Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Paman Luo
Maura masih tercengang, ia duduk di sofa tepat di sebelah Lionel Danny berada. Seluruh tubuhnya bahkan masih gemetar, tetapi tiba-tiba Danny menariknya hingga Maura terjatuh dalam pangkuannya.
Maura menundukkan pandangan. Bukan karena takut tentu saja, tetapi karena ia tak mau berinteraksi dengan tatapan sedekat ini.
Meskipun sebenarnya tak bisa dipungki jika jantungnya nyaris mencelos dari tempatnya.
"Kenapa kamu mencariku?" Dia melirik istrinya, tanpa peduli meski masih ada perempuan lain yang menatap iri ke arah mereka.
"Aku ingin tahu keadaan Yura," sahut Maura cepat.
Pria itu berdecik sinis. Melirik Maura seakan Dia hanyalah pemuas tanpa arti, lalu kembali menoleh ke arah Nita.
"Aku memecatmu. Mulai hari ini jangan muncul lagi di hadapanku! Jika kamu tetap membuat ulah, habis keluargamu!" ancamnya kepada Nita.
Perempuan itu langsung Melirik tajam ke arah Maura meski matanya berkaca-kaca.
"Saya menyesali perbuatan saya, Tuan Danny," ucapnya dengan tetapi seolah sedang memohon pengampunan.
"Seseorang, bawa perempuan ini pergi dari hadapanku!" perintah Danny, tanpa kompromi.
Ya. Ia bukan saja tegas, tetapi ia benar-benar ditakuti banyak orang karena pria ini memang tak memiliki hati nurani.
Ia bahkan melupakan permintaan Maura dan tujuannya datang ke tempat itu.
Sementara itu. Maura masih tercenung di ruang kerja Lionel Danny. Tak lama berselang, pria yang selalu bersikap dingin itu kini berbaik hati dan mau mengantarkan Maura ke rumah sakit.
"Maura, hari ini aku sedang berbaik hati. Tapi ini bukan berarti kamu bisa meminta setiap hari sesuka hati," ujarnya memperingati.
Maura menatap sendu. Ada rasa kecewa yang ia pendam. Mengungkapkan rasa itu kepada Lionel Danny, hanya percuma saja baginya.
Lalu kemudian, mereka masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh sekretaris Danny, Julio.
"Kenapa kau mengikutiku, Julio?" tanya Danny sambil menatapnya dengan kening berkerut.
"Dokter yang merawat perempuan itu yang memintaku datang," bisik Julio.
Mendengar penjelasan sekretarisnya, Danny akhirnya mengangguk setuju. Walaupun sebenarnya ia tak suka diganggu ketika sedang berdua bersama Maura.
Tentu saja Danny masih ingin balas dendamnya dibayar tuntas.
Sepanjang perjalanan, selama hampir dua puluh lima menit mereka duduk di dalam mobil. Tak ada pembicaraan. Dan Danny hanya mengamati bagaimana Maura tetap bersikap dingin padanya.
Tak lamma berselang, akhirnya mereka sampai juga ke rumah sakit tujuan mereka.
Julio melihat ada banyak petugas medis yang mengenakan pakaian serba putih mondar-mandir. Begitupun para pengunjung yang terlihat sibuk berlalu-lalang.
Tanpa sadar, Maura melirik ke arah luar jendela kaca. Ia melihat seseorang yang dikenalnya.
"Kau melihat siapa?" tanya Danny penuh selidik.
Rupanya sejak tadi pria itu terus mengawasi gerak-gerik istrinya. Ia juga sempat melihat ekspresi terkejut wanita itu yang nyaris melompat setelah melihat seseorang melintas di hadapannya.
"Tidak ada," kilah Maura.
Tetapi Maura dengan gerakan tiba-tiba langsung membuka pintu mobil dan melangkah tergesa-gesa. Ia meninggalkan Danny begitu saja.
Danny gusar, ia tak suka diabaikan.
Terdengar keras Danny berseru kesal, lalu ....
PLAKK!
Julio yang berada tak jauh dari mereka langsung mengumpat.
Maura langsung jatuh tersungkur di atas paving setelah Lionel Danny menamparnya.
Julio bergegas ingin membantu, tetapi seseorang mendahului membantu wanita itu berdiri.
Mungkin hanya sekitar sedetik setelah Maura berdiri, perempuan itu langsung berlari mendekati suaminya sambil berseru sengit.
Tanggal Tuan Lionel Danny kembali terayun ke atas, tapi kali ini tertahan oleh telapak tangan seseorang. Dan Maura terbelalak melihatnya.
Sepasang mata beriris cokelat itu mendelik, kaget. Seolah tangannya disentuh oleh binatang kotor yang menjijikkan. Sementara Maura, langsung berlari dan bersembunyi di balik tubuh pria tua itu.
"Beraninya kau," desis Tuan Danny sambil menatapnya tajam.
Di waktu yang sama, Julio pergi entah ke mana seperti ditelan bumi.
Tak lama kemudian, Julio kembali dengan langkah tergesa-gesa menghampiri Danny.
"Tuan, ada hal yang lebih penting menunggu," kata Julio seraya melirik ke arah Maura.
Hanya dari sorot mata Julio saja, Danny bisa menerka. Pasti ada sesuatu hal penting yang ingin diucapkannya.
"Ayo," sahutnya.
Kemudian Danny pergi bersama Julio. Maura sebenarnya penasaran, apa sebenarnya yang mereka sembunyikan. Tetapi, kali ini ia tak mau melepaskan kesempatan yang ada.
"Paman Luo? Kau kah ini?" Mata Maura berkaca-kaca.
Pria paruh baya itu mengangguk dan langsung memeluknya.
"Kau baik-baik saja, Nak?" tanya pria itu.
Maura mengangguk. Meskipun ekspresinya masih merengut.
"Kenapa Paman bisa ada di sini? Rupanya Paman selamat." Maura terharu sekaligus bingung menatap Pamannya.
Luo merupakan adik kandung Antoni. Tak banyak yang tahu sepak terjangnya. Sebab pria ini selalu bekerja dalam bayangan. Nyaris semua yang mengancam Antoni, ia sendiri yang membereskan. Nahasnya ia kecolongan.
"Maafkan Paman, di hari pernikahan kamu, aku tidak sempat datang. Antoni memberikan kabar di malam hari ketika aku sedang bertugas di luar kota. Dan ketika aku pulang, semua sudah habis terbakar," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
"Pantas saja Ayahku tidak selamat," ujar Maura setengah kecewa.
"Maafkan Paman ya, Maura. Jika saja aku tahu mungkin semua tidak seperti ini. Kenapa kau ke sini. Kenapa kamu bersama pria iblis seperti Lionel Danny?" Paman Luo menatap Maura lekat-lekat.
"Apakah Ayah tidak cerita? Jika ia menikahkan aku dengan Lionel Danny?" tanya Maura.
Paman Luo langsung mengumpat kesal. Sorot matanya berubah seram. Ia menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Kenapa Antoni tidak berterus terang?" Paman Luo berbicara lirih sekali.
"Paman, aku ingin menjenguk Yura. Suamiku sangat susah dibujuk. Ini kesempatanku. Ayo kita pergi bersama," ajak Maura seraya menggapai lengan Pamannya.
Kening Paman Luo berkerut. Ia langsung menggeleng cepat.
"Maura, ingat ini. Buat kita seolah tidak saling mengenal di hadapan Danny. Bisa? Paman akan membantumu mengurus semua peninggalan Ayahmu," ungkap Paman Luo.
Maura yang tak paham tentang bisnis ayahnya yang sebenarnya, hanya mengangguk setuju saja.
Akhirnya, Maura pun memilih berjalan sendiri menuju kamar adiknya. Sementara Paman Luo, ia memilih melihat Yura dengan cara sembunyi-sembunyi. Entah apa maksudnya itu.
***
Danny sedang berjalan beriringan dengan Julio di koridor rumah sakit.
"Tuan Danny, Yura sudah bangun dari koma," cetus Julio.
Julio adalah sekretaris Danny yang setia. Informasi yang bersifat pribadi, tidak akan dibagi begitu saja. Dan ... ya, tentu saja Yura benar-benar menjadi ancaman bagi Danny.
"Jangan sampai Maura tahu!" perintahnya seraya menatap lurus ke depan.
"Baik, Tuan." Julio langsung bergegas berbalik meninggalkan Danny yang terburu-buru menuju kamar Yura.
Dia berpapasan dengan Maura di lorong rumah sakit.
"Nyonya Lionel. Tuan Danny sedang ada kepentingan. Beliau meminta Anda menunggu," cegah Julio dengan kepala tertunduk.
Maura melirik berkali-kali wajah pemuda di hadapannya yang kini berubah pucat pasi.
"Kepentingan apa di rumah sakit? Apakah ini tentang adikku, maaf Tuan...."
"Panggil aku Julio, aku sekretaris Tuan Lionel Danny. Sebenarnya tidak ada keterkaitan dengan rumah sakit maupun adik Anda. Kebutuhan klien mendesak, mengharuskan Tuan terpaksa menemui klien di sini."
Maura akan melangkah. Tetapi Julio reflek merentangkan tangan menghadangnya.
Wanita itu mendelik sekilas. Ia akhirnya sempat bertatapan dengan Julio. Wajahnya tak kalah dingin dengan tatapan suaminya. Tegas, tak banyak bicara.
"Harap patuh, Nyonya. Mari kembali ke mobil!" Julio langsung memegang pergelangan Maura. Membawanya pergi setengah diseret.
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...