NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: tamat
Genre:Dunia Lain / Tamat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~Gelombang Pertama Garrick~

Fajar menyingsing dengan kabut tipis yang menutupi ladang utara dan timur Ironford. Edrick, Darius, Selene, dan Mira berada di tembok, menatap ke arah medan yang akan menjadi tempat pertempuran. Ashenlight tergenggam erat, kilat pedang menandakan kesiapan mereka menghadapi Garrick.

Rolf memberi aba-aba kepada para pengungsi. “Tahan posisi kalian! Jangan keluar dari benteng! Fokus pada instruksi!”

Darius menunduk, memeriksa anak panah dan pedang. “Mereka akan datang lebih banyak dari perkiraan kita. Kita harus fokus dan terkoordinasi.”

Selene mengangkat busurnya. “Anak panah siap. Jebakan sudah diperiksa. Jika mereka menyerang frontal, kita akan menahan mereka sekuat tenaga.”

Mira menambahkan, “Aku akan menjaga sisi barat. Setiap gerakan di ladang utara harus tercatat. Kita tidak boleh lengah.”

Edrick memusatkan pandangan ke ladang utara. Beberapa bendera tampak di kejauhan, tanda pasukan Garrick mendekat. “Mereka datang. Siapkan diri kalian!”

Dalam beberapa menit, pasukan Garrick muncul dari kabut, sekitar seratus orang. Dua pemimpin lapangan menunggang kuda di depan, memberi aba-aba pada pasukan mereka.

Darius menatap Edrick. “Ini lebih besar dari yang kita prediksi. Kita harus menahan mereka sampai Ashenlight bisa memberi efek maksimal.”

Edrick mencondongkan tubuh. “Aku akan berada di titik strategis. Ashenlight akan menakuti mereka dan memberi kita waktu untuk menyerang.”

Selene dan Mira mulai menembakkan anak panah. Beberapa prajurit musuh jatuh, beberapa terhuyung mundur. Namun pasukan utama Garrick tetap maju, bersiap menerobos jebakan dan tembok.

Rolf memberi aba-aba. “Tahan! Jangan biarkan mereka masuk ke benteng! Gunakan setiap jebakan, setiap anak panah, setiap kesempatan!”

Edrick menegakkan Ashenlight, kilat cahaya menembus kabut. Musuh ragu sejenak, beberapa menurunkan senjata sementara lainnya menatapnya dengan takut.

Darius menambahkan, “Kita harus memanfaatkan momen ini. Setiap detik yang kita peroleh bisa membuat perbedaan.”

Pertempuran kecil di depan benteng dimulai. Anak panah menebar, jebakan bekerja, dan Edrick bersama Darius menahan serangan musuh frontal. Garrick terlihat mulai menyesuaikan strategi, mengarahkan beberapa pasukannya untuk menyerang sisi timur dan utara.

Edrick menatap horizon utara, sadar bahwa ini baru awal. “Kita harus bertahan. Ini Ironford, dan kita tidak akan membiarkannya jatuh begitu saja.”

 

Pasukan Garrick mulai membentuk barisan untuk menyerang sisi utara dan timur benteng. Edrick dan Darius tetap di tembok barat, memantau setiap gerakan musuh. Ashenlight tergenggam erat, siap memberi perlawanan jika pasukan musuh mendekat terlalu dekat.

Selene menembakkan anak panah, mengenai beberapa musuh yang mencoba mendekat melalui jalur terbuka. “Mereka tidak akan mudah masuk,” bisiknya.

Mira bergerak di sisi barat, mengawasi setiap bayangan di ladang. “Ada beberapa yang mencoba menyusup melalui semak-semak. Aku akan menghadapi mereka lebih dulu.”

Rolf memberi aba-aba kepada para pengungsi untuk tetap berada di tempat. “Tetap tenang! Jangan keluar dari menara atau gerbang!”

Darius menatap Edrick. “Mereka mencoba memecah pertahanan kita. Kita harus menjaga koordinasi. Jangan sampai ada celah.”

Edrick mencondongkan tubuh, kilatan Ashenlight membuat musuh ragu. Beberapa pasukan Garrick berhenti, bingung dengan cahaya yang memancar dari pedang itu.

Selene berbisik, “Ini momen kita. Lepaskan anak panah!”

Gelombang anak panah menghujani pasukan musuh. Beberapa prajurit jatuh, beberapa terpaksa mundur, sementara sisanya masih mencoba menembus tembok.

Mira menambahkan, “Mereka mulai panik. Kita harus memanfaatkan ini.”

Edrick menatap Darius. “Bersiaplah untuk menghadapi serangan frontal. Kita tidak boleh mundur.”

Beberapa pasukan musuh yang lebih kuat mulai menerobos jebakan dan parit. Edrick dan Darius menunggu dengan sabar, lalu melompat ke depan, menghentikan mereka dengan kekuatan Ashenlight dan pedang Darius.

Pertempuran semakin sengit. Setiap detik menentukan siapa yang akan menang dalam gelombang pertama ini. Ironford menahan serangan musuh dengan koordinasi, keberanian, dan strategi yang matang.

Rolf berteriak dari menara. “Mereka mencoba menyerang sisi timur! Semua orang bersiap!”

Edrick menatap horizon. “Ini baru gelombang pertama. Kita harus tetap fokus. Ironford tidak boleh jatuh di tangan Garrick!”

 

Malam mulai turun di Ironford, namun pertempuran belum usai. Gelombang pertama pasukan Garrick berhasil ditahan, tapi beberapa pasukan musuh masih berkeliaran di ladang utara dan timur, mencari celah.

Edrick berdiri di tembok barat, napasnya berat, tapi matanya tetap fokus. Ashenlight bersinar lembut, menandakan kekuatannya masih siap digunakan.

Darius menepuk bahu Edrick. “Kita berhasil menahan mereka gelombang pertama. Tapi ini baru permulaan. Mereka pasti akan mencoba strategi baru besok.”

Selene menatap horizon utara, busurnya masih siap. “Kita harus memperkuat sisi utara dan timur. Anak panah, jebakan, dan pengintai harus lebih banyak lagi. Mereka akan kembali dengan kekuatan lebih besar.”

Mira menambahkan, “Kita juga harus menyiapkan cadangan di sisi barat dan selatan. Jika mereka mencoba menyerang dari arah yang tidak kita duga, kita harus siap menghadapi mereka.”

Rolf memberi instruksi terakhir pada para pengungsi. “Besok akan lebih berat. Tetap berada di posisi, jangan panik, dan ikuti perintah. Ironford adalah satu-satunya perlindungan kita sekarang.”

Edrick menegaskan pada rombongan inti. “Kita harus tetap fokus. Setiap jebakan, setiap anak panah, setiap langkah kita harus sempurna. Ashenlight akan memberi kita keunggulan, tapi kita harus bekerja sama.”

Darius menatap ladang yang kini gelap. “Kita telah membeli waktu dengan perlawanan gelombang pertama. Besok, kita harus siap untuk menghadapi gelombang kedua, yang pasti lebih besar dan lebih terorganisir.”

Selene mengangguk, Mira menyiapkan busur untuk patroli malam. “Kita tidak boleh lengah. Ironford adalah benteng terakhir, dan kita tidak bisa membiarkannya jatuh.”

Edrick menatap Ashenlight sekali lagi, lalu ke horizon utara. “Besok kita akan menghadapi Garrick lagi. Tidak ada ruang untuk kesalahan. Ironford akan bertahan, atau kita akan bertanggung jawab atas kehancuran Averland.”

1
Siti Khalimah
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!