Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Harus
"Ibu tunggu aku dulu ya, jangan dulu pulang sebelum aku datang. Tolong." Mohon Nabilla.
Pagi ini Nabilla dibuat sibuk oleh Erik, mendadak lelaki itu memaksanya ikut ke kantor. Sedangkan semalam Rosi sudah mengatakan jika mereka akan pulang, Nabilla harus menemui mereka terlebih dahulu sebelum berpisah tapi Erik justru memaksanya ikut dulu ke kantor.
"Billa, sudah selesai?"
"Sebentar."
Nabilla memastikan penampilannya tidak akan membuat malu Erik, Nabila memakai dress warna biru selutut dengan tangan balon sesikut. Rambutnya dibiarkan terurai setengah, sisanya Claire ikat dengan jepitan kecil, mungkin itu cukup untuk dandan dadakan.
"Nabilla." Panggil Ferni.
"Iya."
"Ayo pergi."
"Mami ikut?"
Ferni mengangguk pasti, tentu saja karena Farhan mengajaknya juga, Nabilla menghampiri dengan membawa tas kecilnya. Ferni mengakui perbedaan Nabilla meski dengan polesan make-up tipis di wajahnya, Nabilla memang cantik dari sisi mana pun juga.
"Erik mana?"
"Erik di bawah, mereka sudah menunggu."
"Mami, apa aku sudah rapi. Bagaimana kalau Erik malu bawa aku, sebaiknya aku tidak ikut ya."
"Berhenti berpikir buruk tentang Erik, Erik tidak mungkin malu dengan Istrinya sendiri. Sudah jangan banyak bicara, ayo pergi."
Keduanya menuruni tangga menghampiri Erik dan Farhan dibawah, ketakutan Nabilla sepertinya tak terbukti karena Erik justru mematung menatap kedatangan Nabilla. Raut wajahnya menunjukan kekaguman atas sosok Nabilla, benarkah Nabilla sudah cukup pantas untuk berdampingan dengan Erik.
"Apa Istrimu ini jelek?" Tanya Ferni.
"Bagaimana mungkin, dia secantik ini."
Erik menarik Nabilla agar duduk di sampingnya, Nabilla sempat melirik Ferni yang tersenyum seraya duduk. Erik menggeser gelas Nabilla dan juga roti yang sudah disiapkannya, perlakuan itu membuat Nabilla malu sendiri, bukankah seharusnya Nabilla yang siapkan itu untuk Erik.
"Ayo makan, jangan sampai aku terlambat ke Kantor ya."
Nabilla mengangguk dan mulai melahap rotinya, mereka menikmati sarapannya dengan tenang, ini satu perubahan lagi yang harus Nabilla sesuaikan. Jika dulu sebelum menikah Nabilla bisa makan semaunya meski tidak tepat waktu, maka sekarang tidak bisa lagi, sepertinya keluarga Erik selalu makan bersama setiap kalinya.
*
Anne kembali menghentikan langkah Revan yang akan meninggalkan rumah, sejak kemarin Revan tidak datang ke kantor dan itu cukup membuat Evan marah. Saat ini Anne sedang meminta penjelasan dari Revan, tapi sedikit pun Revan tidak mau berkata pada Anne.
"Berhentilah bersikap seperti ini Revan, ada baiknya kalau kamu mengatakan apa yang kamu mau dari Mama."
Revan berpaling sama sekali tak berniat menjawab Anne, kalimat semacam itu sudah muak Revan dengan selama ini. Revan kembali beranjak tapi Anne masih saja menahannya, sepertinya Anne memang sengaja memancing emosi Revan saat ini.
"Kamu mau kemana?"
"Pergi."
"Ya kemana, Papa kamu menunggu di Kantor."
"Biarkan saja!"
Revan sedikit mendorong Anne untuk bisa sampai keluar, berisik sekali wanita itu selalu mencampuri urusannya. Revan tak suka dengan segala sikap baik yang berusaha Anne tunjukan, dalam pandang Revan sosok Anne hanyalah penghancur hidupnya.
"Revan, aku keterlaluan!"
Langkah Revan kembali terhenti dan berbalik menatap Anne, berani sekali Anne berkata seperti itu padanya. Yang keterlaluan adalah wanita itu sendiri bukan Revan, Revan seperti ini karena kehadirannya yang telah menghancurkan segala kehidupan baik Revan.
"Yang keterlaluan itu Anda Bu Anne yang terhormat, Anda lupa sudah dengan sengaja menghancurkan kehidupan ku!"
"Itu sudah lama terlewati, kenapa kamu tidak bisa terima kenyataan saat ini. Berhenti bersikap kerasa kepala Revan, saya juga punya batas kesabaran!"
"Wah, anda marah sekarang. Kalau memang tidak suka dengan sikap ku silahkan pergi, tidak ada yang menahan mu untuk tetap di sini."
Plak.....
Begitu saja Anne menampar Revan, sudah cukup Anne bersabar selama ini karena Revan selalu menyalahkannya dan membencinya. Anne juga sudah berusaha memperlakukan Revan dengan baik, tapi sampai saat ini Anne belum mendapatkan balasan yang baik juga.
"Kau pikir aku membaik setelah tamparan ini?"
"Cukup!"
"Anda yang cukup, belum cukup menghancurkan keluarga ku, belum cukup setelah berhasil mengurung Mama mu di Rumah Sakit jiwa. Belum cukup Anda menguasai Papa dan semua kekayaannya, belum cukup semua itu?!"
Tangan Anne kembali terayun tapi kali ini tak berhasil menyentuh pipi Revan, Revan lebih dulu menahannya dan membantingnya kasar. Anne adalah wanita tidak tahu malu yang dengan sengaja datang merusak kebahagiaan Revan, Anne sudah membuat mama tercintanya gila dan belum pulih sampai sekarang.
Betapa muak Revan dengan semua ini, jika saja Revan mampu betapa ingin Revan pergi dari mereka semua. Tapi Revan tidak rela jika wanita hina di depannya ini mengambil semua hak atas nama Revan, Revan akan mempertahankan bagiannya setelah Anne berhasil merebut bagian mamanya.
"Sekali lagi Anda menyentuh saya, jangan pikir saya tidak berani membalas Anda!" Tegas Revan yang akhirnya benar-benar pergi.
Anne menjerit prustasi dengan semua tingkah Revan, anak itu sudah sangat menguji kesabarannya. Sampai kapan Revan akan terus menyalahkannya, kenapa hanya Anne yang dibencinya bukankah Evan juga turut bersalah atas keadaan saat ini.
*
Nabilla sudah berdiri bersama dengan Erik dan orang tuanya, mereka berdiri di depan banyaknya karyawan di perusahaan tersebut. Nabilla dibuat tak berkutik oleh tatapan mereka semua, sebenarnya beberapa wajah itu masih Nabilla ingat karena sempat hadir di pesta pernikahannya.
"Baiklah, saya mengumpulkan kalian di sini untuk mengatakan satu pengumuman. Seperti yang kalian ketahui jika anak saya sudah menikah sekarang, sesuai janji saya jika ia sudah menikah maka perusahaaan ini akan jadi miliknya."
Nabilla sempat melirik Erik yang tampak senang dengan keadaan saat ini, mereka juga tampaknya senang dengan kabar yang diterima pagi ini. Farhan begitu lugas menyampaikan kalimatnya itu, perusahaan yang dialihkan ke tangan Erik sudah dimulai sejak hari ini.
Farhan juga sempat memperkenalkan Nabilla pada mereka semua sebagai istri Erik, hal itu cukup membuat Nabilla merasa malu karena merasa menjadi satu-satunya pusat perhatian mereka. Tapi saat bersamaan Erik menggenggam tangannya, Erik pasti mengerti jika Nabilla tidak bisa dalam keadaan seperti ini, Nabilla malu bahkan takut dengan penilaian mereka semua.
"Jadi mulai hari ini, Bos kalian adalah Erik. Hormati beliau seperti kalian menghormati saya, dan satu lagi jangan berani kurang ajar pada Nabilla."
"Aku akan pastikan kalian kehilangan pekerjaan jika berani mengusik Istri ku!"
Nabilla semakin menunduk saja, apa harus Erik mengatakan kalimat seperti itu, rasanya semakin membuat Nabilla malu. Erik mengeratkan genggamannya ketika Nabilla justru berusaha melepaskannya, jelas saja Erik tidak akan melepaskannya begitu saja karena Erik tahu Nabilla sedang tidak baik-baik saja saat ini.