NovelToon NovelToon
Pendekar Kegelapan

Pendekar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.


Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.

Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.


Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!


Tingkatan kultivasi :


Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang

Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang

Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang

Purification Dao 1-7 Tahapan bintang

Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang

Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang

Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang

Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir

Origin Dao Awal - menengah - akhir

Heavenly Dao

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 8

Mang Acheng berdiri diam di tengah kota yang kini menjadi lautan kehancuran. Tubuh Liong Chan yang tak bernyawa tergeletak di kakinya, sedangkan api hitam yang membakar kota perlahan mulai meredup. Namun, dari kejauhan, suara langkah kaki dan teriakan panik mulai terdengar.

Ribuan murid Sekte Tombak Merah berusaha melarikan diri dari Kota Batu. Mereka berhamburan seperti sekumpulan semut yang sarangnya dihancurkan, mencoba mencari jalan keluar dari kehancuran yang telah menimpa sekte mereka.

Acheng memandang mereka dengan dingin. Pikirannya dipenuhi kenangan tentang masa lalu—jeritan keluarganya, wajah ayahnya yang penuh darah, dan suara ibunya yang memohon ampun di malam tragedi itu. Ia mengepalkan tangannya, merasakan amarahnya kembali membara.

“Kalian tidak akan lolos,” gumamnya pelan, suaranya penuh tekad.

Ia mengangkat tangannya, dan dari cincin penyimpanannya, sebuah jimat berwarna hitam gelap melayang keluar. Jimat itu dihiasi dengan rune-rune kuno yang bersinar samar, memancarkan aura kegelapan yang menakutkan. Teknik ini adalah Neraka Kegelapan Malam, formasi isolasi yang ia pelajari dari ingatan Raja Iblis yang inti jiwanya telah ia serap.

Acheng menggerakkan tangannya, membentuk serangkaian segel rumit di udara. Segel-segel itu berpendar dengan cahaya kehitaman, membentuk lingkaran besar yang melingkupi dirinya. Dengan suara yang penuh otoritas, ia berkata, “Formasi Neraka Kegelapan Malam, aktifkan!”

BOOM!

Sebuah kubah energi berwarna hitam legam muncul, menyelimuti seluruh Kota Batu. Kubah itu tampak seperti langit malam tanpa bintang, menyerap cahaya bulan yang bersinar di atasnya. Suara gemuruh menggema di udara saat energi formasi itu mengunci kota, membuat siapa pun yang ada di dalamnya mustahil untuk melarikan diri.

Para murid Sekte Tombak Merah yang mencoba kabur tiba-tiba berhenti. Beberapa menabrak dinding energi yang tak terlihat, tubuh mereka terpental seperti boneka kain. “Tidak! Kita terjebak!” teriak salah satu dari mereka.

Acheng melangkah maju, tatapannya penuh dengan niat membunuh. Setiap langkahnya terdengar jelas di tengah kepanikan yang melanda. Ia mengangkat tangannya, dan api hitam muncul, melingkari tubuhnya seperti ular ganas yang siap menerkam mangsanya.

“Lima belas tahun yang lalu, kalian menghancurkan desaku. Hari ini, aku akan menghancurkan kalian,” katanya dengan suara yang menggema, seperti suara kematian itu sendiri.

DUARR!

Dengan satu gerakan tangan, gelombang besar api hitam melesat ke arah kerumunan murid Sekte Tombak Merah. Jeritan mereka menggema di seluruh kota, terdengar memilukan namun tanpa belas kasihan. Tubuh mereka terbakar dalam api yang tidak hanya menghanguskan daging, tetapi juga jiwa mereka.

“Tidak! Ampuni kami! Tolong!” beberapa dari mereka memohon dengan suara parau, tetapi Acheng tidak terpengaruh.

Ia terus maju, menyapu bersih setiap murid yang ia temui. Pedang, tombak, dan senjata mereka tampak tidak berguna di hadapannya. Dengan satu lambaian tangan, ia menghancurkan ratusan sekaligus. Darah mengalir deras di jalan-jalan kota, mengubah tanah menjadi genangan merah yang mencerminkan cahaya bulan.

Langit malam yang sebelumnya bersih kini terlihat seperti dilumuri darah. Bulan yang menggantung tinggi berubah merah, seolah menandakan pembantaian yang sedang berlangsung.

“Tidak ada pengampunan,” gumam Acheng sambil terus bergerak.

Ribuan tubuh bergelimpangan di bawah kakinya, namun ekspresinya tetap dingin. Tidak ada rasa puas atau lega. Hanya kesunyian yang mengerikan di hatinya.

Setelah beberapa saat, semuanya selesai. Tidak ada satu pun murid Sekte Tombak Merah yang tersisa. Formasi Neraka Kegelapan Malam perlahan menghilang, membiarkan sinar bulan merah kembali menyinari kota yang kini telah menjadi kuburan massal.

Acheng berdiri di tengah lautan mayat, tubuhnya berlumuran darah, tetapi matanya tetap tajam. Ia menatap ke langit malam, merasakan beban dendamnya sedikit berkurang.

“Ini adalah keadilan untuk keluargaku… untuk desaku… untuk semua yang telah kalian hancurkan.”

Angin malam kembali berhembus, membawa bau darah yang menyengat ke seluruh penjuru kota.

...

Pagi mulai menyingsing ketika Mang Acheng melangkah menuju bangunan terbesar di Kota Batu. Itu adalah bangunan inti Sekte Tombak Merah, simbol keserakahan dan kekuasaan yang selama bertahun-tahun menindas penduduk kota. Bangunan itu berdiri megah, dihiasi ornamen emas dan merah darah yang mencerminkan keangkuhan para penghuninya.

Acheng berjalan dengan langkah mantap, tatapannya tajam, tanpa keraguan sedikit pun. Ia tahu bahwa di balik tembok-tembok megah itu terdapat kekayaan yang telah dikumpulkan oleh sekte tersebut—hasil dari perampasan, pemerasan, dan penderitaan banyak orang.

Saat memasuki bangunan itu, aroma dupa mahal dan kayu cendana menyambutnya. Lorong-lorongnya luas dan mewah, dihiasi permadani tebal dan patung-patung berlapis emas. Namun, Acheng tidak peduli dengan kemewahan itu. Baginya, tempat ini hanya mengingatkan pada kebusukan sekte yang telah menghancurkan hidupnya.

Setelah mencari dari satu ruangan ke ruangan lain, ia akhirnya menemukan sebuah pintu besar di ujung lorong utama. Pintu itu dijaga oleh mantra segel kuno yang memancarkan cahaya biru samar. Segel itu jelas dirancang untuk melindungi harta karun berharga dari orang-orang yang tidak diinginkan.

Acheng berdiri di depan pintu itu, menatap segel tersebut dengan ekspresi tenang. “Mantra segel seperti ini tidak akan cukup untuk menghentikanku,” gumamnya pelan.

Dengan satu gerakan tangan, ia mengeluarkan Belati Dewa Bintang dari cincin penyimpanannya. Belati itu bersinar dengan energi kosmik yang pekat. Acheng membentuk segel tangan dengan cepat, lalu mengayunkan belati itu ke arah pintu.

CRACK!

Segel itu langsung pecah, seperti kaca yang dihantam palu. Pintu besar itu bergetar sesaat sebelum terbuka perlahan, memperlihatkan ruangan besar di dalamnya.

Ruangan itu adalah gudang harta Sekte Tombak Merah. Cahaya emas menyilaukan menyambutnya saat ia melangkah masuk. Di tengah ruangan, terdapat segunung koin emas yang berkilauan di bawah cahaya matahari pagi yang menyusup dari celah-celah dinding.

Rak-rak besar berisi gulungan teknik kultivasi dan manual bela diri memenuhi sisi-sisi ruangan. Di sudut lain, terdapat peti-peti yang penuh dengan tumbuhan obat langka dan botol-botol pil yang memancarkan aroma menyegarkan.

Acheng berdiri diam sejenak, matanya menyapu seluruh ruangan. Di tempat ini, hasil dari penderitaan ribuan orang disimpan dengan angkuh oleh sekte ini. Ia mengepalkan tangannya, merasa jijik dengan keserakahan mereka.

Ia melangkah menuju peti-peti yang berisi tumbuhan obat. Setelah memeriksa dengan cepat, ia menyimpan semuanya ke dalam cincin penyimpanannya. Ia tahu bahwa tumbuhan ini akan sangat berguna untuk perjalanannya ke depan. Lalu, ia beralih ke tumpukan koin emas. Dengan satu gerakan tangan, seluruh koin itu juga masuk ke dalam cincinnya.

Namun, ia mengabaikan tombak-tombak dan gulungan teknik milik Sekte Tombak Merah. Baginya, senjata dan teknik mereka tidak ada artinya. Acheng merasa bahwa membiarkan benda-benda itu tertinggal adalah penghinaan terakhir bagi sekte yang telah ia hancurkan.

Setelah selesai, ia melangkah keluar dari bangunan itu. Matahari pagi telah naik, menyinari kota yang kini sunyi. Warga Kota Batu, yang sebelumnya hanya bisa menyaksikan kehancuran dari balik jendela rumah mereka, kini keluar perlahan-lahan.

Mereka berdiri di kejauhan, memandang sosok Acheng dengan campuran rasa takut dan hormat. Bagi mereka, pria ini adalah sosok yang menakutkan—seorang pembantai yang tidak menunjukkan belas kasihan. Namun, mereka juga tahu bahwa pria inilah yang telah membebaskan mereka dari belenggu Sekte Tombak Merah.

Acheng menekan auranya hingga ke titik terendah. Ia tahu bahwa keberadaannya telah menimbulkan ketakutan yang mendalam di hati para warga. Namun, tatapan mereka yang penuh rasa syukur membuatnya sadar bahwa tindakannya tidak sepenuhnya sia-sia.

Seorang pria tua dengan tubuh kurus berdiri di tengah kerumunan, matanya berkaca-kaca. Dengan suara bergetar, ia berkata pelan, “Terima kasih… wahai pendekar… atas keadilanmu.”

Namun, Acheng tidak menanggapi. Ia hanya memandang ke arah mereka sebentar, lalu berbalik dan melangkah pergi.

Saat ia berjalan menjauh, suara bisikan doa dan ucapan terima kasih terdengar dari kerumunan. Warga Kota Batu hanya bisa mendoakan dari kejauhan, berharap pria yang telah menyelamatkan mereka ini menemukan kedamaian dalam hidupnya.

Acheng meninggalkan kota dengan langkah yang mantap. Di hatinya, ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Sekte Tombak Merah hanyalah awal. Tujuan berikutnya adalah Sekte Bintang Darah—musuh yang kekuatannya jauh lebih besar dan lebih berbahaya.

Namun, di balik itu, Acheng merasakan sedikit kedamaian. Setidaknya, ia telah membebaskan satu tempat dari kebusukan dan berhasil membalaskan dendam orang tuanya beserta orang-orang desa Guang.

1
y@y@
⭐👍🏾👍🏿👍🏾⭐
Desri Eka Darma Amd
tolong dong author, jika ingin menamatkan cerita atau membuat judul cerita yang baru ada pemberitahuan terlebih dahulu. agar pembaca mengetahui, terimakasih 🙏🙏🙏
Wulan Sari
critanya sangat menarik semangatbya thor salam sehat selalu 👍💪❤️🙂🙏
Dante-Kun: Makasih banyak 😁😁🙏
total 1 replies
Hadir
G Wu
Belajar lagi Thor ,perempuan pemimpin sekte/clan dipanggil MATRIAK bukan Patriak !
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.
azizan zizan
sepatutnya berkultivasi dahulu dengan apa yang ia rampas naikkan lvl dulu bukannya berkeliaran entah kemana-mana... kebanyakkan novel yang alurnya begini pasti segini lah jalan ceritanya tak pernah ada perubahan... baru dapat kekuatan dikit aja lah rasa macam udah kuat tiada tandingan... cehhh menyampah...
azizan zizan
nah gitu rampas semua harta perang jangan di tinggal dikit pun...
azizan zizan
lah rampasan harta ngak di ambil di tinggal begitu aja.. tolol apa bodoh Nih..
azizan zizan
alurnya jangan terlalu banyak bertele-tele sangat Thor alurnya jadi kurang seru...
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾💥👍🏼💥👍🏾
y@y@
👍🏿🌟⭐🌟👍🏿
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾⭐👍🏿⭐👍🏾
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
udenk
mang aceng ama mang dadang. nanti musuhna mang cecep dan mang dudung....hehehe
AK47 uzi: nnti punya temen nama nya datang,akum sama idoy /Facepalm/ ,lanjut dah thor
Dante-Kun: Nama mc nya emang pake kearifan lokal 🤭🤭
total 2 replies
AK47 uzi
mari mulai membaca...yg jd pertanyaan saya tiap ada cerita baru .....yaitu...apakah cerita ini sampai tamat..atau hiatus seperti cerita lain nya..cuma author doang sama tuhan yg tau...jd saat ini baca aja dulu
Dante-Kun
🔥🔥🔥
NuruL Fuud
jos...
y@y@
💥👍🏿⭐👍🏿💥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!