Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ruang kosong yang mulai terisi
Setelah kepergian keluarga Min, suasana akhirnya kembali kondusif. Malam semakin larut, menelan kota dengan kegelapan yang perlahan turun menyelimuti aula besar itu. Satu per satu tamu mulai berpamitan, langkah mereka bergema di lantai marmer hingga akhirnya aula itu menjadi sepi.
Kini hanya tersisa keluarga Kang—Hyunwoo, Soojin, Eunhee, serta beberapa bodyguard yang masih berjaga di pintu utama.
Hanuel datang sambil membawa beberapa kunci kamar hotel dan menyerahkannya kepada Hyunwoo.
“Ini, Tuan,” ucapnya sopan.
Hyunwoo menerima kunci itu lalu menatap ke arah keluarganya.
“Mama sama Yura balik ke kota besok aja, ya. Sekalian pulang bareng. Soojin dan aku besok akan ke rumah untuk menemui Papa,” katanya tenang, seolah kalimat itu bukan hal besar.
Namun bagi Soojin, kata-kata itu terdengar seperti bom yang meledak di kepalanya.
“B-besok?” tanyanya gugup, matanya membulat.
“Iya, Kak, besok,” jawab Yura cepat sambil tersenyum. “Tenang aja, Papa orangnya baik kok. Cuma… kadang agak galak kalau lagi kumat,” ujarnya sambil manyun, tangannya menyilang di dada, wajahnya mengingat sesuatu yang tampak traumatik.
Soojin memaksa bibirnya tersenyum. Tapi dalam hati, ia berteriak keras.
> " Yang bener aja… aku belum siap! Huaaa! Tolong siapa pun, selamatkan aku! "
Eunhee yang berdiri di dekatnya nyaris tak bisa menahan tawa melihat ekspresi panik sahabatnya itu.
> " Panik ga tuh? Hahaha," batinnya geli.
Nyonya Kang, yang tampak menyadari kegugupan Soojin, menepuk lembut pundak menantunya itu.
“Sayang, tenang ya. Kalau besok Papa nya hyunwoo tiba-tiba marah, Mama yang turun tangan, oke? Jadi jangan tegang begitu. Senyummu kalau terpaksa gitu malah lucu, tahu nggak?” ujarnya lembut dengan nada menenangkan.
Perlahan, ketegangan di tubuh Soojin mencair. Ia mengangguk kecil, dan untuk pertama kalinya malam itu, wajahnya terlihat sedikit rileks.
“Udah cukup diskusinya. Ini udah malam,” ucap Hyunwoo, menatap jam tangannya. “Yura mau satu kamar sendiri atau sama Mama?”
“Sa—” Yura baru akan menjawab ketika Eunhee langsung memotong cepat.
“Yura sama aku aja! Aku nggak mau tidur sendiri,” protesnya.
Tanpa berpikir, Yura menjawab santai, “Itu Kak Eunhee sekamar aja sama Kak Jaewon, biar rame.”
“HAH?!” Eunhee langsung terperangah, suaranya meninggi setengah oktaf.
“Yura!” tegur Nyonya Kang cepat sambil mencubit pinggang putrinya kecil-kecil.
“Aduh, duh, sakit, Ma!” jerit Yura sambil meringis.
Nyonya Kang mendecak pelan. “Kamu ini, ada-ada aja. Mereka itu belum suami istri, jangan asal ngomong. Jangan ditiru tingkahnya Hyunwoo cukup dia aja yang bikin pusing keluarga dengan keputusan nikah mendadak. Tante aja masih ngang ngeng ngong, apalagi Soojin yang mendadak jadi pengantin.”
Nada suaranya lembut, tapi jelas ada sindiran halus di dalamnya. Soojin hanya tersenyum kecil, tapi hatinya menghangat. Entah kenapa, dalam keluarga yang begitu ramai dan hangat itu, ia merasa ruang kosong di hatinya perlahan terisi.
“Udah, Yura tidur sama Mama aja, sekalian sama Eunhee,” putus Nyonya Kang akhirnya.
“Yey!” seru Eunhee sambil mengangkat tangan ke atas. “Aku males banget tidur sendiri. Ga Enak ga ada temen ngobrol. Temen tidur biasanya udah direbut pria nggak jelas yang tiba-tiba ngajak nikah,” tambahnya sambil memutar bola matanya penuh sindiran.
Hyunwoo yang sadar sedang jadi sasaran, hanya tersenyum miring. Ia menarik Soojin lebih dekat ke pelukannya, seolah berkata tanpa suara “Aku pemenangnya.”
“Sudah ya, malam sudah larut. Kalian pasti capek. Ayo semua istirahat,” ucap Nyonya Kang menutup percakapan.
Semua mengangguk setuju. Hyunwoo lalu membagikan kunci kamar satu per satu sebelum mereka beranjak menuju lift. Suasana yang sempat tegang kini berganti hangat dan damai seakan badai yang tadi menerpa, perlahan reda meninggalkan ketenangan sementara sebelum hari esok yang mungkin lebih menegangkan.
Bersambung......
belum juga sedih karena penghianatan udah jadi istri orang aja🤣