangi Noah dengan ekspresi yang seolah melihat sesuatu yang konyol. Ia memutar matanya, tampaknya tidak terkesan dengan pengakuan tiba-tiba dari Noah.

 

Di sisi lain, Arthur menepuk jidatnya. Ia tampak frustrasi dengan kelakuan Noah. Dengan tenang, ia berjalan mendekati perampok amatir itu, yang masih terfokus pada pengakuan cinta Noah yang tiba-tiba dan agak aneh. Ketika Arthur sudah cukup dekat, ia langsung memukul punggung perampok itu dengan cepat dan tepat. Perampok itu langsung pingsan. Aksi Arthur yang cepat dan tepat membuat Reyna dan Noah tercengang sesaat. Mereka tidak menyangka Arthur akan bertindak secepat itu, yah meskipun mereka tahu Arthur memang tipe orang yang seperti itu. 

Arthur dengan sigap menyeret perampok yang sudah tidak sadarkan diri itu. Ia kemudian mengikatnya dengan tali ke sebuah tiang di depan ruangan, dengan gerakan terampil dan cepat. Setelah memastikan perampok itu terikat dengan aman, ia kembali masuk ke ruangan dan menutup pintu dengan pelan. "Kau sangat konyol, Noah," katanya, suaranya terdengar datar, tanpa emosi. Ia berjalan kembali ke meja dan kembali membenamkan wajahnya di atas meja.

 

Noah terdiam sesaat, seolah-olah sedang mencerna ucapan Arthur. Kemudian, ia berkata, "Apa? Aku hanya melakukan apa yang disuruh perampok itu… Dia menyuruh kita mengeluarkan semuanya, termasuk semua isi hatiku…" Ia tampak serius, seolah-olah tidak menyadari betapa anehnya tindakannya. Ia merasa tidak ada yang salah dengan apa yang telah dilakukannya.

 

Reyna menepuk pelan lengan Noah, menunjukkan rasa kasihan dan sedikit geli. Kemudian, ia berjalan kembali ke sofa dan kembali berbaring. "Kau memang konyol," katanya, suaranya terdengar lembut namun tegas. Suasana kembali tenang, walaupun sedikit absurd karena tingkah Noah yang tidak terduga. Ketiganya, masing-masing dengan pikiran dan perasaannya sendiri, kembali mencoba untuk beristirahat.

Jam hampir pukul empat pagi. Kelelahan akhirnya mengalahkan semua kekonyolan dan ketegangan yang terjadi sebelumnya. Reyna, Arthur, dan Noah akhirnya tertidur pulas di tempat masing-masing. Reyna nyaman terlentang di sofa, Arthur tertidur dengan wajah masih terbenam di meja kerja, dan Noah tertidur pulas di lantai dekat sofa Reyna. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi ketegangan dan sedikit tawa, kini sunyi dan damai, hanya diiringi suara dengkuran pelan dari ketiga orang tersebut. Si perampok amatir masih terikat di luar, menjadi saksi bisu atas ketenangan yang tak terduga di dalam ruangan tersebut. Suasana malam itu menyimpan cerita unik dan tak terlupakan bagi mereka bertiga.

Akhirnya setelah beberapa jam, lebih tepatnya dua jam lebih, sinar matahari pagi perlahan menyusup masuk melalui jendela, menembus celah-celah tirai yang tipis. Cahaya lembut itu menyinari wajah Reyna, perlahan membangunkanya dari tidurnya. Ia berkedip pelan beberapa kali, menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya pagi. Tangannya mengusap lembut matanya yang masih terasa berat. Dengan perlahan, ia bangun dan duduk tegak di sofa, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah tidur semalaman. Awalnya, ia menikmati suasana tenang pagi hari yang menenangkan. Udara segar dan cahaya matahari yang masuk membuat hatinya terasa damai. Namun, ketenangan itu seketika sirna ketika ia mendengar suara-suara seperti perdebatan kecil yang sayup-sayup terdengar.

 

Ia melihat sekeliling, pandangannya masih sedikit buram karena baru bangun tidur. Namun, setelah beberapa saat, penglihatannya mulai membaik. Ia melihat Arthur dan Noah berada di dekat meja kerja Inspektur Jaxon. Keduanya terlihat sedang berdebat, suara mereka pelan namun jelas terdengar di ruangan tersebut. Reyna penasaran dengan apa yang sedang mereka perdebatan, ia pun mencoba untuk mendengar percakapan mereka. 

Di dekat meja kerja Inspektur Jaxon, Arthur memasang wajah kesal dan jengkel. Alisnya bertaut, menunjukkan kekesalannya. Sementara itu, Noah berdiri di hadapannya dengan ekspresi dramatis, sambil memegang ponsel di tangannya, layarnya tampak menampilkan pencarian di google.

 

"Sudah kubilang, badanmu nyeri karena kau tidur di lantai!" kata Arthur, suaranya terdengar kesal. Ia menghela nafas panjang, menunjukkan rasa frustasinya.

 

Noah, dengan keras kepala, menjawab, "Tidak! Aku bertanya pada Google tadi, dan katanya itu bisa jadi penyakit Lupus!"

 

Mendengar jawaban Noah, mata sebelah kanan Arthur berkedut-kedut. "Atau… Skleroderma," lanjutnya, kali ini mata sebelah kirinya yang berkedut. "Atau yang lebih parah… Sepsis!" Arthur mengerang kesal. Ia benar-benar frustasi dengan penjelasan Noah yang kelewat berlebihan. Ia tampak seperti akan meledak kapan saja.

"Bagaimana kalau aku mati? Siapa yang akan menjaga Reyna?" lanjut Noah sambil meletakkan kedua tangannya di dadanya, seolah hatinya hancur.

Arthur, tidak tahan lagi dengan kelakuan Noah, berjalan lebih dekat ke arah Noah. Ia menatap Noah dengan tajam, suaranya terdengar dingin dan menusuk. "Atau… kau terkena gangguan kejiwaan," katanya, nada suaranya sudah dipenuhi muak. Ia berhenti sejenak, menarik nafas dalam-dalam untuk mengontrol emosinya. "Lebih baik kau pergi ke rumah sakit jiwa dan dirawat di sana," ujarnya, suaranya terdengar tegas dan tanpa ampun. Ia sudah benar-benar kehilangan kesabaran menghadapi drama Noah yang berlebihan. 

1
Legato Bluesummers
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Sâu trong em
Cerita yang menghanyutkan.
SugaredLamp 007
Gak bisa berhenti! Pagi siang malam cuma baca ini terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!