NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ENAM BELAS : GODAAN SETAN

Mandala tak segera menjawab. Dia hanya terpaku sambil menatap lekat Gita, yang baru menyeka air mata di pipi. Satu sisi hatinya menegur cukup tegas karena telah membuat seorang wanita menangis. Terlebih, dia dan Gita tidak memiliki hubungan apa-apa dan baru saling kenal. 

Setan tertawa mengejek. Itu membuat Mandala merutuki diri. Betapa konyol apa yang telah dilakukannya terhadap Gita. Dia sadar sudah bersikap berlebihan. 

“Apa yang Mas Maman inginkan sebenarnya?” tanya Gita sekali lagi.

“Aku .... Aku tidak bisa berpikir jernih dalam kondisi lapar,” ujar Mandala, diiringi embusan napas berat.

Mendengar itu, Gita langsung berbalik. Diraihnya gagang ember, lalu dibawa masuk. Dia memeriksa etalase, melihat makanan yang masih tersisa di sana. 

“Hanya ada sambal dan mentimun,” ucap Gita, seraya menoleh pada Mandala yang berdiri tak jauh darinya. “Mau kubuatkan nasi goreng?”

Mandala mengangguk setuju. Awalnya, dia hanya memperhatikan Gita yang tengah mengambil nasi dari penghangat. 

“Nasi yang masih hangat biasanya lengket saat digoreng,” ujar Mandala, seraya mengikuti Gita menuju dapur. 

“Kalau begitu, kita tunggu saja sampai dingin,” sahut Gita tanpa menoleh. Dia langsung menyiapkan bumbu. Tangannya begitu cekatan mengupas bawang merah dan bawang putih. 

“Bisa bantu mengocok telur?” Gita menoleh kepada Mandala, yang hanya terpaku sambil memperhatikan. 

“Oh, i-iya. Tentu.” Mandala agak gelagapan. Namun, dia berusaha untuk tidak terlihat bodoh di depan Gita, meski kenyataannya perasaan itu benar-benar jelas. 

Gita menyodorkan dua butir telur beserta mangkuk kecil.

“Yang benar saja. Bagaimana aku bisa mengocok telur dalam mangkuk sekecil ini?” protes Mandala.

“Tuhan juga kerap memberikan sesuatu yang dirasa tidak semestinya kita dapatkan. Itulah kenapa kita diberikan otak untuk berpikir,” sindir Gita sambi mengiris bawang dan cabe rawit merah.

“Baiklah. Tapi, otakku sedang tidak bisa dipakai sekarang. Aku sangat lapar,” balas Mandala enteng. Dipecahkannya telur itu, lalu dikocok menggunakan garpu. 

Tak ada perbincangan berarti di antara mereka. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Kebisuan dan kecanggungan itu berlangsung hingga dua porsi nasi goreng siap dihidangkan. 

“Aku tidak bisa makan tanpa kerupuk,” ucap Gita, setelah duduk berhadapan dengan Mandala di salah satu meja. “Mas Maman mau juga?” tawarnya.

“Boleh,” sahut Mandala singkat.

“Biar sekalian kuambilkan.” Gita beranjak dari duduk, lalu mengambil dua bungkus kerupuk. 

“Ini sangat enak. Rasanya lebih renyah dan gurih dibanding yang biasa kami sediakan,” ucap Gita, seraya duduk sambil menyodorkan kerupuk itu ke hadapan Mandala. 

“Siapa pemilik warung nasi ini sebenarnya?” tanya Mandala tiba-tiba.

Gita yang sudah mulai menyantap makanannya, berhenti mengunyah sejenak, kemudian melanjutkan dan menelan pelan-pelan. “Pak Rais.”

“Tidak mungkin jika dia tak tahu dengan apa yang kalian lakukan setelah warung ini tutup,” ujar Mandala, berusaha menahan diri. 

“Haruskah kuperjelas, Mas?” Pertanyaan Gita bagai isyarat, yang mengarah pada jawaban atas ucapan Mandala tadi.

“Sejak kapan?” Mandala menatap lekat Gita, yang tengah menyantap nasi goreng dengan tenang. 

“Sudah lama,” jawab Gita tanpa menoleh. Gadis itu terdiam, lalu membalas tatapan Mandala. “Aku tahu selalu ada pilihan untuk setiap keputusan dalam hidup. Mungkin karena aku terlalu mengikuti alur dan akhirnya terjebak dalam situasi seperti ini. Ibarat pepatah, ‘telanjur basah, mandi sekalian’.”

“Tidak sesederhana itu, Gita. Jangan bermain-main dengan hidupmu saat ini karena pasti berpengaruh pada kehidupanmu di masa mendatang.”

“Sejak kapan Mas Maman mulai banyak bicara?” celetuk Gita, diiringi tawa pelan.

“Itu tidak lucu.” Mandala memperlihatkan raut tak suka atas ucapan Gita. 

“Hidupmu terlalu kaku, Mas.”

“Setidaknya, aku tak berpura-pura terlihat baik,” balas Mandala dingin.

“Aku senang karena Mas Maman melihatku sebagai wanita baik.”

“Sayangnya, aku keliru.”

“Aku tidak tahu kenapa Mas Maman harus mempermasalahkan semua ini. Aku tidak merasa merugikan atau semacamnya.”

“Aku tidak menyukai wanita murahan. Itu saja.”

Gita hanya bisa menelan ludah dalam-dalam, mendengar kata-kata tajam yang Mandala ucapkan. Dia bisa saja melemparkan piring ke wajah pria itu, demi membalas semua penghinaan yang diterima, meskipun dirinya memang seorang wanita murahan. 

“Kamu tidak mengenalku dengan baik, Mas. Kupikir, Mas Maman juga tak akan tertarik untuk mengetahui seperti apa kehidupan wanita murahan ini jauh sebelum menjadi murahan.” 

Gita menunduk, lalu melanjutkan makan. Dia tak mengatakan apa-apa lagi, sampai piringnya bersih. 

Berbeda dengan Mandala, yang justru hanya terdiam sambil terus memperhatikan Gita. Entah lupa atau apa. Dia membiarkan nasi goreng itu dingin.

“Kenapa tidak dimakan, Mas? Bukankah tadi Mas Maman sangat lapar?” 

Pertanyaan Gita membuat Mandala tersadar. Dilihatnya piring yang masih dipenuhi nasi karena baru diambil beberapa sendok. 

“Tenang saja. Mas Maman tidak akan masuk neraka hanya karena memakan nasi goreng yang dibuat oleh seorang pela•cur,” ujar Gita, seraya berlalu sambil membawa piring kosong ke dapur. 

Mandala mengembuskan napas berat dan dalam. Entah drama macam apa yang akan dihadapinya kali ini. Pria tampan berkulit sawo matang itu menggeleng tak mengerti. 

Beberapa saat kemudian, Gita kembali dari dapur. Dia terpaku sejenak, melihat piring Mandala yang sudah kosong. Gadis itu tersenyum kecil, lalu berjalan menghampiri. 

“Jadi berapa semua?” tanya Mandala sambil berdiri. Dia sudah merogoh saku belakang hendak membayar. 

“Tidak usah, Mas. Anggap saja sebagai hadiah. Tenang saja. Aku tidak akan menyebutnya sebagai sedekah.” Gita tertawa pelan, lalu menggigit bibirnya. Ada kegetiran yang dirasakan begitu dalam, tetapi tak dapat diungkapkan secara gamblang. 

“Aku pernah kelaparan. Hampir dua hari. Kupikir, waktu itu akan langsung mati. Tapi, ternyata tidak seperti yang kulihat di film-film.” Gita kembali tertawa pelan, seolah ada yang lucu dengan kata-katanya. 

“Aku bersyukur dapat bertahan hidup sampai sekarang. Mungkin karena Tuhan sudah menakdirkan kita untuk bertemu. Ya. Pasti telah ada catatannya tentang siapa saja yang akan datang dan pergi dari kisah hidup setiap manusia.”

“Kamu tidak selugu yang kupikirkan.” Hanya itu tanggapan dari Mandala.

“Bisakah aku bertahan dengan keluguan dalam kehidupan seperti ini?” Nada bicara Gita tiba-tiba berubah. 

“Kamu membuatku tidak mengerti, Gita.”

“Jangan memaksakan diri, Mas."

Gita mendekat ke hadapan Mandala, lalu berdiri sambil terus menatap pria itu. Sebenarnya, ada banyak yang ingin dikatakan. Namun, tak tahu harus memulai dari mana. 

Begitu juga dengan Mandala. Padahal, dia ingin menghindar. Akan tetapi, ada sesuatu yang menahannya. Terlebih karena Gita makin mendekat hingga tak ada jarak lagi di antara mereka.

“Kamu pasti jijik padaku, Mas. Namun, apalah dayaku? Aku ingin sekali menciummu.” Tanpa canggung, Gita melakukan apa yang dia katakan. 

1
Titik pujiningdyah
aku curiga si wira ini mucikari jg deh
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Minat jadi anak buahnya ga?
total 1 replies
Dwisya Aurizra
Maman nyaranin Gita untuk tidak dekat" dgn wirwir, eh sekarang wirwir yg berkata gitu...
woy kalian berdua tuh ada apa sebenernya
Gita kan Lom tahu sipat asli kalian berdua
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mentang² Maman berambut panjang
total 3 replies
Najwa Aini
jadi semacam kompetisi terselubung ini ..😆😆
Najwa Aini
uiiyy..tepat..
Najwa Aini
Gita juga belum tau siapa kamu sebenarnya, Wira...
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Kasih paham, Kak
total 1 replies
Rahmawati
penasaran hubungi wira dan mandala, sepertinya mereka memang saling mengenal
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ikuti terus ya, Kak
total 1 replies
Titik pujiningdyah
plng rais dibebasin wira jumbo
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ga pernah nemu nama jajanan gt ah
total 3 replies
Rahmawati
paling cuma sebentar pak rais di tahan
Siti Dede
Aku kok nggak rela kalau Gita sama Mandala
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Realistis ya, Kak🤭
total 3 replies
Lusy Purnaningtyas
maman g punya apa² toh?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Dia punya hasrat, Kak😄
total 1 replies
Dwisya Aurizra
padahal udah antepkeun aja biar Mandala menghabisi Rais kalo metong itu jasadnya kubur aja di bangunan yg balon jadi, itung" tumbal🤭
Rahmawati
lanjuttt
Najwa Aini
Wuihh Mandala ditusuk!!🤭🤭
Najwa Aini
Rais yg dibogem, aku yang senang. Definisi menari di atas luka mungkin ini ya..tapi biarlah..😄😄
Titik pujiningdyah
satu bab doang nih?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Pijitin dulu sini. Nyai pegal-pegal
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yaampun tua bangka gtw diri
Najwa Aini
Cover baru nih
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aku ga akan tersinggung karena itu juga ga konfirmasi dulu gantinya, Kak
total 3 replies
Titik pujiningdyah
jangan2 si wira mau jual gita ke luar nagre🤣
Titik pujiningdyah: tau aja sih
total 2 replies
Titik pujiningdyah
pilih wira aja lah. plng gk kan bisa foya2
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Istri cerdas
total 1 replies
Dwisya Aurizra
keknya Mandala dan Wira ada masalah dimasa lalu yg belum selesai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!