Ibunya adalah pelayan di istana kekaisaran. Karena itu, Guang Shen tidak diperbolehkan berlatih beladiri. Sejak bayi, dantiannya disegel oleh kaisar Tian Tang.
Saat usianya genap 15 tahun, 4 roh dewa suci menghancurkan segel dantiannya. Empat roh dewa suci adalah roh spiritual langka. Kebangkitan itu membuat Kaisar murka. Ia dicambuk berkali-kali hingga mati. Lalu mayatnya dibuang ke lembah kematian.
Di lembah kematian, ia bertemu dengan ayahnya, seorang kaisar dewa. Sayangnya, nasib buruk terus membayanginya. Demi ibunya, ia terpaksa menjaga gerbang dewa selama 100 tahun.
Setelah 100 tahun, ia kembali dengan dendam yang membara. Dalam hati, ia bertekad untuk membalas rasa sakitnya kepada keturunan kaisar Huang. Satu per satu, keturunan dari orang-orang yang dulu menyakitinya akan dihabisi tanpa belas kasihan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jusman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 Menghapus Garis Keturunan Huang Zhang
Di langit, sebuah diagram peringatan muncul. Diagram itu memunculkan ribuan pedang yang siap membunuh kapan saja. Pedang-pedang itu adalah senjata milik para jenderal di masa lalu.
"Menarik! Hari ini, aku akan memusnahkan klan Huang!"
Guang Shen membuat serangkaian segel tangan. Dalam waktu singkat, gelombang energi menyapu ribuan pedang tersebut. Saat itu juga, pedang-pedang itu menghujani istana kekaisaran.
Wuuuussss
Guang Shen melayang di udara. Dari atas, ia melihat darah orang-orang membentuk sungai kecil. Tak ada setitik pun rasa kasihan di matanya, yang ada hanya dendam dan amarah yang sudah lama dipendam.
"Masih belum cukup!"
Guang Shen memperbesar jangkauan formasi peringatan istana kekaisaran. Sama seperti sebelumnya, formasi itu terus memunculkan pedang, tombak, dan anak panah.
"Sebenarnya aku tak tega melakukanya, tapi ditubuh kalian ada bibit ashura!" ucapnya dengan kepala yang menunduk.
"Maafkan, Aku!" ucapnya lirih.
Guang Shen menghela napas berat. Dengan menggunakan kekuatannya, ibukota dihancurkan. Kota yang sudah berdiri selama ribuan tahun itu menghilang tanpa menyisakan jejak sama sekali.
"Tidak ada siapa-siapa lagi di sini." Guang Shen melihat sekelilingnya. Ia juga menyebarkan kekuatan jiwanya, tapi tak seorang pun yang ditemukannya.
"Apakah klan Huang sudah dipindahkan?" tanya Guang Shen.
Untuk memastikan semuanya, ia memeriksa reruntuhan istana. Di sana, tak ada harta sepeser pun. Hal itu membuktikan kalau istana itu bukanlah istana kekaisaran, melainkan hanya simbol pemerintahan.
"Di mana pun kalian berada, aku pasti akan menghancurkan kalian tanpa sisa!" ucapnya sebelum meninggalkan tempat itu.
Sesaat setelah dia pergi, seorang wanita muncul di sana. Wanita itu terkejut saat menemukan tempat itu sudah rata dengan tanah. Tak ada lagi kota yang dulu selalu dikunjunginya.
"Apa ini? Siapa yang menghancurkan ibukota?" tanyanya.
Wanita itu mendarat di reruntuhan istana. Di sana, ia tak menemukan siapapun. Bahkan, kaisar muda Huang Bing pun tak ditemukan.
"Sayang sekali! Kaisar Muda dan juga Huang Zhen sudah dibunuh. Satu-satunya yang menjadi harapan tinggal Huang Chen," gumamnya.
"Untungnya Yang Mulia Huang Zhang sudah memindahkan istana sebelum menutup diri," gumamnya.
Bertahun-tahun lalu, tepatnya 80 tahun yang lalu, Huang Zhang memindahkan pusat klan sekaligus pusat kekaisaran. Bukan hanya itu, dia juga menempatkan putra keduanya di istana lama, sementara putra sulungnya ditempatkan di istana yang baru. Putra ketiganya keberadaannya dirahasiakan.
"Dia sudah kembali?" Pria setengahnya baya beranjak dari singgasananya. Dahulu, ia merencanakan semuanya hanya karena sebuah mimpi. Sekarang, mimpinya itu menjadi kenyataan.
"Yang Mulia, Huang Bing dan Huang Zhen sudah dibunuh. Satu-satunya penerus Yang Mulia sekarang hanya Huang Shao!" jelas seorang wanita.
"Apa pun yang terjadi, lindungi Huang Shao. Kalau terjadi sesuatu padanya, maka Kekaisaran akan tamat," pintanya.
"Baik, Yang Mulia!" Wanita itu memberi hormat, lalu menghilang.
********
Guang Shen melayang di atas hutan kabut hijau sambil tersenyum. Tadinya, ia berpikir klan Huang pindah ketempat yang sangat jauh, tapi ternyata klan itu hanya bersembunyi. Di hutan kabut hijau, klan Huang dan orang-orang penting di masa lalu bersembunyi di sana.
"Huang Zhang, aku bukan orang bodoh yang mudah kamu bohongi!"
Guang Shen menciptakan puluhan meteor. Meteor-meteor itu menghujani hutan kabut. Kurang dari setengah batang dupa, kabut yang menutupi hutan menghilang. Bahkan, di tempat itu tercipta sebuah kawah yang sangat besar.
Guang Shen mengeluarkan pedangnya dan membantai siapapun yang ada di sana. Ia tahu betul kalau semua orang yang bersembunyi di sana adalah anggota klan Huang.
Swuuuusss
Baaaammm
Dalam waktu singkat, kediaman klan Huang rata dengan tanah. Mayat anggota klan ditumpuk di satu tempat. Pembantaian itu disaksikan langsung oleh Huang Shao, sang penerus garis keturunan Huang Zhang.
Sama seperti Huang Bing, ia juga sudah menerobos ranah master agung di usia muda. Meski kekuatannya setara dengan para master terkenal, tapi Huang Shao tak pernah bertarung sama sekali.
"Kebodohanmu hanya satu, muncul di depanku. Tanpa kau beritahu, aku tahu kalau kau adalah keturunan Huang Zhang," Guang Shen muncul di belakangnya. Pedang yang menempel di lehernya membuatnya ketakutan.
"Bocah, singkirkan pedangmu darinya!" Seorang wanita muncul di sana.
"Dulu, saat aku dihukum cambuk tidak ada yang menghentikannya. Jadi, aku akan melakukan hal yang sama."
Petir dialirkan ke pedang itu. Di depan wanita itu, petir tersebut mengenai Huang Shao. Hal itu membuat wanita itu murka. Ia menyerang Guang Shen, tapi kubah transparan memantulkan serangannya.
"Bocah, kalau kamu berani mulukainya, aku pastikan orang terdekatmu akan mati!" Wanita itu mengancam, tapi Guang Shen hanya menertawakannya.
"Memangnya kamu tahu siapa keluargaku?" tanya Guang Shen.
Wanita itu tak menjawab. Ia hanya tahu satu hal, pemuda di depannya adalah anak pelayan. Selebihnya, tak ada yang mengetahuinya, kecuali para petinggi kekaisaran di masa lalu.
Syuuuttt
Guang Shen tidak langsung membunuh Huang Shao. Sebaliknya, ia justru menancapkan jarum di titik akupuntur pemuda tersebut. Bukan untuk menyiksanya, melainkan membunuhnya tanpa rasa sakit.
"Kamu orang baik, tapi sayangnya ada sesuatu yang bersembunyi di dalam darahmu," jelas Guang Shen.
"Selamat tinggal!" Guang Shen membuat serangkaian segel tangan. Setelah itu, jarum yang tadi ditancapkan di tubuh Huang Shao bersinar. Perlahan-lahan, tubuh pemuda itu mulai memudar.
"Aku hanya menghapus sesuatu darimu!" ucapnya.
"Aku tahu semuanya. Atas nama Leluhurku, aku meminta maaf," ucap Huang Shao.
"Tidak ada maaf untuk Huang Zhang," balasnya dengan dingin.
Wuuuussss
Huang Shao berubah menjadi serpihan cahaya. Diantara semua anggota klan Huang, hanya dia yang mati tanpa rasa sakit. Yang membunuhnya bukan dendam Guang Shen, melainkan sesuatu yang bersembunyi di garis keturunan Huang dan juga orang-orang ibukota di masa lalu.
"Guang Shen!"
Teriakan seseorang menyebabkan tanah bergetar. Sedetik kemudian, cahaya menyilang melesat ke arahnya dengan sangat cepat. Cahaya itu mengenainya, tapi dia baik-baik saja.
"Iblis kecil, beraninya kau!" Suara Huang Zhang menggema di langit.
"Kenapa tidak hanya berteriak? Kalau berani, tunjukkan dirimu!" Guang Shen menantang.
"Huahahaha!" Huang Zhang tertawa. Tawanya itu disertai dengan energi menakutkan yang muncul entah dari mana.
"Jika waktunya tiba, kamu akan mati, anak pelayan!" ungkapnya.
"Bilang saja kalau kamu belum menerobos. Tidak usah basa-basi," ledek Guang Shen.
"Bocah sialan!"
Huang Zhang yang tersulut emosi menampakkan diri. Sekujur tubuhnya dipenuhi oleh energi hitam. Meski begitu, energi itu tak bisa dilihat oleh siapapun, kecuali Guang Shen.
"Mengelebuimu sangatlah mudah. Dengan begini, aku tidak perlu repot-repot lagi bertarung denganmu."
Pernyataan Guang Shen membuatnya kaget. Ia menyadari satu hal, energi yang diserapnya sudah menjadi kutukan maut. Hal itu dikarenakan proses penyerapan energi tersebut terganggu.
"Energi ashura! Karena energi itu tidak diserap dengan sempurna, maka bersiaplah untuk merasakan rasa sakit yang tak terbayangkan!"
Tak lama setelah Guang Shen mengatakan hal itu, Huang Zhang muntah darah. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan aliran energi di tubuhnya menjadi kacau. Perlahan-lahan, energi ashura menyedot usia dan juga energi kehidupannya. Hal itu membuatnya menua dengan cepat.