NovelToon NovelToon
Bayi Kembar Sang Kapten Dirga

Bayi Kembar Sang Kapten Dirga

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:67.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Sepuluh bulan lalu, Anna dijebak suaminya sendiri demi ambisi untuk perempuan lain. Tanpa sadar, ia dilemparkan ke kamar seorang pria asing, Kapten Dirga Lakshmana, komandan muda yang terkenal dingin dan mematikan. Aroma memabukkan yang disebarkan Dimas menggiring takdir gelap, malam itu, Anna yang tak sadarkan diri digagahi oleh pria yang bahkan tak pernah mengetahui siapa dirinya.

Pagi harinya, Dirga pergi tanpa jejak.
Sepuluh bulan kemudian, Anna melahirkan dan kehilangan segalanya.

Dimas dan selingkuhannya membuang dua bayi kembar yang baru lahir itu ke sebuah panti, lalu membohongi Anna bahwa bayinya meninggal. Hancur dan sendirian, Anna berusaha bangkit tanpa tahu bahwa anak-anaknya masih hidup. Dimas menceraikan Anna, lalu menikahi selingkuhan. Anna yang merasa dikhianati pergi meninggalkan Dimas, namun takdir mempertemukannya dengan Kapten Dirga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Beberapa Minggu kemudian

Matahari baru naik, menembus tirai krem ruang makan rumah dinas itu. Aroma roti panggang dan sup ayam hangat memenuhi ruangan. Anna berdiri di dapur kecil, tangannya cekatan menyiapkan sarapan sederhana. Rambutnya ia ikat ke belakang, wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibanding hari-hari awal ketika kebenaran baru terungkap.

Suara langkah sepatu militer terdengar mendekat. Dirga muncul di ambang pintu, masih memakai celana taktis dan kaos hitam yang membentuk tubuh atletisnya. Ia berhenti di sana begitu melihat Anna di dapur, pemandangan yang asing sekaligus terasa benar.

Dirga tidak langsung bicara, dia hanya berdiri, memperhatikan. Gerakan lembut Anna ketika menuang sup ke mangkuk. Cara ia meniup pelan uap panas dari permukaan, memastikan rasanya pas. Senyum kecil yang muncul tanpa ia sadari. Dirga merasakan sesuatu yang menghangatkan dada.

“Kapten…?” Anna menoleh dan terkejut melihat Dirga diam saja sejak tadi.

“Sarapan sudah siap.”

Dirga kembali ke dirinya, seperti orang yang baru saja tersentak dari lamunan panjang.

“Ah … iya.” Ia berdeham pelan. “Terima kasih, Anna.”

Ia duduk di kursi, namun matanya masih mengikuti gerak Anna. Dalam benaknya, satu kalimat bergema jelas,

'Dia … cocok berada di sini. Seperti sudah seharusnya.'

Namun saat ia hendak berkata sesuatu, tangisan kembar itu terdengar dari kamar. Anna buru-buru melepas apron.

“Kapten, makan saja dulu. Saya lihat anak-anak dulu ya.”

Anna bergegas menuju kamar bayi. Dirga menatap punggung wanita itu lama, tak sadar bahwa ia tersenyum kecil. Rumah itu terasa hidup, dan bahkan sangat hangat, tidak sesepi biasanya. Ia menggenggam sendok, menatap mangkuk sup itu, dan menghela napas pelan.

Sejak Anna datang rumah ini bukan lagi hanya bangunan dinas. Rasanya seperti rumah sungguhan. Sambil menyuap sarapannya, kata-kata lain muncul dalam pikirannya, tegas, mantap, tanpa ragu,

'Aku akan melamar Anna. Bukan sekarang, tapi setelah dia tenang … setelah semuanya stabil. Dia harus tahu bahwa tempatnya ada di sini. Bersamaku dan bersama anak-anak kami.'

Di kejauhan, suara Anna menenangkan bayi-bayi mereka terdengar samar.

Setelah sarapan yang berbeda dari biasanya, Dirga kembali ke markas dengan pikiran yang jauh lebih jernih, tapi juga lebih waspada. Setibanya di kantor, suasana terasa sedikit tegang. Beberapa anggota tim berbisik-bisik sambil menatap layar monitor.

Begitu Dirga masuk, semua langsung berdiri memberi hormat.

“Lapor, Kapten,” suara Letda Pram, wajahnya tampak serius. “Ada kelompok yang memicu keributan di Blok Utara.”

Dirga mendekat ke meja monitor. Di layar tampak rekaman CCTV jalanan, sekelompok pria yang wajahnya sengaja ditutupi masker, memprovokasi warga di sekitar pasar malam. Ada adu mulut, lemparan barang, dan beberapa orang yang tampaknya mencari gara-gara.

Alis Dirga mengerut tajam.

“Apa motifnya sudah diketahui?”

Belum ada jawaban pasti hanya dugaan.

“Belum, Kapten. Tapi gerakannya terorganisir. Seperti sengaja ingin memancing kekacauan.”

Dirga mengangguk sekali, tatapannya berubah makin dingin dan fokus, ini bukan keributan biasa.

“Kerahkan tim dua untuk pantau pergerakan mereka dari jarak aman,” perintahnya tegas. “Jangan bertindak dulu sebelum saya instruksikan.”

“Siap, Kapten.”

Dirga berdiri tegak, kedua tangannya bersedekap. Dia menatap layar monitor dengan tatapan analitis. Ada sesuatu yang mengganggunya, timing kejadian ini muncul tepat ketika ia sedang menghadapi masalah internal dengan Dimas.

'Jangan-jangan … ini bukan kebetulan.'

“Pram,” panggil Dirga tanpa mengalihkan pandangan. “Cari daftar kemungkinan kelompok yang punya motif mengacau di wilayah itu. Cocokkan pola ini dengan kejadian beberapa bulan ke belakang.”

“Baik, Kapten.”

Dirga berjalan menuju ruangan kerjanya, namun sebelum ia masuk, ia menatap timnya yang sudah bersiap.

“Semua tetap siaga. Saya tidak mau ada korban.”

“Siap, Kapten!”

Begitu pintu ruangannya tertutup, Dirga menghela napas pelan. Masalah demi masalah mulai muncul. Dan ia tahu seseorang sedang menguji batasnya. Tanpa sadar, pikirannya kembali pada Anna dan kedua bayinya. Tidak boleh lengah, keamanan mereka harus jadi prioritas utama.

Dirga mengangkat telepon dan menghubungi salah satu orang kepercayaannya.

“Pastikan rumah dinas saya tetap dijaga. Gandakan patroli hari ini. Saya tidak mau ada yang mendekati Anna dan anak-anak.”

Ada jeda sejenak.

[Siap, Kapten,] jawab suara di seberang.

Dirga menutup telepon, tatapannya mengeras.

“Kalau ini ulah seseorang yang ingin membalas dendam…”

Ia menggenggam erat file laporan Dimas.

"Dia akan berhadapan langsung dengan saya.”

Belum satu jam Dirga kembali ke ruangannya, suara ketukan cepat terdengar.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk,” suara Dirga tenang namun tegas.

Letda Pram masuk tergesa, napasnya sedikit berat. “Kapten, keributan di Blok Utara makin membesar. Massa mulai meluas dan beberapa pedagang sudah panik. Kami menduga ada provokator tambahan yang datang dari arah Selatan.”

Dirga berdiri dari kursinya. “Ada korban?”

“Beberapa luka ringan, Kapten. Tapi … ada satu laporan kalau provokator membawa senjata tumpul.”

Sekejap tatapan Dirga mengeras.

“Siapkan kendaraan. Saya turun langsung.”

“Siap, Kapten!”

Di dalam mobil taktis, Dirga duduk di kursi depan, tubuh tegapnya tampak tegang namun fokus. Bawahannya yang mengemudi beberapa kali melirik lewat kaca spion, menyadari aura Kapten Dirga yang jauh lebih dingin dari biasanya.

“Kapten,” suara sang sopir ragu. “Apakah ini ada hubungannya dengan masalah Dimas?”

Dirga diam sejenak, kemudian ia berkata pelan namun tegas, “Segala kemungkinan terbuka. Kita tidak bisa mengesampingkan apa pun.”

Mobil melaju lebih cepat. Begitu tiba di Blok Utara, Dirga turun, suasana kacau, teriakan warga, beberapa pemuda membawa kayu, dan para pedagang menutup kios dengan tergesa-gesa.

Anggota tim Dirga sudah mencoba membubarkan massa, namun provokator tampak sengaja memperpanjang keributan.

Dirga melangkah maju, wajahnya penuh wibawa. Ia tak perlu teriak, suara tegasnya sudah cukup untuk membuat orang menoleh.

“Turunkan semuanya,” perintah Dirga keras. “Siapa pun yang masih memicu keributan, saya tangkap langsung.”

Beberapa provokator tersentak melihat sosok berseragam lengkap dengan pangkat tinggi. Namun ada satu orang yang justru menatap Dirga dengan tatapan menantang.

Pria itu memakai masker hitam. Ia berdiri tegap, tidak mundur selangkah pun. Dirga bergerak mendekat.

“Kau, lepaskan kayu itu.”

Pria itu tertawa pelan. “Kapten Dirga, ya? Akhirnya kita bertemu."

Dirga menyipitkan mata.

"Siapa kau?"

Pria itu menurunkan masker sedikit. Wajahnya asing, tetapi senyumnya tidak asing. Senyum penuh provokasi.

"Anggap saja ... seseorang yang ingin melihat hidupmu hancur seperti kau menghancurkan hidup orang lain."

Belum sempat Dirga bereaksi, pria itu melemparkan kayu ke arah salah satu pedagang dan langsung memicu keributan baru. Massa kembali berhamburan.

“Kejar dia!” seru Dirga.

Tim langsung bergerak, tapi pria itu sudah menghilang di antara kerumunan. Dirga mengumpat pelan.

“Ini bukan keributan biasa. Ada yang mengarahkan.”

Ia kembali memantau keadaan, memastikan warga aman, namun hatinya dihantui satu pikiran,

'Apakah semua ini berhubungan dengan Dimas? Atau … seseorang yang lebih besar?'

Setelah situasi berhasil dikendalikan, Dirga kembali ke markas. Wajahnya serius, tidak seperti biasanya. Dari jauh, Pram menghampirinya.

“Kapten … ada laporan tambahan. Pria yang memprovokasi tadi ... dia terlihat beberapa hari lalu … dekat rumah dinas Kapten.”

Dirga langsung berhenti. Aura dingin dan bahaya dari tubuhnya semakin kuat.

“Perketat penjagaan di rumah. Sekarang.”

“Siap, Kapten!”

1
Helen@Ellen@Len'z
semangat thor akan sy tggu kelanjutan ceritanya thor💪💪💪💪💪💪💪🙏🙏🙏🙏
Lisa
Cpt pulih y Ana & Dirga..bahagia y bersama kedua anak kalian..
Naufal Affiq
Semoga dirga dan anna sehat selalu,dan cepat meresmikan pernikahannya
Nar Sih
alhamdulilah ,sdh up lgi ,semoga kak aisyah sehat selalu biar ana dan kapten dirga lancar up nya 🙏🥰🥰
Nar Sih: iya kak gak apa,,yg penting bisa up sampai end,otw cerita terbaru kak
total 2 replies
Puspa Sella
kasihan nasib mu Anna
Desi Nur azizah
seperti nya dimas atau pelakor itu mempunyai dendam sama anna 🤭
sunshine wings
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
😍😍😍😍😍
Lisa
Terimakasih y Kak udh update..moga kondisi di sana makin baik ya..Cepat sembuh y Anna & Kapten Dirga..bahagia selalu y kalian..
Sri Siyamsih
syukurlah k dah bisa up lg. semoga aman" saja y tmptnya n sehat sll 🙏
Helen@Ellen@Len'z
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Naufal Affiq
cepat sembuh kapten dirga dan anna biar kamu cepat menikah
Nar Sih
alhamdulilsh ahir nya yg ditunggu sdh up lgi ,makasih kak aisyah moga keadaan di tmpt tinggal kakak sgra kmbali seperti semula 🙏
Aisyah Alfatih: Aamiin 🤲
total 1 replies
Naufal Affiq
kenapa belum up kak
Aisyah Alfatih: lampunya nggak nyala, sinyal ilang timbul 😭
total 1 replies
Ara putri
hadir kak, mampir yuk😄
Fung Arie
Tolong up lg dulu jangan malah bikin cerita baru lg
Aisyah Alfatih: sabar ya kak, setelah bnjir ini selesai, kondisi aman, dan keadaan membaik, saya akan up seperti biasa, di sini lampu mati, jaringan ilang. 🙏
total 1 replies
Helen@Ellen@Len'z
harap dpt kabar baiik2 ya dr keluarga thor pasti sy tggu kelanjutan ceritanya 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Aisyah Alfatih: beberapa hari yg lalu mulai membaik, tetapi hari ini air mulai naik lagi 😭🙏 mohon doanya semuanya ...
total 3 replies
Nar Sih
udh 4hri kok blm up lgi kak😭
Aisyah Alfatih: masama kakak 🙏
total 3 replies
Yanti Octavia
sungguh luar biasa karyamu Thor, ditunggu selalu up selanjutnya ,, semoga kesehatan selalu menyertai mu thor 💪🥰
Aisyah Alfatih: aamiin 🤲 besok up ya kak... masih belum pulih kondisi banjir di sini...
total 1 replies
Lisa
Puji Tuhan Anna sudah sadar..cepat pulih y Anna..Kapten Dirga jg cpt sembuh..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!