NovelToon NovelToon
Pembalasan Dendam Sangkara

Pembalasan Dendam Sangkara

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: apriana inut

Sangkara, seorang pemuda yang menjadi TKI di sebuah negara. Harus menelan pil pahit ketika pulang kembali ke tanah air. Semua anggota keluarganya telah tiada. Di mulai dari abah, emak dan adek perempuannya, semuanya meninggal dengan sebab yang sampai saat ini belum Sangkara ketahu.

Sakit, sedih, sudah jelas itu yang dirasakan oleh Sangkara. Dia selalu menyalahkan dirinya yang tidak pulang tepat waktu. Malah pergi ke negara lain, hanya untuk mengupgrade diri.

"Kara, jangan salahkan dirimu terus? Hmm, sebenarnya ada yang tahu penyebab kematian keluarga kamu. Cuma, selalu di tutupin dan di bungkam oleh seseroang!"

"Siapa? Kasih tahu aku! Aku akan menuntut balas atas semuanya!" seru Sangkara dengan mata mengkilat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apriana inut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Segelas teh hangat sudah berada di depan Sangkara. Dia langsung menegak teh yang hangatnya pas hingga tersisa setengah.

“Ada yang ingin  bapak tanyakan kepada saya, sebelum saya yang bertanya banyak hal pada bapak?” ujar Sangkara dengan mata terus menatap tajam kearah pak Tomi. Bahkan sedikitpun dia tidak mengalikan tatapannya walau sekedar menatap kearah lain.

Pak Tomi berdehem sejenak. Dia menarik napas, “jika tidak salah tadi, kamu bilang orangtua serta adek kamu meninggal? Bisakah kamu menjelaskan semuanya pada saya?”

“Memang bapak belum tahu atau pura-pura tidak tahu?”

“Saya beneran tidak tahu, Sangkara. Saya hanya tahu jika Adi dan Naya tinggal di sebuah desa. Mereka memiliki dua orang anak. Yang pertama Sangkara Adijaya dan yang kedua Rara Putri Anjani. Dan sejak terakhir Adi datang ke sini, dia tidak pernah lagi mengajak saya bertemu atau memberikan kabar lagi. Makanya saya benar-benar terkejut mendengar jika orangtua dan adek kamu sudah meninggal. Mengapa tidak ada berita atau kabar kematian mereka? Mengapa tidak ada yang mengabari saya? Padahal ada orang saya yang selalu mengawasi mereka?”

Tangan kanan Sangkara terangkat, “ada orang yang mengawasi? Siapa? Apakah orang itu masih mengabari anda atau ikutan menghilang?”

Wajah pak Tomi tampak berpikir, “hmm, sudah lama dia tidak mengabari saya.” Mata pak Tomi tiba-tiba melotot. Dia berdiri dan berjalan cepat meraih ponselnya. Dia seperti memeriksa sesuatu. Tidak puas dengan apa yang dia lakukan, dia pun seperti mencoba menghubungi seseorang.

“Tidak aktif lagi!” ujar pak Tomi menatap Sangkara dengan tatapan penuh arti. Dan tatapan itu di pahami oleh Sangkara. Sangat di pahami, bahkan sekarang dia menggeretakkan giginya.

“Kapan terakhir, pak?”

“Enam tahun yang lalu.”

Kepala Sangkara mengangguk pelan. Dia sudah paham apa yang terjadi dan dia juga tahu jika laki-laki paruh baya yang berada di dekatnya bukan komplotan dari pelaku yang sudah menghabisi keluarga.

“Sekarang, biarkan saya yang mengajukan pertanyaan kepada bapak. Saya harap tidak ada satupun yang bapak tutupi dari saya. Yang pertama siapa sebenarnya abah saya? Kedua siapa sebenarnya emak saya? Dan apa alasan abah serta emak saya mengasingkan diri di desa terpencil dan mengganti identitasnya?”

Pak Tomi tidak langsung menjawab. Dia mengambil beberapa berkas dan menunjukkann kepada Sangkara. “Ini adalah identitas asli kedua orangtua kamu. Kamu bisa lihat sendiri, disana sangat jelas sisilahnya,” ujar pak Tomi. Setelah itu, pak Tomi mulai menceritakan alasannya mengenai kepindahan Adi dan Naya ke desa. Padahal pada saat itu Naya sedang mengandung Sangkara. Mereka terpaksa pindah untuk menyelamatkan calon bayi mereka dari orang-orang serakah.

Semuanya pak Tomi ceritakan sedetail mungkin. Dan setiap pertanyaan yang Sangkara ajukan kembali, bisa dia jawab dengan lancar. Serta dari sorot mata serta ekspresi wajahnya tidak ada kebohongan sama sekali. Apa yang dia ceritakan benar apa adanya.

Apa yang di ceritakan oleh pak Tomi tidak jauh berbeda dengan apa yang di ceritakan oleh dokter Adit. Hanya bedanya, cerita dokter Adi tidak selengkap dan serinci yang di ceritakan oleh pak Tomi. Apalagi pak Tomi di dukung oleh bukti-bukti yang kongkret.

Mendengar itu semua, Sangkara terkekeh pelan. “Hidup saya lucu ya pak? Saya kira, saya hanya anak petani biasa. Ternyata saya anak orang kaya, pewaris perusahaan besar. Hidup saya sangat mirip dengan drama-drama Cina yang sekarang lagi hits,” ujar Sangkara.

“Saya duga, pasti kematian keluarga saya terkait dengan perusahaan ini. Mungkin mereka tidak rela jika keturunan abah mengambil alih. Mereka tidak tahu kan pak, jika abah memiliki dua orang anak?”

“Tidak ada yang tahu. Hanya keluarga Naya mungkin tahu. Sebab hanya mereka yang mengetahui usia kandungan Naya saat dia menghilang.”

Bibir Sangkara tersenyum lebar, “berarti semuanya milik saya kan pak? Apakah saya boleh memilikinya?”

Mata pak Tomi menajam. Dia terkejut dengan perubahan Sangkara. Memang semuanya milik Sangkara, namun setelah dia tahu kalau keluarga Adi meninggal. Dia pikir Sangkara ingin membalas kematian keluarganya. Ternyata dia hanya menginginkan harta bukan keadilan.

“Iya, semua milik kamu. Dan kamu boleh milikinya sekarang,” sahut pak Tomi dengan nada kecewa.

“Ada apa dengan nada bicara anda, pak? Tidak suka jika saya minta hak saya? Bukannya balas dendam yang terbaik adalah membuat mereka bangkrut, sampai tidak memiliki apa-apa. Lalu buat mereka merangkak dan bersujud di depan kaki saya. Ah, membayangkannya saja saya sudah sangat senang. Tidak sabar untuk melakukan itu semua.”

“Sangkara…”

“Kenapa, pak Tomi? Anda kaget? Pak, saya bukan orang yang gila harta. Tanpa harta warisan dari abah, saya juga sudah kaya. Tapi, karena sudah tahu kebenarannya, saya ingin jadi gila. Saya ingin jadi rakus, saya ingin memiliki semuanya.”

Wajah pak Tomi kembali berubah. Dia menjadi tampak senang. Walaupun dia orang hukum, namun dia menyukai perkataan Sangkara mengenai balas dendam tadi. Pelaku yang sudah menghabisi keluarga Adi memang harus di temukan dan di buat seperti. Lagi pula, mereka semua bukan orang baik. Banyak kecurangan yang sudah mereka lakukan.

“Baik, saya akan mengatur semuanya. Dan kemungkinan kamu bisa masuk ke perusahaan satu bulan lagi. Tidak apa-apa kan kamu menunggu?”

“Satu bulan ya pak? Hmm, tidak masalah! Lagian saya masih ada urusan di desa. Saya masih ingin memberi sedikit pelajaran kepada kepala desa serta warga desa yang sudah menutupi kematian keluarga saya untuk hal tidak penting!” timpal Sangkara.

Pemuda itu bangkit dan mengulurkan tangannya kearah pak Tomi, “saya tunggu kabar baiknya, pak. Oh ya, pak. Satu informasi lagi, saya bukan seperti abah. Jika dia bersembunyi untuk menghindari masalah. Tapi saya, akan menunjukkan diri saya untuk mencari masalah. Jadi, bapak harus mengerjakan tugas bapak dengan baik. Mungkin tidak terlihat tapi ada yang mengawasi bapak. Sedikit melenceng, maka bapak akan terima konsekuensinya.”

“Kamu mengancam saya?”

Pak Tomi menunjuk dirinya sendiri, “wah! Anak Adi sangat berbeda! Adi tidak pernah mengancam saya, tapi kamu…” Pak Tomi menggantungkan kalimatnya. Dia menggelengkan kepalanya namun bibirnya tetap tersenyum.

“Sudah saya bilang, pak. Jika saya berbeda dengan abah saya!” ucap Sangkara dengan bibir tersenyum. “Karena hari sudah semakin sore, saya ijin pamit. Selamat bertemu satu bulan lagi, pak Tomi!” pamit Sangkara meninggalkan ruang kuasa hukum abahnya begitu saja.

Dia tidak membawa apa-apa, selain ingatan nama-nama keluarga abahnya dan juga nama perusahaan yang seharusnya menjadi milik abah atau dirinya.

“Satu bulan lagi ya? Cukup lama, mumpung sudah berada di sini dan dekat dengan meraka, aku akan menyapa mereka dulu!” gumam Sangkara seraya menyeringai.

Kakinya menuju luar gedung, memanggil taksi dan meminta supir taksi membawanya ke sebuah perusahaan yang sangat terkenal di kota bahkan Negara itu.

‘Semoga kalian tidak jantungan melihat keturunan Adi Djoko Saputra!’ ujar Sangkara dalam hati.

1
Nurhartiningsih
waduh...jangan2 dokter Adit bagian dari mrk..
Pelita: Hmm, mungkin kali ya kak...? Tunggu aja bab berikutnya...

Hmm... Mungkin kali ya kak? Jawabannya tunggu di bab selanjutnya...😁
total 1 replies
Taufik Ukiseno
Karya yang keren.
Semangat untuk authornya... 💪💪
Taufik Ukiseno
😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!