NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:44.9k
Nilai: 5
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tingkatan Beladiri

Tingkatan Ranah Kultivasi Pendekar di alam ini.

- Pendekar Dasar

- Pendekar Pertama

- Pendekar Menengah

- Pendekar Ahli

- Pendekar Raja

- Pendekar Suci

- Pendekar Bumi

- Pendekar Langit

- Pendekar Alam

- Pendekar Dewa

Pendekar Dasar adalah seseorang telah menguasai jurus dasar beladiri. Mereka mengandalkan kekuatan fisik, namun belum mampu menggunakan tenaga dalam.

Pendekar Pertama adalah pendekar dasar yang telah membuka dantiannya. Mereka sudah mampu menggunakan tenaga dalam dalam pertarungan.

Pendekar Menengah adalah pendekar pertama yang telah membentuk setidaknya enam puluh lingkaran tenaga dalam.

Pendekar Ahli adalah pendekar yang telah memperkuat dirinya hingga batas ototnya telah mencapai tingkatan kawat, dan tulang tingkatan baja. Pendekar ahli memiliki minimal seratus dua puluh lingkaran tenaga dalam.

Pendekar Raja adalah pendekar ahli yang telah memperkuat dirinya. Kekuatannya setidaknya menyamai sepuluh pendekar ahli.

Pendekar Suci adalah pendekar raja yang berhasil membuka gerbang meridian pertama. Butuh sumber daya yang cukup besar untuk mencapai ranah kultivasi ini.

Pendekar Bumi adalah pendekar suci yang telah membuka sepuluh titik gerbang meridiannya. Saat berada di ranah ini, seseorang dapat mengolah tenaga dalam jenis lain bernama qi.

Pendekar Langit adalah pendekar bumi yang telah mengumpulkan minimal sepuluh ribu lingkaran qi. Kehadirannya dianggap mampu menggetarkan langit.

Pendekar Alam adalah pendekar langit dengan kemampuan mengguncang dunia. Pada saat  seseorang menembus ranah kultivasi ini, bumi akan bergetar hebat dan terjadi gempa dimana-mana. Seakan-akan sedang menyambut kelahiran pendekar alam.

Pendekar Dewa adalah tingkatan pendekar di atas semua makhluk fana. Hanya dengan tatapan mereka, makhluk hidup tunduk. Alam pun menghamba, awan-awan menutupi mereka dari matahari agar sang dewa tak terusik dan marah.

Sedangkan untuk tingkatan tulang manusia di alam ini sebagai berikut.

Tingkatan Tulang dalam Dunia Beladiri:

Tulang Kayu

Tulang Besi

Tulang Baja

Tulang Perunggu

Tulang Perak

Tulang Emas

Tulang Berlian

Gao Rui di usia tiga belas tahun baru mencapai ranah Pendekar Pertama dengan tulang kualitas besi. Kemampuannya jelas standar untuk murid sebuah sekte. Namun mengingat ia baru berlatih beladiri di usia delapan tahun dengan sumber daya terbatas, maka perkembangannya masih sangat mungkin untuk meningkat.

...******...

Boqin Changing menghela napas panjang, lalu duduk di kursi malas yang ada di halaman. Angin pagi melambai lembut, membawa sisa kabut yang menipis. Tangannya terulur tanpa tergesa, dari telapak muncul cahaya lembut, bukan sinar yang menyilaukan, melainkan seperti embun pagi yang berpendar. Cahaya itu melingkupi udara sebentar, lalu menembus pelan ke arah kepala Gao Rui, seperti jari yang membuka gulungan pengetahuan langsung ke ruang batinnya.

Seketika sebuah aliran hangat dan dingin bergantian melintas di benak Gao Rui. Gambaran langkah demi langkah muncul tanpa suara. Posisi tubuh, bagaimana napas ditarik, titik-titik di rongga dada yang harus dipegang, cara menahannya sebentar, rute peredaran energi yang halus. Bukan hanya gambaran teknis, ada juga rasa, beratnya tanah bawah kaki, lembutnya tarikan angin, bisik daun yang harus diselaraskan. Gao Rui merasakan seolah-olah guru menuntunnya memegang kembali tiap helai napas yang selama ini dia abaikan.

Ia tersentak, lalu terpaku.

“Guru sedang menurunkan ilmu,” pikirnya, namun rasa ingin tahu mengalahkan ketakutan. Di dalam benaknya, cara-cara menghafal kitab dan gulungan, suara guru yang menjelaskan tiba-tiba terasa kaku dan kuno dibandingkan dengan kemudahan ini. Namun kebingungan itu segera disusul waspada. Sesuatu yang diberikan semudah ini pasti berbahaya jika disalahgunakan.

Boqin Changing menutup matanya sebentar, suaranya datar tapi tegas ketika berkata.

“Jangan hanya meniru gambar. Kembangkan rasa. napas bukan sekadar masuk-keluar. Ia jembatan antara tubuh dan alam. Kau harus merasakan titik-titik tekanannya, bukan sekadar mengingat urutannya.” Ia membiarkan Gao Rui menerjemahkan sendiri apa yang masuk ke kepalanya.

Gao Rui menempatkan dirinya sesuai panduan. Kaki sedikit direnggang, lutut yang santai, punggung lurus namun tidak tegang. Ia menarik napas perlahan lewat hidung, satu, dua sesuai dengan ilmu yang baru diterimanya.

Saat napas mencapai rongga bawah, ada sensasi seperti kantung halus di perutnya mengembang. Ia menahan sebentar, membayangkan sebuah pusaran kecil di bawah pusar yang berputar lambat. Ketika ia menghembuskan napas, angin seolah ikut bergerak di sekitar tubuhnya, dan rasa dingin di ujung jari-jari pelan hilang digantikan oleh aliran hangat yang lembut.

Sekali dua kali ia gagal. Napasnya tergesa, kepala terasa pusing, perutnya seperti kencang tidak nyaman. Boqin Changing hanya mengamati tanpa mengganggunya, sesekali mengangkat satu jarinya untuk mengoreksi sedikit posisi bahu atau memberi isyarat memperlambat laju napas.

“Jangan memaksa.” katanya pendek. “Jika kau memaksa, jalur salah akan terbentuk. Pelan dan teratur, itulah kuncinya.”

Setelah beberapa kali mencoba, sesuatu berubah. Gao Rui merasakan tarikan halus dari tanah, sebuah simpul kecil rasa yang menambatkan napasnya ke bumi. Napasnya, yang sebelumnya hanya masuk-keluar, kini terasa seperti arus yang menahan, menampung, lalu melepaskan. Setiap hembusan membersihkan sedikit kekakuan di bahunya, setiap tarikan mengisi aliran dengan sedikit rasa dari rerumputan dan kabut di sekeliling. Matanya berkaca-kaca bukan karena lelah, tetapi karena ia merasakan pengetahuan baru terbuka dalam dirinya.

Boqin Changing membuka matanya perlahan, menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ada kepuasan tipis di sudut bibirnya. “Bagus,” katanya singkat. “Itu baru permulaan. Latih itu seratus kali hari ini, seribu kali minggu ini. Tanpa pengulangan yang benar, semua yang kau terima hanya akan menjadi menjadi sia-sia.”

Gao Rui menunduk, dada berdebar, tetapi di dalam hatinya tumbuh satu keyakinan keras, di bawah arahan Guru Chang, ia akan memulai kembali dari dasar dan kali ini, ia tidak akan lagi membiarkan dasar itu retak.

...*****...

Gao Rui masih duduk bersila dengan napas yang mulai teratur ketika Boqin Changing bermalas-malasan di kursinya. Sinar tipis yang tadi memancar dari telapak tangannya telah lenyap, kini yang tersisa hanyalah ketenangan hening di halaman itu. Namun keheningan itu bukan kosong, ada sesuatu yang berubah. Udara seakan lebih hidup, dan Gao Rui untuk pertama kalinya menyadari bahwa ia bisa merasakan keberadaannya.

Perlahan ia membuka mata. Keringat halus membasahi pelipisnya meski ia hanya berlatih pernapasan. Seolah latihan sederhana itu telah mengguncang sesuatu yang tertidur dalam tubuhnya.

“Guru…” Gao Rui mengangkat kepala, suaranya pelan namun penuh rasa ingin tahu. “Teknik ini… belum pernah kudengar sebelumnya. Di sekteku dulu, teknik pernapasan dasar hanya mengajarkan bagaimana menarik dan mengalirkan energi dalam tubuh. Tapi yang ini… berbeda. Rasanya seperti...”

“Kau sedang dipaksa untuk hidup sebagai bagian dari alam.” potong Boqin Changing tanpa menoleh. “Bukan hanya menyedot energi dunia secara serakah seperti yang biasa diajarkan sekte-sekte biasa.”

Gao Rui menatap gurunya. Ada sesuatu pada kata-kata itu, sesuatu yang membuat punggungnya merinding tipis.

“Ilmu dasar yang kuberikan padamu ini,” lanjut Boqin Changing, “bernama Teknik Napas Kehidupan. Ini hanyalah fondasi. Tapi bila kau mampu memahaminya sepenuhnya, tubuhmu tidak akan lagi menolak energi alam. Sebaliknya, alam akan mengalirkan energi padamu karena kau menyatu dengannya.”

Gao Rui membeku.

“Menyatu… dengan alam?”

Itu bukan sesuatu yang biasa dia dengar dalam ilmu bela diri. Pendekar biasanya menguasai alam, memaksa energi masuk ke tubuh mereka. Tapi gurunya mengatakan hal sebaliknya, bukan memaksa, tapi diterima oleh alam.

“Guru…” ia mengangkat kepala, ragu. “Teknik ini… sebenarnya milik sekte mana?”

Boqin Changing perlahan menoleh. Tatapannya dalam dan gelap, seperti jurang yang tak terukur.

“Kau terlalu banyak bertanya.” katanya tenang. “Yang perlu kau tahu, teknik ini hanya diberikan pada orang yang layak.”

Gao Rui menelan ludah.

“Berarti aku…”

“Belum tentu layak.” jawab Boqin Changing datar. “Itu masih harus kau buktikan.”

Selesai berkata begitu, Boqin Changing bangkit dan berjalan menuju batu besar di dekat pohon, lalu duduk bersandar. Ia menutup matanya.

Gao Rui sedikit kebingungan.

“Guru… apa latihannya hanya ini?”

“Latihan hari ini ya itu,” jawab Boqin Changing malas sambil melipat tangan di depan dada. “Kau pikir menjadi kuat dimulai dari adu pukul dan jurus hebat? Dasar bodoh. Semua dimulai dari napas.”

“Tapi… hanya bernapas? Latihan seperti ini bisa mempercepat kultivasiku?”

Boqin Changing membuka matanya pelan, menatap muridnya itu dengan pandangan tajam.

“Dengan teknik itu, dalam tiga hari kau bisa mencapai lingkaran tenaga dalam pertamamu yang sesungguhnya. Dan kalau kau terus melakukannya dengan benar, dalam satu tahun kau bukan lagi pendekar pertama kelas bawah seperti sekarang.”

Gao Rui membeku.

“Tiga hari? Satu tahun?”

Itu mustahil. Bagaimana mungkin ia bisa menembus ranah pendekar menengah tahun depan jika melakukan ini semua. Tapi Gao Rui tak melihat tanda gurunya bercanda. Ia menunduk dalam-dalam.

“Aku… akan melakukannya, guru.”

Boqin Changing mengangguk tanpa ekspresi. Lalu ia menutup mata lagi.

“Mulai sekarang,” katanya pelan, “pernapasanmu adalah awal. Jika napasmu salah, hidupmu salah. Kembali latihan. Hari ini kau tidak tidur sampai bisa menjaga putaran energi dalam tubuhmu selama satu jam tanpa berhenti.”

Gao Rui terkejut.

“Satu jam penuh?”

Boqin Changing tidak membuka mata.

“Atau kau boleh pergi dan kembali menjadi pecundang.”

Gao Rui mengepalkan tangan. Tidak, tidak lagi.

Hari ini, ia memutuskan, ia tidak akan menjadi beban, tidak akan menjadi pecundang, dan tidak akan mengecewakan gurunya lagi.

Ia duduk tegak, menarik napas, dan kembali memulai latihan.

1
opik
mantap
Dewi Kusuma
bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops 🍌🍒🍅🍊🍏🍈🍇
Anonymous
makin seruuuu 😍
John Travolta
jangan kendor updatenya thor
hamdan
thanks updatenya thor
Duroh
josssss 💪
Joko
go go go
Wanfaa Budi
😍😍😍😍
Mulan
josssss
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
Zainal Arifin
mantaaaaaaaappppp
y@y@
👍🏾⭐👍🏻⭐👍🏾
y@y@
👍🏿👍🏼💥👍🏼👍🏿
Rinaldi Sigar
lanjut
opik
terimakasih author
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
berjaga
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
Dialog tag kan ini? Diakhiri pake koma ya thor (bukan problem besar sih, pembaca lain juga banyaknya pada gak sadar 🤭)
A 170 RI
mereka binafang suci tapi mereka lemah..yg kuat adalah gurumu
Joko
super thor 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!